Pemerintah memonitor secara rutin ketersediaan bahan pokok untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Kesiagaan ini juga untuk menjawab peringatan FAO tentang krisis pangan akibat wabah korona.
Oleh
FX Laksana AS dan Frans Pati Herin
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo kembali mengangkat isu ketersediaan dan stabilitas harga bahan pangan dalam rapat terbatas. Sementara dari sisi permintaan, pemerintah menggelontorkan bantuan sosial tunai untuk menjaga daya beli masyarakat bawah.
”Karena urusan ketersediaan dan stabilitas harga penting kita monitor setiap hari, setiap minggu. Seperti yang sudah saya sampaikan, hati-hati dengan peringatan FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian) mengenai krisis pangan karena Covid-19,” kata Presiden dalam rapat di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (13/05/2020).
Urusan ketersediaan dan stabilitas harga penting kita monitor setiap hari, setiap minggu. Seperti yang sudah saya sampaikan, hati-hati dengan peringatan FAO mengenai krisis pangan karena Covid-19.
Rapat melalui telekonferensi tersebut diikuti Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju. Ini merupakan rapat terbatas ketiga yang membahas tentang bahan pangan.
Merujuk data Badan Pusat Statistik, Presiden mengatakan, bahan pangan mengalami deflasi sebesar 0,13 persen di April. Artinya, ada indikasi penurunan permintaan bahan pangan. Artinya lagi, daya beli masyarakat menurun.
Oleh sebab itu, Presiden melanjutkan, pemerintah telah meluncurkan sejumlah program jaring pengaman sosial guna menjaga daya beli masyarakat bawah. Di antaranya adalah Bantuan Sosial (Bansos) Tunai untuk 9 juta kepala keluarga (KK), Bantuan Langsung Tunai Desa dari dana desa untuk 11 juta KK, Kartu Sembako, Keluarga Harapan, dan Padat Karya Tunai.
Secara khusus, Presiden menyebut beberapa komoditas yang harganya masih tinggi. Misalnya adalah bawang merah. Harga rata-rata nasional adalah Rp 51.000 per kilogram (kg), padahal harga acuan Rp 32.000 per kg.
Demikian pula dengan gula pasir. Sampai saat ini, harga rata-rata nasional berkisar Rp 17.000-17.500 per kg. Sementara harca eceran tertinggi semestinya adalah Rp 12.500 per kg.
”Oleh sebab itu, saya ingin ini dilihat, masalahnya ada di mana. Apakah urusan distribusi, ataukah stok kurang, atau ada yang sengaja mempermainkan harga untuk sebuah keuntungan yang besar. Saya minta betul-betul dicek dan dikontrol di lapangan sehingga harga semuanya bisa terkendali dan masyarakat bisa menaikkan daya belinya,” kata Presiden.
Saya minta betul-betul dicek dan dikontrol di lapangan sehingga harga semuanya bisa terkendali dan masyarakat bisa menaikkan daya belinya.
Kompas mencatat, sejumlah daerah mulai kekurangan bahan pangan akibat krisis Covid-19. Ini misalnya dialami penduduk di Indonesia bagian timur.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, banyak warga di Pulau Selaru, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, mulai kekurangan bahan pangan. Mereka juga mengalami gagal panen akibat serangan hama pada tanaman pertanian lahan tadah hujan.
Pulau Selaru merupakan pulau terluar yang berhadapan langsung dengan Australia. Pulau itu dijangkau dari Saumlaki menggunakan perahu cepat dengan waktu tempuh 1 jam. Kelancaran transportasi laut di daerah itu sering kali terhambat oleh gelombang tinggi yang terjadi hampir sepanjang tahun seperti saat ini.
Pemerintah setempat berjanji mempercepat penyaluran bantuan bagi warga di pulau terluar dengan jumlah penduduk sekitar 13.000 jiwa itu. Camat Selaru Arthur Makatita saat menghubungi Kompas pada Minggu (3/5/2020) mengatakan, dirinya sudah mendapat laporan bahwa semakin banyak warga yang mulai mengalami kesulitan ekonomi di tengah pandemi Covid-19. Mereka kehilangan pendapatan. Informasi dan data tentang kondisi warga di pulau yang terdiri atas tujuh desa itu sudah diteruskan ke tingkat kabupaten.
Efek pandemi menyebabkan komoditas warga, seperti kopra, rumput laut, dan ikan, tidak banyak yang laku di pasaran. Sementara itu, harga barang kebutuhan, seperti beras, terus meningkat. Harga beras kualitas medium dalam kemasan 20 kilogram kini Rp 280.000. Harga gula pasir juga hampir mencapai Rp 20.000 per kilogram.
Efek pandemi menyebabkan komoditas warga, seperti kopra, rumput laut, dan ikan, tidak banyak yang laku di pasaran. Sementara itu, harga barang kebutuhan, seperti beras, terus meningkat.
Selain pandemi Covid-19, banyak warga setempat yang kian kesusahan menyusul gagalnya hasil panen di kebun tadah hujan. Padi dan jagung mereka dihantam hama ulat dan belalang. Kini, mereka hanya bersandar pada umbi-umbian dan kacang-kacangan yang juga terbatas. Jika pandemi masih terus berlanjut hingga tiga atau empat bulan, mereka semakin kesulitan.
”Laporan sudah kami sampaikan, Selasa (28/4/2020), kepada pihak kabupaten dan sekarang dalam proses menuju realisasi. Dalam beberapa hari ke depan, sudah biasa disalurkan,” katanya.
Saat ini, proses penyaluran bantuan sudah dimulai dari Saumlaki, ibu kota Kabupaten Kepulauan Tanimbar, kemudian berlanjut ke pulau-pulau lain.