Pandemi tidak menghalangi berbagai elemen masyarakat untuk berkreasi. Keterbatasan itu justru mendorong mereka untuk tetap berinovasi, bertransformasi, menggali potensi diri, dan menciptakan peluang.
Oleh
cyprianus anto saptowalyono
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah meluncurkan Gerakan Bangga Buatan Indonesia di tengah pandemi Covid-19. Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian usaha mikro, kecil, dan menengah serta menumbuhkan pasar bagi produk-produk nasional.
Presiden Joko Widodo menuturkan, seluruh dunia tengah berjuang melawan pandemi Covid-19. Saat ini, ada 213 negara menghadapi situasi sulit.
Perekonomian dunia mengalami tekanan berat. Setiap negara berjuang menyelamatkan rakyatnya agar tidak terpapar dan sekaligus menyelamatkan rakyatnya agar ekonominya tidak terkapar.
”Dalam kondisi seperti ini kita harus mampu bertumpu pada kekuatan kita sendiri. Berdiri di atas kaki sendiri,” kata Presiden Joko Widodo pada peluncuran Gerakan #BanggaBuatanIndonesia, di Jakarta, Kamis (14/5/2020).
Presiden mengatakan, Indonesia harus mampu menyelesaikan masalah dan tantangan sendiri, baik tantangan bidang kesehatan maupun tantangan bidang sosial ekonomi. Indonesia harus melihat kekuatan dan kelemahan.
Kekurangan atau kelemahan harus segera diperbaiki dan hal yang menjadi kekuatan harus dimanfaatkan. ”Saya bersyukur negara dan bangsa kita memiliki banyak kekuatan, banyak karya-karya hebat, banyak produk-produk berkualitas yang kita hasilkan, yang lahir dari tangan saudara-saudara kita yang memiliki talenta-talenta hebat,” ujarnya.
Presiden juga menyatakan, pandemi tidak menghalangi berbagai elemen masyarakat untuk berkreasi. Keterbatasan itu justru mendorong mereka tetap berinovasi, bertransformasi, menggali potensi diri, dan menciptakan peluang-peluang.
Di bidang kesehatan, misalnya, untuk mempercepat penanganan Covid-19, Indonesia telah berhasil mengembangkan peralatan tes usap, tes cepat dan diagnosisnya, serta ventilator. ”Pada akhir Mei ini, diharapkan semua inovasi-inovasi tersebut sudah bisa diproduksi secara massal. Dengan demikian, kita tidak tergantung lagi kepada produk-produk impor dari negara lain,” katanya.
Pandemi tidak menghalangi berbagai elemen masyarakat untuk berkreasi. Keterbatasan itu justru mendorong mereka tetap berinovasi, bertransformasi, menggali potensi diri, dan menciptakan peluang-peluang.
Di sektor lain, lanjut Jokowi, masih banyak lagi karya dan produk Indonesia yang membanggakan. Produk-produk industri kreatif nasional sangat bagus. Desain dan kualitasnya tidak kalah dengan produk luar negeri.
Demikian pula produk berkualitas yang dihasilkan pelaku industri rumahan, para petani, dan nelayan. ”Produk-produk ini harus menjadi kebanggaan kita. Menumbuhkan kepercayaan diri kita sebagai sebuah bangsa yang besar. Bangsa yang bangga terhadap hasil karya bangsanya sendiri,” kata Presiden.
Menurut Jokowi, kita harus bangga terhadap kreativitas dan inovasi. Karya semua anak bangsa harus diapresiasi, dihargai, didukung, diberi ruang seluasnya, dan dimanfaatkan serta digunakan untuk keselamatan dan kemajuan bangsa.
”Kita berupaya keras agar pandemi ini cepat berlalu. Kita harus saling menjaga, saling mendukung, saling membantu, saling menjaga sesama jangan sampai terpapar. Kita juga harus saling membantu agar ekonomi kita tidak terkapar,” tutur Presiden.
Selain itu, Presiden menambahkan, gerakan peduli membantu sesama yang tengah kesulitan juga sangat diperlukan. ”Misalnya saja dengan belanja produk-produk UMKM atau membeli karya-karya dan produk-produk Indonesia yang lain,” ujarnya.
Dalam peluncuran gerakan #BanggaBuatanIndonesia tersebut, Presiden Joko Widodo berbincang dengan beberapa pelaku UMKM, termasuk mengenai dampak pandemi Covid-19 yang mereka rasakan. Presiden juga menyarankan agar pelaku UMKM yang belum berdagang secara daring bisa memasarkan produk-produknya melalui laman-laman e-dagang.
Pelaku usaha kerajinan kayu dan patung, I Ketut Gede Arthawa, menuturkan, selama ini dia memiliki galeri di rumah dan menyewa tempat di beberapa obyek wisata. ”Terus terang Covid-19 ini berpengaruh sekali. Omzet saya turun sampai 50 persen,” kata I Ketut Gede Arthawa.
Pengusaha batik tulis Dea Valencia menyatakan, semua produk batik kultur yang dihasilkan adalah buatan tangan. Pandemi Covid-19 telah memukul usahanya sehingga membuatnya bingung karena di balik usahanya ada 100 orang lebih karyawan. Separuh dari karyawan itu adalah warga difabel.
”Awal Maret, saat mendengar dari suami saya tentang kelangkaan masker medis. Kami mulai memproduksi masker kain juga. Sampai hari ini 100.000 masker kain telah kami produksi dan dijual melalui laman e-dagang dan disalurkan juga secara gratis kepada pekerja-pekerja harian yang membutuhkan,” kata Dea.