Menyiapkan Landasan Industri Properti Pasca-Covid-19
Landasan mesti disiapkan untuk menghadapi babak baru dalam berbagai sektor akibat pandemi Covid-19, termasuk normal baru di sektor properti.
Oleh
BM Lukita Gahadyarini
·3 menit baca
Sektor properti tengah memasuki fase keseimbangan baru. Dampak pandemi Covid-19 membuat industri properti ditantang untuk segera beradaptasi dengan model baru bisnis.
Sejumlah konsultan dan pelaku properti di Jakarta memprediksi bakal terjadi era normal baru di sektor properti. Sebab, hampir seluruh sektor properti terkena dampak pandemi Covid-19. Dampak besar dirasakan sektor properti komersial, seperti hotel, mal, perkantoran, dan ruang kerja bersama. Sektor properti residensial juga kena dampaknya.
Penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan sektor pariwisata yang terpukul pandemi membuat kinerja industri perhotelan anjlok. Tingkat okupansi hotel merosot hingga lebih dari 50 persen atau terburuk dalam 10 tahun terakhir. Pukulan juga dirasakan industri pusat belanja akibat jumlah pengunjung yang anjlok.
Sementara bisnis sewa perkantoran—yang terimpit dalam dua tahun terakhir—kian melemah. Transaksi sewa tertunda. Akibatnya, mesti dilakukan renegosiasi tarif. Sejumlah penyewa juga mundur dari rencana semula. Sejumlah perusahaan mengevaluasi rencana awal demi menghemat kebutuhan sewa ruang kantor. Keseimbangan baru tengah berlangsung. Pendulum bergerak ke arah kondisi normal baru.
Pola bekerja dari rumah telah menghadirkan kultur atau budaya kerja baru. Perusahaan yang efektif memanfaatkan teknologi digital untuk bisnis dan negosiasi secara virtual diprediksi akan melanjutkan pola tersebut pascapandemi Covid-19. Kondisi ini akan memperberat pasar perkantoran yang menghadapi kelebihan suplai ruang kantor hingga 2021.
Suplai berlebih dan efisiensi kebutuhan ruang sewa perkantoran dipandang sebagai peluang bisnis bagi penyedia ruang kerja bersama. Kendati bisnis ruang kerja bersama juga tersendat akibat pandemi Covid-19, peluang masih terbuka. Sebab, penyedia ruang kerja bersama menawarkan ruang kerja yang lebih fleksibel, baik dari sisi waktu, cara pembayaran, maupun masa sewa.
Di sektor residensial, keseimbangan baru terlihat dari kebutuhan pasar yang didominasi hunian segmen menengah bawah dengan harga di bawah Rp 1 miliar per unit. Adapun investor hunian segmen menengah atas sejak dua tahun terakhir cenderung menahan investasi.
Berdasarkan data Coldwell Banker Commercial Indonesia, penyerapan rumah selama triwulan I-2020 didominasi segmen menengah bawah dan rumah bersubsidi. Di Jabodetabek, dari pasokan rumah tinggal yang sekitar 123.199 unit, sebanyak 67,5 persen sudah terjual. Transaksi terutama berlangsung pada Januari-Februari, tetapi anjlok di bulan Maret. Sejumlah transaksi tertunda akibat pandemi Covid-19.
Di tengah pemasaran properti yang lesu, potongan harga banyak diberikan. Diskon tak hanya bagi proyek rumah baru, tetapi juga untuk rumah seken. Asosiasi Real Estat Broker Indonesia mencatat, banyak rumah dan apartemen seken dilepas di bawah harga pasar karena pemiliknya ingin melepas properti selekas mungkin untuk memperoleh uang tunai. Istilahnya, pemilik dalam kondisi ”butuh uang”.
Perlambatan pertumbuhan pasar properti, baik komersial maupun residensial, telah melahirkan tantangan sekaligus memunculkan peluang baru. Harga yang terkoreksi membuka kesempatan bagi konsumen untuk memperoleh properti idaman dengan harga lebih terjangkau. Jika pasar bergerak, industri akan menggeliat.
Namun, harus disadari, ada tipe konsumen properti yang enggan bertransaksi tanpa melihat lokasi dan contoh unit. Kini, muncul tren, konsumen pengguna semakin menginginkan rumah yang siap huni.
Siklus properti tengah menurun dalam beberapa tahun terakhir. Kini, sektor itu juga mesti bersiap menghadapi babak baru.
Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia, selama beberapa kali, yang kini sebesar 4,5 persen, inflasi yang rendah, dan kebijakan stimulus pemerintah, menjadi landasan yang baik untuk bangkit.
Sektor itu juga mesti bersiap menghadapi babak baru.
Saatnya landasan disiapkan untuk menggarap peluang pascapandemi Covid-19. Inilah kesempatan bagi pelaku industri properti untuk mengevaluasi strategi bisnis menjelang normal baru agar bisa melaju kencang.