Sepanjang triwulan I-2020, BTN mencatatkan laba bersih Rp 457 miliar. Capaian ini dapat dibilang anjlok jika melihat laba bersih pada triwulan I-2019 BTN yang sebesar Rp 723 miliar.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Laba bersih PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk pada triwulan I-2020 turun 36,79 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan laba bersih perseroan merupakan imbas dari penyebaran pandemi Covid-19 yang menghajar berbagai sektor, terutama properti.
Sepanjang triwulan I-2020, BTN mencatatkan laba bersih Rp 457 miliar. Capaian ini dapat dibilang anjlok jika melihat laba bersih pada triwulan I-2019 BTN yang sebesar Rp 723 miliar.
Direktur Utama BTN Pahala N Mansury mengatakan, penurunan laba bersih perseroan merupakan imbas dari penyebaran pandemi Covid-19 yang menghajar berbagai sektor, terutama properti. Pendapatan bunga tersebut disumbang pertumbuhan kredit yang masih solid kendati dampak Covid-19 cukup terasa.
”Pencadangan, permodalan, dan likuiditas kami yang cukup tebal juga menjadi bantalan kuat,” ujarnya dalam paparan kinerja BTN secara virtual, di Jakarta, Jumat (15/5/2020).
Penurunan laba bersih perseroan merupakan imbas dari penyebaran pandemi Covid-19 yang menghajar berbagai sektor, terutama properti.
Penurunan laba bersih ini terjadi setelah kredit hanya tumbuh 4,59 persen pada periode tiga bulan pertama tahun ini. Kredit dan pembiayaan hanya tumbuh menjadi Rp 253,25 triliun dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 242,14 triliun.
Sementara dana pihak ketiga (DPK) juga tumbuh 2,73 persen menjadi Rp 221,72 triliun dari sebelumnya Rp 215,83 triliun. Adapun aset BTN dalam periode waktu yang sama naik 2,27 persen menjadi Rp 308,19 triliun dari Maret 2019 Rp 301,35 triliun.
Menurut Pahala, untuk menjaga rasio pencadangan yang kuat, perseroan memupuk provisinya dengan mengalokasikan dari laba operasional. Pada triwulan I-2020, rasio kecukupan modal (CAR) tercatat 18,73 persen, naik 111 basis poin dari 17,62 persen pada triwulan I-2019.
”Peningkatan permodalan tersebut didukung penerbitan obligasi subordinasi pada awal 2020 yang mencatatkan kelebihan permintaan hingga lebih dari 10 kali,” ujarnya.
Sejak tahun lalu, lanjut Pahala, BTN telah melakukan perbaikan proses bisnis berbasis risiko dengan fokus pada segmen berisiko rendah. Ini menunjukkan bahwa perseroan telah melakukan kehati-hatian dalam setiap proses bisnis.
BTN menjaga rasio kecukupan likuiditas (LCR) pada tingkat 137,9 persen hingga triwulan I-2020. Posisi tersebut jauh di atas ambang yang ditetapkan oleh regulator, yaitu 100 persen.
”Dengan kondisi likuiditas tersebut, BTN masih dapat secara konsisten menjalankan fungsi intermediasi walau dalam era perlambatan ekonomi,” katanya.
Untuk semakin mengamankan tingkat likuiditas, Direktur Finance, Planning, & Treasury BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan, perseroan akan menerbitkan surat utang atau obligasi senilai Rp 5 triliun pada 2020. Penerbitan obligasi ini untuk menggantikan surat utang yang jatuh tempo tahun ini.
Kemungkinan penerbitan surat utang ini akan terbagi menjadi dua, yakni tahap pertama pada triwulan III-2020 sebesar Rp 2 triliun dan kedua pada triwulan IV-2020 sebesar Rp 3 triliun.
”Menurut pantauan kami, permintaan obligasi swasta bakal naik setelah semester I-2020, jadi kita masuk bonds sekitar Juli dan Agustus, dan nanti kisaran Oktober,” ujarnya.