Solusi Berganda Usaha Rintisan Digital di Tengah Pandemi
Sebanyak 8 juta-9 juta usaha dari 64 juta UMKM di Indonesia telah menjalankan bisnisnya secara daring. Dalam situasi saat ini, sepertiga dari 64 juta UMKM diharapkan dapat bermigrasi ke sistem bisnis daring.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
Sejumlah perusahaan rintisan menyediakan solusi digital bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM di tengah pandemi Covid-19. Setali tiga uang, solusi digital yang dihadirkan ini turut menyerap dan memberdayakan pekerja di sektor informal.
Salah satu usaha rintisan yang memiliki terobosan berganda adalah Printerous. Printerous memiliki jaringan 300 percetakan di Indonesia yang memiliki tenaga kerja di sektor informal.
”Dengan jaringan yang dimiliki, kami menawarkan pelaku UMKM, khususnya di bidang kuliner, untuk memiliki kemasan yang berkualitas dan harga terjangkau,” tutur Co-founder dan CEO Printerous Kevin Osmond dalam telekonferensi pers yang digelar Grab Indonesia, Jumat (15/5/2020).
Selain Printerous, ada juga KliknClean. Usaha rintisan ini memberdayakan tenaga kerja informal sebagai petugas pembersih.
Co-founder and CEO KliknClean Hendra Tjong mengatakan, bagi yang ingin bekerja sebagai pembersih di KliknClean akan dilatih dan dibekali keterampilan. Selain membersihkan rumah dan apartemen, KliknClean kini turut menawarkan jasa kebersihan kepada pelaku UMKM, khususnya di tengah pandemi Covid-19, seperti jasa penyemprotan desinfektan.
Peran sebagai jembatan antara solusi digital untuk UMKM dengan tenaga kerja informal juga diambil oleh Workmate. Tak hanya membantu UMKM dalam manajemen dan administrasi sumber daya manusia, VP of Sales Workmate Steven Cang menyatakan, usaha rintisannya siap menyediakan tenaga kerja harian bagi UMKM yang membutuhkan.
Usaha rintisan lainnya adalah GetCraft yang menawarkan solusi digital berupa edukasi dan jasa konten promosi dan kampanye bagi UMKM untuk meningkatkan strategi pemasaran. Dalam menghadirkan solusi itu, Co-founder dan COO GetCraft Anthony Reza Prasetya menyatakan, usaha rintisannya menggandeng sekitar 9.000 kreator dan pemengaruh yang bersifat pekerja lepas.
Bersama dengan Luna POS, usaha rintisan digital di bidang pengelolaan keuangan, kelima pemain itu merupakan finalis dari Grab Ventures Velocity (GVV) angkatan ketiga. Co-founder and CTO Luna POS Reynaldi Oeoen menceritakan, usaha rintisannya menghadirkan solusi digital agar UMKM dapat mengelola keuangan dan mengetahui rincian arus kas dengan memanfaatkan teknologi komputasi awan (cloud computing).
Sejak diumumkan pada 3 Maret 2020, program GVV mampu menggaet sekitar 100 pendaftar. Tema yang diangkat oleh program yang digelar sejak 2018 ialah ”Memberdayakan Pengusaha Mikro”.
Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi menyatakan, program GVV kali ini menargetkan pada usaha-usaha rintisan yang menawarkan solusi digital kepada pelaku UMKM di sektor kuliner. ”Kami ingin memberikan dukungan bisnis kepada usaha rintisan supaya berdampak lebih signifikan pada UMKM, utamanya di tengah pandemi Covid-19,” katanya dalam konferensi pers yang sama.
Berdasarkan data yang dihimpun Grab Indonesia, sebanyak 60 persen usaha kuliner Indonesia terdampak pandemi Covid-19. Akibat pandemi, penurunan penjualan pun mencapai 30 persen.
Di sisi lain, Neneng mengatakan, Grab Indonesia telah mempertimbangkan keberlanjutan dari model bisnis usaha-usaha rintisan tersebut sehingga dapat tetap berdaya guna ketika tidak ada lagi pandemi Covid-19. Tak hanya menyoal bisnis, gelaran program GVV fokus pada pembinaan dan pembangunan kapasitas para pendiri usaha rintisan dengan sistem one-on-one class.
Dalam 16 pekan ke depan, kelima usaha rintisan tersebut akan terlibat dalam ekosistem Grab Indonesia. Parameter keberhasilan dari usaha-usaha rintisan yang mengikuti GVV ialah jumlah mitra Grab Indonesia yang memanfaatkan solusi digital yang ditawarkan pemain.
Mempercepat transformasi
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengemukakan, pandemi Covid-19 mempercepat transformasi digital, utamanya bagi UMKM untuk tergabung dalam ekosistem daring. Di situasi saat ini, ekonomi digital menjadi fondasi penting.
Sebanyak 8 juta-9 juta usaha dari 64 juta UMKM yang ada di Indonesia telah menjalankan bisnisnya secara daring. Saya berharap situasi saat ini dapat membuat sepertiga dari 64 juta UMKM bermigrasi ke sistem bisnis daring.
Sebanyak 8 juta-9 juta usaha dari 64 juta UMKM yang ada di Indonesia telah menjalankan bisnisnya secara daring. ”Saya berharap situasi saat ini dapat membuat sepertiga dari 64 juta UMKM bermigrasi ke sistem bisnis daring,” ujarnya.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki berpendapat, berbisnis secara daring menjadi salah satu prioritas bagi UMKM agar dapat terus beraktivitas dan memperoleh pendapatan. ”UMKM mesti bisa fleksibel dalam mengikuti perkembangan zaman dan teknologi,” ujarnya.