Belanja Lebaran Melalui E-dagang Dibayangi Penurunan Daya Beli
Transaksi belanja keperluan Lebaran melalui e-dagang diprediksi tetap meningkat kendati ada kecenderungan penurunan daya beli masyarakat.
Oleh
erika kurnia
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Transaksi belanja keperluan Lebaran melalui e-dagang diprediksi meningkat dengan masih berlangsungnya pembatasan sosial di sejumlah wilayah. Namun, di sisi lain, ada kecenderungan penurunan daya beli yang membuat trennya tidak signifikan naik.
Ketua Umum Asosiasi e-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung, kepada Kompas, Rabu (20/5/2020), mengatakan, di masa pandemi ini, transaksi belanja masyarakat melalui platform e-dagang jenis marketplace mengalami peningkatan.
”Alasannya bisa diduga. Sekarang orang tidak belanja di luar kalau tidak terpaksa, jadi lewat daring saja. Orang sekarang juga kehilangan tempat hiburan, mal tutup, dan kita enggak boleh keluar, makanya hiburannya sekarang akses streaming atau belanja online,” tuturnya.
Namun, di sisi lain, Lebaran kali ini juga dihadapkan dengan situasi perlambatan ekonomi. Tingginya angka pemutusan hubungan kerja (PHK) serta pengurangan gaji dan tunjangan hari raya (THR) para pekerja menurunkan daya beli masyarakat.
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan awal Mei ini, jumlah tenaga kerja yang dirumahkan dan terkena PHK sebanyak 1.722.958 orang.
”Jadi, prediksi saya, kenaikan transaksi belanja di e-dagang selama masa Lebaran ini tidak akan lebih tinggi dari tahun sebelumnya,” tuturnya.
Barang paling dicari
Selama pandemi, Untung mengatakan, ada perubahan tren barang yang dibeli di e-dagang selama masa Ramadhan dan Lebaran. Jika umumnya penjualan produk pakaian, make up dan kecantikan, serta gawai meningkat, periode ini produk kebutuhan pokok, makanan, alat kesehatan, dan kebersihan meningkat signifikan.
Salah satu e-dagang, Shopee, melaporkan adanya peningkatan penjualan beberapa kategori, yang didukung kampanye diskon spesial hari raya. Direktur Shopee Indonesia Handhika Jahja mengatakan dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas, Rabu (20/5/2020), produk itu, di antaranya pakaian muslim, perlengkapan rumah, makanan dan minuman, serta kebutuhan ibu dan anak.
”Pencapaian terbaru kami adalah adanya empat kategori favorit yang mengalami peningkatan empat kali lipat dibandingkan dengan hari biasa. Ini menjawab komitmen kami dalam melaksanakan tugas dan fungsi sosial secara optimal dalam menyediakan kebutuhan pengguna,” tuturnya.
Platform e-dagang Bukalapak juga melaporkan tingginya penjualan kategori pakaian muslim dan kebutuhan rumah tangga.
”Kenaikan tercatat untuk transaksi di kategori perlengkapan ibadah, fashion pria, wanita, dan anak-anak, bahan-bahan makanan seperti beras, kurma, dan minuman instan,” kata CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin dalam rilis media.
Tren ini setali tiga uang dengan hasil survei perusahaan manajemen teknologi SurveySensum terhadap 500 responden Indonesia pada April 2020. Survei menunjukkan, rencana untuk membeli barang kebutuhan ibadah akan tetap dipenuhi 46 persen responden, diikuti pakaian dan baju baru oleh 43 persen responden.
Sebaliknya, beberapa rencana belanja selama Ramadhan yang paling banyak diurungkan responden, antara lain, furnitur rumah (34 persen), ponsel baru (31 persen), mainan anak (19 persen), perhiasan dan emas (24 persen), sepeda motor (17 persen), dan mobil (10 persen).