Hasrat masyarakat untuk berwisata harus tertahan oleh pandemi Covid-19. Namun, kini ada kegiatan wisata virtual. Dengan memanfaatkan gawai dan koneksi internet di rumah, masyarakat bisa berekreasi ke tempat wisata.
Oleh
erika kurnia
·4 menit baca
Perjalanan dengan tujuan rekreasi menjadi aktivitas yang paling banyak dilakukan orang Indonesia. Badan Pusat Statistik bahkan mencatat tren tersebut. Jika pada 2014 hanya 22 persen penduduk yang bepergian untuk rekreasi, pada 2018 meningkat sampai 42,9 persen.
Tujuan rekreasi nyaris mengalahkan alasan bepergian untuk mengunjungi rekan dan teman yang mencapai 43,3 persen pada 2018. Tujuan itu sebelumnya jauh mengungguli tujuan rekreasi di 2014 dengan proporsi 54,8 persen. Jumlah pergerakan penduduk atau wisatawan Nusantara ini sekitar 300 juta setiap tahun.
Selain di dalam negeri, orang Indonesia juga gemar berwisatawa ke luar negeri. Bank Indonesia pada 2017 mencatat ada 9 juta orang yang bepergian ke luar negeri sepanjang tahun. Jumlahnya pun diperkiraan selalu naik 20 persen setiap tahun.
Sayang, baru satu triwulan-2020 berjalan, hasrat penduduk Indonesia untuk bepergian, baik ke dalam maupun luar negeri, harus tertahan oleh pandemi Covid-19. Sampai saat ini, pembatasan fisik dengan mengurangi mobilitas masih diimbau untuk mengurangi penyebaran penyakit.
Namun, situasi ini justru memunculkan cara baru berwisata. Seperti ibu rumah tangga, Septiana (30), yang belakangan ini rajin mengikuti kegiatan wisata virtual. Dengan memanfaatkan gawai dan koneksi internet di rumah, ia bisa berekreasi secara digital.
Wisata virtual yang ia ikuti salah satunya diselenggarakan pemilik tempat wisata Taman Impian Jaya Ancol di Jakarta. Kamis (21/5/2020) siang, Septiana mengajak anak-anaknya untuk mengikuti tur di Dunia Fantasi (Dufan) yang disiarkan melalui fitur siaran langsung Instagram @infodufan.
Dalam tur itu, seorang pemandu dan pengunjung mengajak penonton berkeliling untuk menunjukkan dan menjelaskan berbagai wahana hiburan. Agar interaktif, pemandu sesekali menyelipi kuis yang dapat dijawab langsung penonton melalui vitur komentar.
Untuk menambah keseruan tur, pemandu juga mendemonstrasikan permainan, seperti roller coaster. Meski juru kamera tidak menaiki langsung permainan tersebut, kamera diarahkan ke berbagai sudut lokasi saat roller coaster menyambar satu titik ke titik lain.
Keseruan itu pun dirasakan ibu dan dua anaknya yang menonton dari kenyamanan di rumah. Meski tidak bisa mengajak anak-anaknya berekreasi seperti biasa, ia mengaku terhibur bisa menikmati fasilitas itu secara aman dan gratis.
”Rekreasi ke Ancol itu sudah seperti tradisi kalau libur Lebaran. Sementara kami tidak bisa ke mana-mana dulu, tur virtual ini menolong sekali. Setidaknya membuat anak-anak tidak bosan di rumah,” tutur warga Tangerang, Banten, itu kepada Kompas, Jumat (22/5/2020).
Peluang
Ancol menjadi salah satu pemilik lokasi wisata yang menjadikan wisata virtual sebagai peluang. Corporate Communication PT Pembangunan Jaya Ancol Rika Lestari mengatakan, hal itu menawarkan variasi hiburan yang berbeda dan memudahkan masyarakat untuk bisa berinteraksi dengan pengelola.
”Wisata virtual diadakan untuk mengobati kerinduan para pengunjung yang selama dua bulan lebih tidak dapat berekreasi,” katanya.
Sejauh ini, Ancol sudah mengadakan empat wisata virtual. Selain Dufan, ada tur di Ocean Dream Samudra, Pantai Ancol, dan Sea World. Inovasi ini pun disambut baik masyarakat. Menurut Rika, banyak masyarakat yang rindu dan berharap pandemi segera berlalu agar bisa kembali berekreasi di tempat mereka.
Alternatif wisata virtual belakangan ini juga dihadirkan marketplace dan platform wisata ramah Muslim, Travalal. Perusahaan itu meluncurkan Virtual Reality Tourism, melalui situs virtual.travalal.com, sebagai alternatif pariwisata tanpa mobilitas.
Joyo Diharjo, pendiri dan CEO Travalal, menjelaskan, program wisata virtual menggunakan teknologi video 360 derajat dan tur langsung menggunakan aplikasi konferensi video selama satu setengah jam. Berbagai macam pilihan destinasi wisata Nusantara ataupun mancanegara pun dihadirkan.
Ada tur Amerika Serikat, Turki, Inggris, Uzbekistan, hingga umrah di Tanah Suci. Tur di destinasi dalam negeri yang tersedia seperti Bali, Yogyakarta, Semarang, dan Jakarta. Dalam satu paket tur yang dipimpin pemandu wisata profesional, masyarakat bisa mengunjungi beberapa kota dan berbagai destinasi favorit.
Masyarakat bisa memesan dan menentukan waktu tur yang tersedia melalui situs mereka. Tur virtual, yang sejauh ini digratiskan, bisa diikuti dengan menyiapkan aplikasi web browser Chrome terbaru dan headset atau handset untuk audio.
Sejak dirilis kurang dari seminggu, wisata virtual yang dilayani di Travalal telah diikuti lebih kurang 500 orang. Fitur ini memberdayakan 93 agen perjalanan dan sekitar 50 pemandu wisata.
Dengan wisata virtual ini, Joyo berharap para pelaku industri pariwisata berpeluang memiliki potensi pekerjaan dan penghasilan baru.
”Kami tidak ingin berdiam diri tanpa solusi. Kami siap memberikan pelatihan bagi mereka. Nantinya, setelah terlatih, Travalal akan ikut membantu memasarkan jasa mereka,” kata Joyo, yang dihubungi Kompas hari ini.
Melalui strategi ini, Joyo mengatakan, dalam waktu dekat, mereka berencana memperbanyak kerja sama dengan pengelola-pengelola destinasi wisata.
”Jadi, mereka bisa bikin wisata virtual dengan video 360 derajat atau virtual reality (VR). Kemudian, kita bisa jual wisata tersebut bundling dengan tiket atau oleh-oleh setempat. Sembari menunggu pandemi selesai, destinasi tersebut ada pemasukan,” ujarnya.
Gunawan Surbakti, pendiri Forum Halal Tourism, menyambut baik inovasi yang digagas Travalal. ”Dengan ini, wisatawan dapat memiliki gambaran secara nyata tentang suatu destinasi wisata,” ujarnya.
Inovasi ini juga dinilai bisa menjadi normal baru, bahkan ketika pandemi berakhir. Wisata virtual bisa menjadi preferensi awal sebelum calon wisatawan mengambil keputusan untuk pergi ke sebuah destinasi.