Di Tengah Pandemi, Produksi Minyak Pertamina 420.400 Barel Per Hari
Di tengah pandemi Covid-19, Pertamina berhasil menjaga produksi migas sepanjang triwulan I-2020. SKK Migas meminta perusahaan hulu migas tak menghentikan aktivitas kendati pandemi Covid-19 terus berlangsung.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Produksi minyak PT Pertamina (Persero) sepanjang triwulan I-2020 sebanyak 420.400 barel per hari dan produksi gas bumi sebanyak 2.887,9 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Pertamina menyebut angka produksi tersebut terjaga dengan baik di tengah pandemi Covid-19.
Kontribusi utama produksi minyak dan gas bumi datang dari anak usaha perusahaan, yaitu Pertamina EP dan Pertamina Hulu Indonesia. Sepanjang triwulan I-2020, Pertamina sudah mengebor sumur eksploitasi sebanyak 78 sumur dan pengeboran work over sebanyak 161 sumur.
”Produksi migas perusahaan cukup positif dan terjaga. Sejumlah sumur yang tuntas dibor pada 2019 telah berproduksi pada awal tahun ini, serta upaya pemeliharaan sumur (well service) dan kerja ulang sumur (work over) berkontribusi penting terhadap produksi migas,” ucap Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman dalam keterangan resmi, Rabu (27/5/2020).
Di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, kata Fajriyah, Pertamina tengah menyesuaikan pola kerja di lapangan, seperti perubahan prosedur pergantian jam kerja yang sebelumnya setiap 12 hari menjadi 28 hari, serta terus memantau kondisi kesehatan pekerja.
Pertamina tengah menyesuaikan pola kerja di lapangan, seperti perubahan prosedur pergantian jam kerja yang sebelumnya setiap 12 hari menjadi 28 hari, serta terus memantau kondisi kesehatan pekerja.
Kendati sektor hulu migas di Indonesia tengah terpukul pandemi Covid-19, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) meminta industri hulu migas di dalam negeri tak menghentikan kegiatan dan mencegah pemutusan hubungan kerja. Dengan mempertahankan operasi di hulu, efek ganda bagi perekonomian dapat dijaga di tengah kelesuan harga minyak mentah.
Pemerintah memperkirakan penerimaan negara sektor migas merosot drastis di tahun ini.
”Dengan mempertahankan kegiatan di hulu, lapangan kerja tetap tersedia karena efek ganda ataupun kegiatan penunjang lainnya masih berjalan. Industri migas masih menjadi salah satu urat nadi penggerak ekonomi Indonesia,” ucap Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam siaran pers, Selasa (5/5/2020).
Dengan mempertahankan operasi di hulu, efek ganda bagi perekonomian dapat dijaga di tengah kelesuan harga minyak mentah.
SKK Migas terus berkoordinasi dengan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) hulu migas agar target pada 2020 bisa berjalan optimal. SKK Migas memberi surat apresisasi terhadap KKKS yang mencapai target pada 2019 dan triwulan I-2020. Selain itu, KKKS yang belum berhasil mencapai target telah diberikan surat teguran.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno menambahkan, hingga triwulan I-2020 ada tujuh KKKS yang produksi minyaknya melampaui target APBN 2020. Untuk penyaluran gas bumi, lima KKKS yang melampaui target APBN tahun ini.
”Ini tentu patut diapresisasi di tengah situasi hulu migas sekarang ini. Harapannya, kinerja tersebut dapat dijaga sampai akhir tahun sesuai dengan target yang ditetapkan,” kata Julius.
Data dari SKK Migas menunjukkan, (produksi siap jual) lifting minyak pada triwulan I-2020 701.600 barel per hari atau di bawah target APBN 2020 yang sebanyak 755.000 barel per hari. Adapun lifting gas bumi sebanyak 5.866 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau di bawah target APBN 2020 yang sebanyak 6.670 MMSCFD.
Target penerimaan negara dari sektor migas terdampak dan diperkirakan merosot dari target 32 miliar dollar AS menjadi 19 miliar dollar AS pada tahun ini.