Layanan digital mempermudah masyarakat membuka rekening simpanan. PT Bank Central Asia Tbk membukukan peningkatan dana pihak ketiga berupa dana murah seiring penambahan jumlah pemilik rekening.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Likuiditas PT Bank Central Asia Tbk atau BCA mulai longgar pada triwulan I-2020. Kondisi ini ditopang dana pihak ketiga yang tumbuh, antara lain ditopang layanan perbankan digital.
Per akhir Maret 2020, BCA membukukan laba Rp 6,58 triliun. Pada triwulan I-2020, jumlah rekening BCA meningkat 13,7 persen secara tahunan, mencapai 22 juta rekening.
Menurut Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, hal ini berdampak pada dana pihak ketiga berupa dana murah yang dihimpun BCA.
”Peningkatan pembukaan rekening itu akibat kemudahan layanan secara dalam jaring (daring). Artinya, kinerja dana murah BCA disokong mobile banking dan digital banking,” katanya dalam konferensi pers secara dalam jaringan, Rabu (27/5/2020).
Dana murah BCA pada triwulan I-2020 tumbuh 17,3 persen secara tahunan menjadi Rp 568,5 triliun. Secara keseluruhan, dana murah BCA sekitar 76,7 persen terhadap dana pihak ketiga yang dihimpun BCA.
Sementara dana pihak ketiga BCA tumbuh 16,8 persen secara tahunan pada triwulan I-2020, menjadi Rp 741 triliun.
Akibatnya, rasio pinjaman terhadap simpanan atau LDR BCA turun 340 basis poin dari triwulan I-2019 ke triwulan I-2020, menjadi 77,6 persen.
Di sisi lain, penyaluran kredit BCA tumbuh 12,3 persen secara tahunan pada triwulan I-2020 menjadi Rp 612,1 triliun. Kendati tumbuh 3 persen dibandingkan dengan triwulan I-2019, menurut Jahja, kredit konsumen tak akan menjadi fokus pada triwulan berikutnya.
Menurut Jahja, pelemahan daya beli membayangi masyarakat. Hal ini antara lain terlihat dari penurunan kinerja kredit yang disalurkan melalui kartu sebesar 3,7 persen secara tahunan, menjadi Rp 12,4 triliun. ”Bukan saat yang tepat untuk mendorong kredit konsumen secara jorjoran,” ujarnya.
Akan tetapi, kredit korporasi tumbuh 25,4 persen secara tahunan pada triwulan I-2020 menjadi Rp 260,38 triliun. Kredit korporasi memiliki andil 42,5 persen terhadap kinerja penyaluran pinjaman BCA secara menyeluruh.
Jahja menyebutkan, kinerja korporasi di sektor ritel, farmasi, dan logistik masih berpeluang tumbuh. ”Namun, setiap pelaku bisnis di sektor tersebut tetap mesti ditinjau dalam pengajuan pinjaman. Kredit akan disalurkan untuk kebutuhan model kerja, operasional, bahkan invetasi. Jangan sampai untuk mengembalikan pinjaman pada bank lain,” tuturnya.
Direktur BCA Rudy Susanto menambahkan, kredit korporasi tetap berpotensi untuk digarap. ”Perusahaan besar saat ini sulit menerbitkan obligasi maupun meminjam dari luar negeri,” katanya.
Kembangkan digital
Dalam kesempatan yang sama, Managing Director dan Chief Financial Officer BCA Vera Eve Liem menuturkan, BCA mengembangkan layanan perbankan digital. Hal itu diwujudkan melalui salah satu anak usaha BCA, yakni Bank Royal, dengan suntikan modal sekitar Rp 1,5 triliun.
Vera menyebutkan, Bank Royal telah berganti nama menjadi Bank Digital BCA. Pada semester II-2020, Bank Digital BCA ini akan memasuki tahap prapeluncuran dan percobaan secara internal.