Kementerian Perdagangan mengizinkan peritel modern yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia menjual gula curah. Keputusan itu ditempuh untuk mengatasi kekurangan pasokan dan lonjakan harga gula.
Oleh
Agnes Theodora
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah mengizinkan gerai ritel modern menjual gula curah dengan harga sesuai ketentuan eceran tertinggi, yakni Rp 12.500 per kilogram. Kesepakatan Kementerian Perdagangan dengan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia itu ditempuh untuk menjaga pasokan gula di pasaran dan kembali menstabilkan harga gula yang melonjak tinggi beberapa bulan terakhir.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey, Selasa (26/5/2020), mengatakan, selama ini ada kendala dalam jalur distribusi gula di tengah pandemi Covid-19. Berhubung tidak boleh menjual gula curah dalam bentuk karung 50 kilogram, ritel modern tidak langsung mengambil stok dari gudang produsen sebab harus melalui perusahaan pengemas (packer) terlebih dahulu.
Sementara kapasitas pengemas untuk segera memecah gula per karung ke kemasan per kilogram berbeda-beda. ”Ada yang butuh 50 hari untuk mengemas 1.000 ton gula ke kemasan 1 kilogram sebab kapasitasnya hanya 20 ton per hari. Hal ini membuat pasokan gula terlambat masuk ke pasar dan suplai terbatas sehingga harga gula menjadi tinggi,” ujar Roy.
Aprindo sudah menandatangani nota kesepahaman dengan Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) untuk menjual gula hasil olahan pabrik rafinasi dengan harga sesuai harga eceran tertinggi (HET) atau Rp 12.500 per kilogram. Aprindo dijanjikan mendapat pasokan 30.000 ton gula dari delapan pabrik gula rafinasi yang ditugaskan pemerintah. Pasokan gula itu seharusnya sudah terdistribusi pada akhir Mei 2020 di gerai-gerai ritel modern.
Akan tetapi, kata Roy, akibat ada kendala di jalur distribusi dan pengemasan itu, pihaknya baru bisa mendapat setengah pasokan gula atau berkisar 10.000-15.000 ton dari AGRI.
Dalam kesepakatan Aprindo dengan Kementerian Perdagangan, 17 Mei 2020, disepakati bahwa sampai 31 Mei 2020 ritel modern diperbolehkan menjual gula curah kepada konsumen. Ritel anggota Aprindo akan mendapat pasokan 15.000 ton gula dari AGRI.
Seperti membeli bawang, cabai, dan buah, konsumen yang berbelanja gula di ritel menimbang dan membungkus sendiri gula yang dibutuhkan dengan harga sesuai HET.
”Karung gulanya akan tetap kami display di toko supaya terlihat izin edar dan stempel SNI (Standar Nasional Indonesia)-nya. Kami tidak akan mengganti karung. Silakan konsumen ambil sendiri dan masukkan gula sesuai kebutuhan ke plastik-plastik kecil transparan,” tutur Roy.
Rantai distribusi
Menurut Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, salah satu penyebab harga gula masih tinggi adalah panjangnya mata rantai distribusi sebelum akhirnya gula sampai di tangan konsumen. Dalam prosesnya, pelaku bisnis nakal mulai dari produsen, distributor, hingga pedagang terbukti menahan gula dan mempermainkan harga gula di tengah pandemi.
Ketua Satuan Tugas Pangan Polri Brigjen (Pol) Daniel Tahi Monang Silitonga mengatakan, selama pandemi ini, pihaknya sudah 17 kali menindak distributor dan pedagang yang memainkan harga gula. Penindakan yang dilakukan masih sebatas peringatan kepada pihak-pihak ”nakal” yang bersangkutan.
”(Dalam) penindakan ini, sementara kami dahulukan upaya koordinasi, pembelajaran bagi pedagang, pengusaha, dan distributor yang memainkan harga,” ucapnya.
Untuk memangkas rantai distribusi itu, Agus meminta agar gula bisa langsung didistribusikan ke pasar rakyat dan ritel modern tanpa harus melalui mata rantai distribusi yang panjang. ”Produsen harus menyalurkan atau menjual gula secara langsung ke pedagang di pasar rakyat dan ke ritel modern,” katanya.
Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia Budi Hidayat menyebutkan, persoalan utama harga gula yang masih tinggi sekarang terletak pada ketersediaan stok. Meskipun izin impor sudah keluar dan penugasan produksi gula sudah diserahkan kepada sejumlah perusahaan BUMN ataupun swasta, dampaknya belum terasa di masyarakat karena harga gula masih di atas rata-rata.
”Yang kita hadapi sekarang, stok di pasar kurang sekali. Padahal, di sisi lain, izin impor sudah keluar, baik untuk gula kristal mentah maupun gula kristal putih yang jumlahnya cukup besar, tapi barangnya sendiri belum semua sampai ke pasar,” kata Budi.