Cadangan minyak mentah Indonesia hanya 0,2 persen dari cadangan minyak dunia. Pencarian sumber cadangan baru sangat mendesak untuk memenuhi kebutuhan minyak di dalam negeri.
Oleh
ARIS PRASETYO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Survei seismik dua dimensi untuk mencari cadangan baru minyak dan gas bumi oleh Pertamina Hulu Energi, anak usaha PT Pertamina (Persero), telah mencapai 23.063 kilometer. Survei ini disebut yang terbesar di kawasan Asia Pasifik dalam kurun sepuluh tahun terakhir.
Survei tersebut dilakukan di laut lepas yang membentang dari perairan sekitar Pulau Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, hingga ke perairan di sekitar Pulau Seram, Maluku.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu mengatakan, kendati ada pandemi Covid-19, survei tetap berlangsung dengan menjalankan protokol kesehatan. Survei yang ditargetkan menempuh jarak 30.000 kilometer tersebut direncanakan rampung pada Juli 2020. Kegiatan ini menelan dana sebesar 30 juta dollar AS.
”Selain untuk mencari cadangan migas yang baru, survei ini juga untuk mendukung target produksi minyak 1 juta barel per hari dalam rangka memperkuat kedaulatan energi Indonesia,” kata Dharmawan dalam keterangan resmi, Kamis (28/5/2020).
Selain untuk mencari cadangan migas yang baru, survei ini juga untuk mendukung target produksi minyak 1 juta barel per hari dalam rangka memperkuat kedaulatan energi Indonesia.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menambahkan, Indonesia memiliki 128 cekungan hidrokarbon dan baru 21 cekungan yang sudah dieksploitasi. Adapun 37 cekungan lainnya sedang dieksplorasi dan 70 cekungan lainnya sama sekali belum diteliti.
”Survei siesmik ini, bagi SKK Migas, memiliki makna sangat penting bagi usaha mencapai target produksi migas nasional,” kata Dwi.
Sebelumnya, Direktur Asosiasi Perminyakan Indonesia Nanang Abdul Manaf mengatakan, tanpa penemuan baru berskala besar, cadangan minyak Indonesia akan habis dalam kurun sepuluh tahun mendatang. Saat ini, masih ada puluhan cekungan hidrokarbon di Indonesia yang sama sekali belum diteliti.
Sebagian besar letak cekungan itu ada di wilayah timur Indonesia dan ada di perairan dalam. Eksplorasi saat ini adalah sebuah aktivitas yang berisiko tinggi dari sisi keberhasilan penemuan.
”Rasionya paling bagus 30 persen. Selain butuh teknologi tinggi, biayanya juga sangat mahal. Namun, secara teknis masih memungkinkan ada penemuan cadangan baru,” kata Nanang.
Saat ini, produksi minyak mentah Indonesia kurang dari 800.000 barel per hari. Adapun kebutuhan konsumsi minyak nasional per hari rata-rata mencapai 1,5 juta barel. Kekurangan pasokan diperoleh dari impor yang berakibat Indonesia mengalami defisit perdagangan migas dalam beberapa tahun terakhir.
Saat ini diperkirakan cadangan minyak Indonesia 3 miliar barel. Angka itu hanya 0,2 persen dari total cadangan minyak mentah dunia. Baru-baru ini Iran mengumumkan penemuan cadangan minyak baru sebanyak 52 miliar barel.