Industri kreatif masih dapat bertahan dan keluar dari ancaman krisis jika para pelakunya mampu terus berinovasi dari rumah.
Oleh
Emilius Caesar Alexey
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 membuat banyak bisnis terpukul karena banyak orang membatasi pergerakan di luar rumah dan menjadi jarang bertemu. Namun, industri kreatif masih dapat bertahan dan keluar dari ancaman krisis jika para pelakunya mampu terus berinovasi dari rumah.
”Industri kreatif mengajarkan kepada kita, mereka yang berinovasi dari rumah yang bisa bertahan di masa pandemi ini. Kreativitas menjadi kata kunci untuk bisa bertahan dan keluar dari krisis yang sedang kita hadapi. Kolaborasi antara industri kreatif dan pihak perbankan juga dapat mengusahakan terus begeraknya roda ekonomi,” tutur Direktur Bisnis Mikro Bank BRI Supari dalam Zoom!nar bertema ”Industri Kreatif dan Alternatif Solusi Pendanaan” yang diselenggarakan Bank BRI, Jumat (29/5/2020), di Jakarta.
Seminar melalui aplikasi Zoom itu diikuti 765 pelaku industri kreatif dari 16 sektor. Beberapa pelaku industri kreatif yang hadir antara lain formasi lengkap GIGI Band (Armand Maulana, Dewa Budjana, Thomas Ramdhan, dan Gusti Hendy) dan Raul Renanda, seorang arsitek dan seniman.
Menurut Supari, meskipun berkreasi dan berinovasi dari rumah, para pelaku industri kreatif tetap bisa mendapatkan pendanaan dari bank untuk membiayai proyek atau usaha mereka. Selain dari bank, pendanaan juga dapat diakses para pelaku industri kreatif dari pinjaman peer to peer melaui teknologi finansial yang menjadi rekanan BRI.
”Bank BRI memberikan solusi alternatif pandanaan kepada seluruh lapisan masyarakat, termasuk industri kreatif. Aset tangible atupun intangible yang dihasilkan oleh industri kreatif, yang memiliki nilai ekonomis dan mungkin bankable, dapat menjadi jaminan,” kata Supari.
Arsitek dan seniman Raul Renanda yang dikenal melalui karyanya, desain Gedung Taman Ismail Marzuki, dan kini merambah ke industri desain piano modern ini mengatakan, inovasi dari rumah menjadi kunci untuk bisa keluar dari keterimpitan pada masa pandemi.
”Seorang seniman biasanya akan sangat kreatif dan menghasilkan master piece justru pada saat dia tertekan,” kata Raul.
Raul mendorong pihak perbankan untuk mau terus berkomunikasi dengan pelaku industri kreatif agar bisa hadir dengan alternatif solusi pendanaan. ”Tidak ada karya yang bisa menghasilkan nilai tambah 30 kali lebih besar dari modal tangible yang ia investasikan selain karya industri kreatif. Selama ini, karya-karya industri kreatif terbukti memiliki nilai ekonomis yang sangat besar. Ini seperti investasi risiko tinggi dengan tingkat pengembalian yang tinggi juga,” tutur Raul.
Sementara itu, Armand Maulana, vokalis band GIGI, mengatakan, perlindungan hak intelektual dan hak cipta masih menjadi masalah di negara ini. ”Bentuk akhir dari karya musik adalah metadata di zaman digital sekarang ini. Perlindungan hak intelektual dan hak cipta masih menjadi pekerjaan serius yang harus bisa ditangani agar tidak terus merugikan industri kreatif,” kata Armand Maulana.
”Band GIGI mengapresiasi terbitnya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2019 terkait industri kreatif yang diinisiasi oleh Kemenparekraf. Kami juga berharap karya-karya intangible dapat disahkan dalam konteks fidusia dalam industri perbankan,” katanya.
Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Digital dan Sumber Daya Manusia Dedy Permadi mengatakan, konferensi video semacam Zoom!nar ini membuat para pelaku industri kreatif tetap dapat berdialgg satu sama lain dan berdialog dengan perbankan untuk mencari solusi bagi mereka. Pandemi Covid-19 yang membuat redup banyak sektor usaha harus tetap dicari celahnya agar sektor industri kreatif dapat segera bangkit lagi.