Permintaan susu sapi segar turun seiring pembatasan sosial di tengah pandemi Covid-19. Harga susu di tingkat peternak pun anjlok. Lengkap sudah derita peternak sapi perah di peringatan Hari Susu Nusantara.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Anjloknya harga jual susu sapi segar seiring turunnya permintaan di tengah pandemi Covid-19 menjadi pelengkap duka peternak sapi perah nasional. Hari Susu Sedunia sekaligus Hari Susu Nusantara tahun ini, Senin (1/6/2020), terasa suram.
”Hari Susu Nusantara tahun ini paling menyedihkan bagi peternak sapi perah,” kata Ketua Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia Agus Warsito saat dihubungi, Senin (1/6/2020).
Agus memperkirakan penyerapan susu oleh pabrik pengolah turun 20 persen. Akibatnya, koperasi peternak sapi perah yang dia kelola mesti membuang susu 80-90 ton dalam dua bulan terakhir. Selain itu, harga susu di tingkat peternak Rp 5.000–Rp 5.500 per liter, umumnya lebih rendah dari ongkos produksi. Dia berharap harga susu setidaknya Rp 7.000 per liter di tingkat peternak.
Menurut Ketua Dewan Persusuan Nasional Teguh Boediyana, andil susu segar dalam negeri dalam pemenuhan kebutuhan nasional stagnan. ”Tak ada sistem yang mengawasi dan mengevaluasi pemerintah dalam program terkait produksi susu segar dalam negeri, misalnya kebijakan pengembangan populasi sapi perah,” ujarnya.
Tak hanya soal produksi dan populasi sapi, Teguh menyoroti tata kelola koperasi peternak sapi perah. Dari total 55 unit, koperasi yang agregat produksinya mencapai 50 ton per hari bisa dihitung dengan jari. Artinya, mayoritas koperasi kurang efisien.
Selisih harga yang diterima peternak dan harga yang dijual ke pabrik tergolong tinggi, berkisar Rp 1.500 per liter. Padahal, koperasi berperan penting dalam menjalin kemitraan dengan industri pengolahan susu.
Di sisi lain, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Abdul Rochim mengatakan, kapasitas industri pengolahan susu terpakai 80 persen selama pandemi Covid-19. Saat ini ada 70 industri pengolahan susu skala menengah dan besar yang memproduksi berbagai jenis produk susu olahan, termasuk susu bubuk, susu cair, keju, dan yoghurt, di Indonesia.
Data Kementerian Pertanian dari Badan Pusat Statistik, produksi susu segar dalam negeri mencapai 996.442 ton tahun lalu dan memenuhi 22 persen konsumsi susu nasional. Padahal, Cetak Biru Persusuan 2013-2025 yang diterbitkan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menargetkan kontribusi susu segar dalam negeri pada pemenuhan kebutuhan susu nasional mencapai 60 persen pada 2025.
Menurut Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita, laju pertumbuhan populasi sapi perah belum mampu mencukupi kebutuhan susu segar dalam negeri dan turunannya. ”Akibatnya, ketersediaan sebagian besar produk susu dan turunannya berasal dari impor yang semakin lama semakin meningkat,” ujarnya.
Abdul menambahkan, pemerintah mendorong industri pengolahan susu untuk meningkatkan kerja sama dan kemitraan dengan peternak sapi perah. Pemerintah juga mengharapkan pelaku industri berinvestasi di peternakan sapi perah dengan skala megafarm sebagai upaya untuk mendongkrak produksi susu segar dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor bahan baku susu.