Stok garam hasil panen tahun lalu masih menumpuk dan mencapai ratusan ribu ton. Petambak khawatir harga garam produksi tahun ini anjlok lagi seiring rendahnya penyerapan industri serta rencana pemerintah mengimpor garam.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Stok garam rakyat hasil panen tahun lalu hingga kini masih menumpuk. Penumpukan stok garam hasil panen dipicu antara lain minimnya penyerapan garam oleh perusahaan. Padahal, para petambak garam kini hampir memasuki musim produksi baru.
Ketua Himpunan Masyarakat Petani Garam (HMPG) Jawa Timur Muhammad Hasan mengemukakan, petambak tengah mempersiapkan musim baru produksi garam. Panen garam diprediksi berlangsung mulai Juli 2020 hingga Desember 2020 jika didukung cuaca baik.
Data Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi garam rakyat per Desember 2019 mencapai 2,8 juta ton atau meningkat dibandingkan produksi per Desember 2018 yang mencapai 2,71 juta ton. Jumlah itu melampaui kebutuhan garam konsumsi yang rata-rata 1,2 juta ton per tahun.
Persoalan yang muncul, stok garam hasil panen tahun lalu saat ini masih menumpuk di tingkat petambak. Per 22 Mei 2020, stok garam di Jawa Timur mencapai 700.000 ton. Stok yang menumpuk memicu harga garam semakin anjlok. Harga garam di tingkat petambak garam saat ini hanya Rp 250-Rp 350 per kg.
Pihaknya meminta pemerintah segera mendorong industri pengguna garam untuk menyerap stok garam rakyat. Apabila penyerapan masih minim, sedangkan musim panen garam kembali berlangsung bulan depan, harga garam rakyat dipastikan makin terpuruk. Selain itu, pemerintah juga perlu segera menetapkan harga pokok pembelian (HPP) garam untuk melindungi petambak garam rakyat dari ketidakpastian harga.
”Kalau tidak ada upaya mendorong industri dan produsen garam untuk menyerap garam rakyat, harga (garam rakyat) akan semakin hancur,” kata Hasan.
Di sisi lain, pemerintah diminta mengkaji ulang rencana impor garam tahun ini demi menyelamatkan garam rakyat. Beberapa industri dinilai sudah bisa menggunakan garam rakyat untuk proses produksi, seperti industri aneka pangan dan kertas.
Secara terpisah, Direktur Jasa Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan Miftahul Huda mengemukakan, target produksi garam nasional tahun ini 3 juta ton. Sementara itu, stok garam nasional masih ada 800.000 ton.
Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menetapkan alokasi impor garam 2,9 juta ton untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan industri pengguna pada 2020. Angka itu meningkat dibandingkan alokasi tahun lalu yang 2,7 juta ton.
Di tempat terpisah, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Maritim dan Investasi Safri Burhanudin mengemukakan, pemerintah saat ini fokus mengejar kuantitas dan kualitas produksi garam. Intensifikasi lahan garam akan dilakukan untuk menaikkan kapasitas produksi dari 50-60 ton per hektar menjadi 100-150 ton per ha.
Ia menambahkan, target swasembada garam menghadapi kebutuhan garam yang terus meningkat. Dua tahun lalu, pemerintah mencanangkan produksi garam nasional mencapai 3,5 juta ton pada tahun 2021 untuk mencapai swasembada garam industri, khususnya aneka pangan. Namun, ketika target berpeluang dipenuhi, ternyata kebutuhan garam sudah meningkat mencapai 4,5 juta ton.
”Pergaraman juga tidak bisa lagi dilakukan secara tradisional. Upaya intensifikasi lahan harus dilakukan agar bisa swasembada,” ujarnya.