Nilai Akuisisi BCA atas Rabobank Berpotensi Membengkak
Rencana akuisisi PT Bank Central Asia Tbk terhadap 3,72 juta unit saham PT Bank Rabobank International Indonesia berpotensi mencapai Rp 500 miliar.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Nilai akuisisi PT Bank Central Asia Tbk terhadap PT Bank Rabobank International Indonesia berpotensi meningkat. Pasalnya nilai akuisisi nantinya akan disesuaikan dengan laporan keuangan aktual pada saat tanggal penyelesaian transaksi.
Dalam keterangan tertulis, Executive Vice President Secretariat and Corporate Communication BCA Hera F Haryn mengatakan, nilai akuisisi final akan mengacu pada nilai ekuitas Rabobank yang telah disesuaikan, lalu ditambah premium yang bersifat tetap sebesar 20,5 juta dollar AS.
”Saat ini, estimasi total nilai akuisisi adalah Rp 500 miliar. Nilai ini adalah nilai keseluruhan, sudah termasuk premium 20,5 juta dollar AS,” ujarnya di Jakarta, Selasa (9/6/2020).
Estimasi total nilai akuisisi BCA terhadap Rabobank adalah Rp 500 miliar. Nilai ini adalah nilai keseluruhan, sudah termasuk premium 20,5 juta dollar AS. (Hera F Haryn)
Hera menegaskan, pendanaan itu tidak berasal dari pinjaman ataupun fasilitas pembiayaan dalam bentuk apa pun dari suatu bank atau pihak lainnya. Rancangan akuisisi BCA terhadap Rabobank Indonesia sepenuhnya menggunakan modal internal yang berasal dari laba ditahan.
Hingga akhir 2019, total ekuitas Rabobank tercatat sebesar Rp 628,47 miliar, turun 43 persen dibandingkan dengan posisi akhir tahun sebelumnya senilai Rp 1,1 triliun. Meski begitu, salah satu kontributornya, yaitu nilai modal saham ditempatkan dan disetor penuh, meningkat 22,46 persen menjadi Rp 1,86 triliun dari Rp 1,52 triliun.
Seusai akuisisi, BCA akan memiliki 3,71 juta lembar saham yang mewakili 99,99 persen kepemilikan dari total saham yang telah ditempatkan dan disetor kepada Rabobank. Sementara sisa dari kepemilikan saham yang ditempatkan dimiliki oleh salah satu anak usaha dari BCA, yakni BCA Finance.
Sebelum akuisisi, kepemilikan saham Rabobank Indonesia didominasi oleh Cooperatieve Rabobank UA sebesar 81,65 persen. Adapun sisanya dimiliki PT Aditirta Suryasentosa (6,53 persen), PT Antarindo Optima (6,53 persen), PT Antariksabuana Citanagara (3,27 persen), Jimmy Lityo (1,8 persen), dan PT Mitra Usaha Kencana Sejati (0,22 persen).
Menurut Hera, alasan utama BCA mengakuisisi Rabobank adalah untuk menyediakan solusi dan layanan yang komprehensif bagi nasabah. Potensi penggabungan Rabobank dengan entitas anak BCA akan dikaji sebagai inisiatif strategis untuk memperkuat entitas anak BCA yang akan menerima penggabungan.
Potensi penggabungan Rabobank dengan entitas anak BCA akan dikaji sebagai inisiatif strategis untuk memperkuat entitas anak BCA yang akan menerima penggabungan.
”Pada saat ini BCA memiliki entitas-entitas anak yang bergerak di bidang pembiayaan mobil, pembiayaan sepeda motor, asuransi umum, asuransi jiwa, perbankan, perbankan syariah, sekuritas, remittance, dan penanaman modal ventura,” ujarnya.
BCA memperkiraan persetujuan akuisisi dari Otoritas Jasa Keuangan dapat rampung pada 27 Agustus 2020 sehingga penandatanganan Akta Akuisisi Rabobank selambatnya dapat dilakukan pada 10 September 2020. BCA berencana menggabungkan Rabobank dengan Bank Digital BCA hasil akuisisi dari Bank Royal.
Sebelumnya, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyatakan bahwa perusahaan membutuhkan tenaga dan waktu untuk membesarkan Rabobank dan Bank Royal sebagai entitas anak usaha BCA yang baru.
”Akuisisi dua bank ini saja masih banyak PR-nya. Bank Royal masih perlu persetujuan untuk bank digital, sementara Rabobank masih berproses,” ujarnya.