Penularan Covid-19 yang terjadi di pasar tradisional diwaspadai Pemerintah Kabupaten Sleman. Untuk itu, tes cepat massal dan uji usap tenggorok diadakan secara serentak terhadap pedagang di sejumlah pasar.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Penularan Covid-19 yang terjadi di pasar tradisional diwaspadai Pemerintah Kabupaten Sleman. Untuk itu, tes cepat massal dan uji usap tenggorok diadakan secara serentak terhadap pedagang di sejumlah pasar. Langkah ini menjadi upaya pencarian kasus yang belum dapat terdeteksi.
”Kami mengadakan rapid test dan uji swab di pasar ini agar punya gambaran sejauh mana Covid-19 berada di wilayah-wilayah pasar di Sleman,” kata Bupati Sleman Sri Purnomo saat memantau pelaksanaan tes cepat dan uji usap di Pasar Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (9/6/2020).
Tes cepat itu menyasar para pedagang di 14 pasar tradisional yang tersebar di wilayah Kabupaten Sleman. Pasar-pasar itu adalah Pasar Prambanan, Pasar Condongcatur, Pasar Kolombo, dan sebagainya. Total peserta tes cepat itu sebanyak 710 orang. Hasilnya, sebanyak 686 orang nonreaktif, sedangkan 24 orang lainnya reaktif.
Kami mengadakan rapid test dan uji swab di pasar ini agar punya gambaran sejauh mana Covid-19 berada di wilayah-wilayah pasar di Sleman. (Sri Purnomo)
Peserta tes cepat yang menunjukkan hasil reaktif akan menjalani karantina di Asrama Haji Yogyakarta, sambil menunggu jadwal pengambilan uji usap. Tempat karantina tersebut dapat menampung hingga 158 orang.
Selain tes cepat, dilakukan pula pengambilan uji usap secara acak terhadap sejumlah pedagang. Pengambilan uji usap ini menyasar pedagang dari empat pasar, yaitu Pasar Prambanan, Pasar Condongcatur, Pasar Kolombo, dan Pasar Godean.
Pelaksanaan uji usap dilakukan di tiga tempat berbeda, yakni Pasar Prambanan, Balai Desa Condongcatur (untuk Pasar Kolombo dan Pasar Condongcatur), serta Puskesmas Godean I. Di tiga lokasi tersebut masing-masing ada 10 pedagang yang dilakukan uji usap.
Sri menjelaskan, pedagang yang disasar uji usap tersebut merupakan yang punya risiko tinggi tertular. Ini dilihat dari interaksi pedagang dan potensi kerumunan yang ditimbulkan dari aktivitas jual beli. Selain itu, beberapa pedagang juga menerima pasokan dagangan dari luar daerah.
Sistem acak
”Yang kami lakukan ini (tes cepat dan uji usap) sifatnya masih acak karena di situ sering terjadi kerumunan. Namun, perlu kami sampaikan, Disperindag Sleman sudah semaksimal mungkin lewat UPT Pasar mendisiplinkan pakai masker. Harapannya tidak terjadi penularan di pasar tradisional,” tutur Sri.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo mengungkapkan, uji usap acak ini masih dalam tahap uji coba. Pihaknya masih melihat efektivitas uji usap acak tersebut. Ada keterbatasan kapasitas tenaga kesehatan yang mampu melaksanakan uji usap tersebut. Selama ini, tes massal lebih sering menggunakan metode tes cepat.
”SDM (sumber daya manusia) saja hanya punya sekitar 60 orang yang mampu melakukan uji usap. Kami masih modifikasi ini dengan mengombinasikan antara tes cepat dan uji usap acak. Sebab, mengambil spesimen dari tenggorokan dan langsung perlu keahlian khusus,” kata Joko.
Joko menambahkan, ke depan, pihaknya mengharapkan uji usap sebagai upaya penapisan kesehatan massal bisa dilakukan. Ia telah mengadakan pelatihan terhadap tenaga kesehatan di wilayahnya terkait pengambilan sampel uji usap tersebut.
Sementara itu, Sri mengatakan, pihaknya belum berencana menutup pasar meski melakukan tes cepat dan uji usap acak di sejumlah pasar tradisional. Penutupan pasar dipertimbangkan jika hasil tes cepat menunjukkan angka yang signifikan dari jumlah sasaran tes cepat. Sebagai gantinya, ia memperketat protokol kesehatan di pasar tradisional dengan mewajibkan pedagang dan pembeli menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan. Pasar tradisional juga akan disemprot disinfektan dua kali sehari.