Pengelola obyek wisata di Jawa Timur masih bersiap untuk kembali beraktivitas di tengah wabah penyakit akibat virus korona jenis baru penyebab wabah ”coronavirus disease 2019” (Covid-19).
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pengelola obyek wisata di Jawa Timur masih bersiap untuk kembali beraktivitas di tengah wabah coronavirus disease 2019 (Covid-19) akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2). Meskipun para pengelola masih menunggu regulasi sekaligus prosedur tetap dan protokol kesehatan dalam kepariwisataan dari pemerintah, mereka mulai berpromosi untuk membangkitkan kembali kepercayaan konsumen.
Menurut Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Jatim Gondo Hartono di Surabaya, Jumat (12/6/2020), pertimbangan utama pengelola obyek wisata untuk kembali membuka diri adalah potensi kunjungan konsumen. Padahal, keramaian masih dianggap amat berisiko untuk penularan Covid-19.
Oleh karena itu, pengelola harus menyiapkan banyak hal jika ingin kembali membuka obyek-obyek wisata. Yang terutama adalah pengurangan daya tampung sampai separuhnya, penyediaan kelengkapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), yakni tempat cuci tangan, air bersih, sabun, gel atau larutan pembersih tangan, dan cairan disinfektan, serta penyediaan tim pengecek kondisi kesehatan konsumen dan penyediaan paramedis.
Di sisi lain, konsumen juga berpikir untuk menahan diri terlebih dahulu datang ke tujuan tamasya karena tuntutan protokol kesehatan atau kondisi perekonomian keluarga. ”Kami perlu pelan-pelan sambil melihat situasi wabah ke depan,” ujar Gondo.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jatim Sinarto mengatakan, protokol kesehatan mutlak diterapkan dalam kepariwisataan ke depan terutama saat ini wabah Covid-19 belum teratasi. Konsumen juga patut memperhatikan keselamatan kesehatan diri sendiri dengan menerapkan PHBS, memakai masker dan atau sarung tangan, membawa cairan pembersih tangan, dan menaati saran tim petugas jika terindikasi sakit untuk melaksanakan tahapan lanjutan pemeriksaan dengan tes cepat lalu swab.
”Kami berkoordinasi dengan pengelola dan pengusaha untuk mulai promosi dan sosialisasi,” kata Sinarta. Mereka harus lebih memperkuat sinergi untuk meyakinkan publik bahwa obyek-obyek wisata di Jatim akan aman dan nyaman untuk kembali dikunjungi meski harus menerapkan penyesuaian.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim Dadang Hardiman mengatakan, wabah Covid-19 menekan terlalu keras industri kepariwisataan. Data memperlihatkan, kunjungan turis mancanegara ke Jatim lewat Bandar Udara Juanda, Sidoarjo, pada April lalu hanya 21 orang, dan itu pun tenaga migran yang pulang kampung karena terdampak wabah.
Jumlah kunjungan itu terlalu jomplang dibandingkan dengan Maret yang masih 5.774 orang, apalagi perbandingan dengan April tahun lalu yang 18.341 orang.
Wabah Covid-19 menekan terlalu keras industri kepariwisataan.
Kepariwisataan menyumbang hampir 6 persen dari produk domestik regional bruto (PDRB) Jatim yang Rp 2.200 triliun. Meski kontribusi belum sampai 10 persen, kepariwisataan mampu menyerap sekitar 280.000 pekerja formal dan lebih dari 1 juta pekerja nonformal.