Bank Lebih Terbuka Lewat Kolaborasi untuk Percepat Digitalisasi
Ruang kolaborasi antara perbankan dan perusahaan teknologi finansial masih terbuka luas seiring meningkatnya kebutuhan digitalisasi layanan lembaga jasa keuangan.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
Era normal baru memacu perbankan mempercepat pengembangan sistem bank terbuka untuk mendorong efisiensi, keamanan, dan keandalan sistem pembayaran. Agar tujuan tersebut tercapai, diperlukan kolaborasi yang semakin kuat antarlembaga jasa keuangan.
Sistem bank terbuka atau open banking menyediakan data jaringan lembaga keuangan dan perbankan kepada pengguna melalui penggunaan aplikasi pemrograman antarmuka (application programming interface/API) yang diyakini mampu meningkatkan layanan digital yang semakin dibutuhkan masyarakat.
Dalam diskusi virtual yang digelar Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia, Senin (15/6/2020), Executive Vice President Digital Center of Excellence PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kaspar Situmorang mengungkapkan, saat ini bank diharapkan bisa melayani masyarakat sebanyak mungkin dengan biaya seefisien mungkin.
”Perbankan Indonesia saat ini tengah menuju era open banking untuk akselerasi pertumbuhan digital banking,” kata Kaspar.
Perbankan Indonesia saat ini tengah menuju era ”open banking” untuk akselerasi pertumbuhan ”digital banking”.
Dia mencontohkan, tren menuju era bank terbuka secara bertahap telah dilakukan BRI dengan mengakselerasi aplikasi pemrograman antarmuka untuk bisa berintegrasi dengan berbagai macam ekosistem di Indonesia. Melalui integrasi ini, BRI dapat melakukan interkoneksi antara perbankan dan penyedia layanan pembiayaan di seluruh Indonesia.
Melalui digitalisasi, lanjut Kaspar, BRI mempersingkat waktu pencairan dana pinjaman. Sebelumnya, BRI perlu waktu dua pekan untuk mencairkan dana pinjaman. Namun, sejak 2019, BRI berhasil menyingkat waktu menjadi hanya dua menit.
”Kami juga sudah bekerja sama dengan layanan teknologi finansial untuk mengakselerasi pertumbuhan pemberian pinjaman di industri kreatif,” ujarnya.
Wakil Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Suwignyo Budiman menyampaikan, pada akhirnya industri perbankan konvensional akan meningkatkan kolaborasi dengan industri tekfin untuk meningkatkan layanan di bidang digital. Apalagi, transaksi di mesin anjungan tunai mandiri (ATM) kantor cabang bank menurun signifikan karena perkembangan teknologi.
”Saat ini lebih dari 70 persen transaksi dilakukan melalui kanal elektronik bank. Transaksi di mesin ATM menurun drastis, dari 60 persen transaksi di BCA pada 10 tahun lalu, menjadi tidak lebih dari 10 persen,” ujarnya.
Transaksi di mesin ATM menurun drastis, dari 60 persen menjadi tidak lebih dari 10 persen dari total transaksi di BCA.
Suwignyo memaparkan, tingkat kebutuhan masyarakat terhadap layanan digital semakin hari semakin tinggi. Misalnya, pada 10 tahun lalu, rasio penggunaan m-banking di bawah 10 persen dari seluruh transaksi. Namun, sekarang menjadi 45 persen.
Sementara itu, transaksi yang dilakukan di kantor cabang BCA semakin lama semakin menurun. Pembatasan sosial yang dilakukan sebagai upaya mengurangi angka penularan Covid-19 membuat transaksi di kantor cabang anjlok hingga hanya 1,5 persen dari total transaksi.
Transaksi digital, lanjutnya, berkembang pesat karena dukungan teknologi yang menyebabkan pola gaya hidup masyarakat berubah. Dengan kehadiran layanan tekfin, transaksi dapat dilakukan dengan mudah dan cepat hanya melalui telepon pintar.
Momentum kolaborasi
Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Adrian Gunadi mengatakan, era normal baru setelah pandemi Covid-19 menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi dengan perbankan dan ekosistem lain. Alasannya, digitalisasi jadi tren industri mendatang.
”Dengan adanya pandemi dan pembatasan sosial, semua ingin digital, tetapi menjadi poin kritikal adalah cara pandang bersifat kolaboratif,” ujarnya.
Industri perbankan dan asuransi, menurut Adrian, perlu melakukan akselerasi untuk kebutuhan digitalisasi, termasuk mencermati cara kerja perusahaan tekfin. Selain akselerasi digitalisasi dan kolaborasi, tren lain yang turut berkontribusi dalam industri adalah lingkungan yang kondusif dan peran regulator yang semakin terbuka.