ADB: Ekonomi Indonesia Tahun Ini Diperkirakan Tumbuh 1 Persen
Meskipun pelonggaran pembatasan mobilitas di Indonesia pada awal Juni 2020 akan membantu kegiatan perekonomian berjalan kembali, masih banyak terdapat ketidakpastian.
Oleh
hendriyo widi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan ekonomi Indonesia pada tahun ini tumbuh 1 persen. Namun, pada 2021, ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,3 persen.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun depan itu ditopang konsumsi rumah tangga, membaiknya iklim investasi, dan mulai pulihnya perekonomian dunia.
Direktur ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein, Kamis (18/6/2020), mengatakan, pandemi Covid-19 telah menimbulkan gangguan ekonomi signifikan di dunia, termasuk Indonesia. Dampak terberatnya ada pada lapangan kerja dan penghidupan, terutama bagi kelompok masyarakat yang paling rentan.
”Pelaksanaan langkah-langkah kebijakan yang tepat waktu, seperti yang dilakukan Pemerintah Indonesia dalam program pemulihan ekonominya, akan sangat bermanfaat agar membantu Indonesia membaik sekaligus melindungi kesejahteraan masyarakat,” ujarnya dalam siaran pers di Jakarta.
Dalam laporan tambahan Asian Development Outlook (ADO) 2020, ADB memperkirakan, ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik tumbuh 0,1 persen pada 2020. Angka ini menurun dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan tersebut pada April lalu yang sebesar 2,2 persen. Ini merupakan taraf terendah pertumbuhan ekonomi kawasan Asia dan Pasifik sejak 1961.
Pandemi Covid-19 telah menimbulkan gangguan ekonomi signifikan di dunia, termasuk Indonesia. Dampak terberatnya ada pada lapangan kerja dan penghidupan, terutama bagi kelompok masyarakat yang paling rentan.
ADB juga memperkirakan kegiatan ekonomi di negara-negara Asia Tenggara lainnya akan terdampak lebih berat dari Indonesia pada 2020 sebelum membaik lagi pada 2021. Ekonomi Filipina diperkirakan tumbuh minus 3,8 persen dan Thailand minus 6,5 persen tahun ini.
Hal itu terjadi karena terbatasnya arus perdagangan dan menurunnya jumlah wisatawan yang telah memperburuk proyeksi perekonomian secara substantial. Pertumbuhan ekonomi regional Asia Tenggara pada 2021 diperkirakan akan naik menjadi 6,2 persen.
Ekonom ADB untuk Indonesia, Emma Allen, mengemukakan, meskipun pelonggaran pembatasan mobilitas di Indonesia pada awal Juni 2020 akan membantu kegiatan perekonomian berjalan kembali, masih banyak terdapat ketidakpastian. Ini perlu diimbangi dengan percepatan program Pemulihan Ekonomi Nasional untuk merespons krisis ini.
Meskipun pelonggaran pembatasan mobilitas di Indonesia pada awal Juni 2020 akan membantu kegiatan perekonomian berjalan kembali, masih banyak terdapat ketidakpastian.
”Pemerintah Indonesia perlu memanfaatkan teknologi agar penyampaian (jaring pengaman sosial) lebih efisien sekaligus untuk mendorong inklusi keuangan. Teknologi ini juga bisa dimanfaatkan untuk memperkuat kaitan Indonesia dalam rantai nilai global,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah memperkirakan kinerja ekonomi pada triwulan II-2020 minus 3,1 persen. Sementara pertumbuhan ekonomi tahun 2020 diperkirakan berkisar 0-1 persen.
Resesi bisa terjadi jika ekonomi triwulan III-2020 masih tumbuh negatif. Untuk itu, kebijakan pemerintah diarahkan untuk mengelola risiko penurunan ke bawah (downside risk) agar tidak semakin buruk.
”Penyaluran bantuan sosial dan stimulus bagi dunia usaha diharapkan mampu menahan laju penurunan ekonomi. Jika tidak ada lonjakan kasus Covid-19, pertumbuhan ekonomi akan kembali positif pada triwulan III-2020,” ucapnya (Kompas, 17 Juni 2020).
Pemerintah akan kembali meningkatkan anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk memitigasi resesi. Biaya penanganan Covid-19 diperkirakan Rp 695,2 triliun. Untuk bidang kesehatan dialokasikan Rp 87,55 triliun dan program PEN Rp 607,65 triliun. Dari total dana program PEN tersebut, sebanyak Rp 203,9 triliun untuk jaring pengaman sosial.