Banyak masyarakat tidak sabar untuk berwisata di alam, demikian juga dengan pelaku industri wisata yang butuh pemasukan. Namun, aktivitas wisata alam juga tetap perlu memperhatikan protokol kesehatan.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
Beberapa wisatawan yang bergabung dalam grup pendakian gunung di media sosial Facebook membagikan foto-foto perjalanan terkini mereka, pada pertengahan Juni 2020. Ada yang ke Gunung Gede Pangrango dan ada yang ke Gunung Cikuray di Jawa Barat.
Foto-foto itu menampilkan ekspresi kebahagiaan mereka saat kembali berkegiatan di alam. Di satu foto, beberapa pendaki berfoto beramai-ramai di puncak gunung, tanpa memakai masker dan memperhatikan jarak.
Foto-foto tersebut pun menimbulkan pertanyaan dari beberapa anggota grup lainnya. Ada yang menanyakan apakah pihak taman nasional sudah kembali membuka akses bagi pendaki. Lalu mengapa para pendaki tidak memakai masker dan memperhatikan jarak yang menjadi protokol standar pencegahan Covid-19.
Seperti diketahui, Provinsi Jawa Barat masih memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) proposional sampai 26 Juni 2020. Status itu diperpanjang dari jadwal terakhir, 12 Juni, karena hanya sebagian kabupaten yang berkategori zona kuning atau berisiko rendah Covid-19.
Sementara itu, daerah yang sudah menyudahi status PSBB, seperti Malang, Jawa Timur, sudah kembali membuka tempat wisata. Kesempatan itu pun dimanfaatkan Ilham Akbar Putra dan beberapa temannya untuk berlibur di akhir pekan.
Pemuda asal Kota Malang, Jawa Timur, mengunjungi beberapa tempat wisata di Kabupaten Malang, seperti goa dan pantai di pesisir selatan. ”Selepas PSBB, tempat wisata sudah mulai dibuka kembali dengan protokol kesehatan yang sudah diaplikasikan,” kata Ilham kepada Kompas, Selasa (23/6/2020).
Pemuda 23 tahun itu mengaku, penerapan protokol kesehatan belum dianggap terlalu penting di daerahnya. Oleh karena itu, ia lebih memilih pergi ke tempat wisata yang baru dan masih minim pengunjung, dengan tetap menjalankan standar minimal pencegahan Covid-19.
Pemerintah pusat pun mulai melegalkan pembukaan kembali wisata alam secara bertahap. Dengan persiapan terukur oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah, kawasan wisata di 270 kabupaten dan kota yang termasuk dalam zona hijau dan zona kuning boleh dibuka.
Senin lalu (22/6/2020), Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya juga menyampaikan, 29 taman nasional dan taman wisata alam bertahap dibuka sampai pertengahan Juli 2020.
Ketua Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo pada hari yang sama mengatakan, keputusan itu mempertimbangkan keinginan masyarakat.
Anggota Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Reisa Broto Asmoro, pada kesempatan berbeda, menyampaikan pembukaan pariwisata berbasis alam penting karena menjadi tulang punggung ekonomi rakyat.
”Rakyat mempromosikan pembangunan atau ekonomi berkelanjutan dengan memadukan pelestarian alam, edukasi, dan promosi kesadaran menjaga lingkungan hidup dan ekonomi lokal yang berkelanjutan,” sebut Reisa.
Mengutip pernyataan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama, Raisa juga mengatakan, wisata alam seperti ekowisata dan wisata bahari telah menjadi andalan pariwisata Indonesia sejak 2017.
Ketua Indonesia Adventure Travel Trade Association (IATTA) Cahyo Alkantana mengaku operator wisata alam dan petualangan sudah siap dengan aplikasi protokol kesehatan. Namun, ia tidak menampik risiko ketidakpatuhan yang bisa membahayakan.
”Dengan risiko yang tinggi, proteksi harus juga tinggi karena yang ditakutkan penularan berdampak pada pekerja wisata dan masyarakatnya. Apalagi sekarang banyak masyarakat merasa ini sudah normal seperti sedia dulu kala,” ujarnya saat dihubungi Kompas.
Ia pun mengharapkan pekerja operator wisata tidak hanya berhenti membuat protokoler kesehatan, tapi juga melakukan pengawasan dengan benar. Dengan demikian, industri wisata diharapkan dapat kembali berjalan dan menghidupi kembali pelaku wisata.
”Kemarin saya kira sudah banyak operator yang mencuri start. Sulit menahan karena ini masalah ekonomi. Namun, kita harapkan agar tetap jalani protokol kesehatan. Dengan adanya kebijakan pemerintah untuk membuka wisata, lebih bagus, karena ini yang kami tunggu,” imbuhnya.
Pihaknya pun mengaku akan ikut mengawasi dan mengevaluasi protokoler, perawatan, dan operasional operator wisata alam yang ada di bawah asosiasi mereka. Evaluasi akan dilakukan setidaknya sebulan sekali.