Sepeda, Produk Favorit di Masa Pandemi
Sepeda jadi produk favorit di laman e-dagang. Pencarian sepeda meningkat selama pandemi Covid-19. Pelaku usaha kewalahan mencari komponen sepeda.
JAKARTA, KOMPAS — Masyarakat memburu sepeda di masa pandemi Covid-19. Sepeda digunakan sebagai alat transportasi jarak dekat sekaligus untuk berolahraga.
Perburuan masyarakat tidak hanya di toko luar jaringan atau luring, tetapi juga di toko dalam jaringan atau daring.
Tren di dunia ini membuat pelaku usaha dan pemasok di Indonesia memburu komponen sepeda hingga ke luar negeri. Namun, mereka mesti bersaing dengan pelaku usaha lain karena permintaan di seluruh dunia sedang tinggi.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo) Eko Wibowo Utomo menyebutkan, permintaan sepeda di masa pandemi Covid-19 melonjak 3-4 kali lipat dibandingkan dengan kondisi normal. ”Kenaikan permintaan ini karena bersepeda menjadi pilihan aktivitas rekreasi. Selain itu, sepeda dilirik sebagai pilihan sarana transportasi yang dinilai aman agar tak tertular Covid-19 di angkutan umum,” katanya saat dihubungi, Rabu (24/6/2020).
Akan tetapi, tambah Eko, peningkatan permintaan itu membuat pelaku usaha mesti mencari pasokan komponen sepeda dari luar negeri. Padahal, pandemi Covid-19 memengaruhi aktivitas impor dan pengiriman barang.
Tantangan lain yang dihadapi pelaku usaha di bidang sepeda adalah bersaing dengan negara lain, yang permintaan sepedanya di dalam negeri juga meningkat. Diharapkan, pasokan komponen sepeda sudah tersedia pada Juli-Agustus.
Secara terpisah, Kepala Marketing Komunikasi Polygon Indonesia Yunike Maris mengungkapkan, jaringan pabrik Polygon berkapasitas produksi 700.000 unit sepeda per tahun.
Di masa pandemi Covid-19, produksi sepeda di pabrik di Sidoarjo, Jawa Timur, mulai ditingkatkan, terutama setelah Lebaran 2020 atau sekitar sebulan lalu. ”Pelan-pelan kami meningkatkan produksi setelah Lebaran karena ada lonjakan permintaan,” kata Yunike di Surabaya, Rabu (24/6/2020).
Namun, Polygon tidak bisa segera meningkatkan produksi secara signifikan. Sebab, ada pembatasan untuk mencegah penularan Covid-19 dan penerapan protokol kesehatan di tempat industri. ”Sulitnya mendapatkan bagian (suku cadang) dari penyalur karena lonjakan penjualan sepeda secara global,” kata Yunike.
Seperti produsen sepeda lainnya di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, bahan baku berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Saat ini bahan baku dan suku cadang dari luar negeri sulit diperoleh karena lonjakan permintaan sepeda terjadi di seluruh dunia. Produsen yang sebagian berorientasi ekspor tidak bisa serta-merta mengalihkan produksi sepeda ke pasar domestik.
Yunike menambahkan, permintaan sepeda yang melonjak di masa pandemi Covid-19 berpotensi membuat harga sepeda meningkat tak wajar. Polygon memiliki 500 diler atau pedagang penyalur sehingga potensi itu bisa diantisipasi.
”Dengan kondisi seperti saat ini, bisa jadi akan ada kelangkaan produk dan berdampak pada kenaikan harga. Sudah kami antisipasi dengan strategi penetapan harga yang stabil di seluruh daerah,” katanya.
Permintaan sepeda yang melonjak di masa pandemi Covid-19 berpotensi membuat harga sepeda meningkat tak wajar.
Co-founder dan Pembina B2W (Bike to Work) Indonesia Toto Sugito yang dimintai tanggapan mengenai tren bersepeda di masa pandemi Covid-19 berpendapat, sepeda merupakan alternatif kendaraan bagi masyarakat untuk mencegah tertular Covid-19 di transportasi umum. ”Jumlah pesepeda ke tempat kerja atau destinasi lain saya perkirakan meningkat,” ujarnya.
Toto berharap tren ini dapat berubah menjadi kebiasaan, tak hanya bersifat musiman.
Baca juga : Rezeki dari Meningkatnya Animo Bersepeda
Laman daring
Seiring peningkatan transaksi belanja di laman daring, masyarakat juga memburu sepeda di laman perdagangan secara elektronik atau e-dagang. Sepeda yang disediakan di laman daring beragam, antara lain sepeda lipat dan sepeda gunung, lokal dan impor. Harganya bervariasi, dari jutaan rupiah hingga puluhan juta rupiah.
AVP of Business Tokopedia David Kartono memaparkan, pembelian sepeda oleh konsumen di laman Tokopedia pada Mei 2020 melonjak hingga 40 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Tokopedia kini juga sedang mengangkat kampanye ”Sportacular”, ”Fit & Fun”, dan ”Gowes Fest”.
Di laman e-dagang Blibli, sepeda masuk di dalam daftar salah satu produk favorit yang dicari konsumen.
VP of Sports Blibli Elsa Maria Pattie menyebutkan, trafik penjualan sepeda sejak Maret hingga pertengahan Juni 2020 meningkat 2,5 kali lipat dibandingkan dengan periode sebelum pandemi Covid-19. Lonjakan penjualan tersebut disebabkan keinginan masyarakat untuk beraktivitas dan berolahraga di luar ruangan.
”Tren pembelian sepeda meningkat sejak penerapan pembatasan sosial berskala besar,” ujarnya.
Sementara VP of Merchant Bukalapak Kurnia Rosyada mengatakan, sejak Maret hingga Juni 2020, Bukalapak mencatat peningkatan transaksi penjualan sepeda hingga 156 persen dibandingkan dengan kondisi biasanya. Sepeda menjadi salah satu kategori favorit pada Juni 2020.
Sepeda gunung dan sepeda lipat merupakan produk yang pencariannya paling populer. Kurnia menyebutkan, konsumen juga mencari aksesori dan perlengkapan bersepeda, antara lain kacamata, helm sepeda, dan wadah minum.