Kegiatan ekonomi bergulir setelah pembatasan sosial dilonggarkan. Namun, risiko pemutusan hubungan kerja masih membayangi.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gelombang pemutusan hubungan kerja masih menghantui pasar tenaga kerja selama pandemi Covid-19 belum berakhir. Kondisi ini membuat kapasitas ekonomi belum akan kembali normal dalam waktu dekat.
Pelaksana Tugas Kasubdit Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Firman Hidayat, dalam diskusi virtual, Jumat (10/7/2020), menyampaikan, aktivitas masyarakat yang meningkat akibat pelonggaran pembatasan sosial akan turut mendorong peningkatan aktivitas ekonomi yang berimbas pada penyerapan tenaga kerja.
Namun, situasi pandemi yang berkepanjangan tetap berimbas pada pertumbuhan lapangan kerja yang melambat, bahkan cenderung menyusut. ”Selama pandemi Covid-19 masih terjadi, kemungkinan akan terdapat potensi gelombang pemutusan hubungan kerja,” kata Firman.
Bappenas memperkirakan jumlah pengangguran akan bertambah sekitar 4 juta-5,5 juta orang pada tahun ini, dibandingkan dengan 2019. Sementara, pada 2021, Bappenas memproyeksikan jumlah penganggur meningkat berkisar 10,7 juta-12,7 juta orang.
Adapun sektor yang paling banyak kehilangan pekerja adalah perdagangan, industri manufaktur, konstruksi, jasa perusahaan, akomodasi, serta makanan dan minuman.
Firman menyampaikan, Bappenas telah menyusun strategi kebijakan untuk menekan tingkat pengangguran selama pandemi. Strategi itu diarahkan pada pemulihan industri manufaktur, pariwisata, investasi, penumbuhan kewirausahaan, dan pembangunan infrastruktur sederhana di perdesaan berbasis padat karya.
Sepanjang sisa tahun 2020, pemerintah akan fokus menjalankan strategi untuk melandaikan kurva pandemi melalui penguatan fasilitas kesehatan. Selain itu, pemerintah juga berupaya melandaikan kurva resesi dengan cara mencegah dunia usaha untuk tidak mengalami kebangkrutan yang lebih besar.
”Dengan begitu, penurunan pemutusan hubungan kerja juga bisa ditekan. Agar lebih efektif, stimulus moneter dan fiskal digelontorkan untuk mengurangi tekanan terhadap sektor keuangan,” kata Firman.
Selanjutnya, pada 2021, Bappenas baru akan menjalankan strategi pemulihan ekonomi dengan fokus pada sektor investasi, industri, dan pariwisata sebagai motor penggerak ekonomi. Melalui strategi pemulihan ini, pemerintah berupaya menyesuaikan kembali dengan kondisi perekonomian yang normal.
Lebih sulit
Sementara itu, peneliti lembaga penelitian SMERU, Muhammad Adi Rahman, mengatakan, Covid-19 membuat pasar kerja lebih sulit ditembus tenaga kerja baru dalam beberapa tahun mendatang. Pasalnya, lulusan sekolah akan bersaing dengan tenaga kerja yang di-PHK akibat krisis.
”Kondisi tersebut juga bisa memaksa lulusan muda untuk menerima pekerjaan dengan gaji rendah, peluang berkembang yang minim, dan lebih rendah dari kemampuan pendidikannya,” ujarnya.
Adi menambahkan, pemberian stimulus pada perekonomian melalui subsidi dan insentif finansial, terutama untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), penting untuk meredakan dampak buruk pandemi terhadap pasar kerja. Pemerintah menganggarkan Rp 70,1 triliun, di antaranya untuk melonggarkan pajak dan kredit mikro kepada bisnis yang paling terdampak akibat pandemi.
”Pada tahun 1998, sektor UMKM menjadi penyangga krisis yang terjadi. Sementara sekarang, sektor UMKM juga tak luput dari dampak krisis ini,” katanya.
Hal senada disampaikan Direktur Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Research Institute Agung Pambudhi. Menurut dia, salah satu solusi untuk menampung tenaga kerja yang terkena pemutusan tenaga kerja adalah dengan memajukan UMKM.
”Kami sudah merancang program Apindo UMKM Akademi yang dapat meningkatkan kualitas UMKM agar mampu bertahan di tengah pandemi,” ujarnya.
Sektor UMKM juga tak luput dari dampak krisis ini.
Apindo memprediksi 40 persen pekerja Indonesia bakal terkena PHK sebagai dampak pandemi Covid-19. Sementara potensi PHK terjadi di seluruh sektor lapangan usaha, termasuk sektor makanan dan minuman yang selama ini dianggap sebagai sektor yang terbebas dari tekanan pandemi.