Koperasi menunjukkan kekuatannya di tengah pandemi Covid-19 sebagai model perekonomian berbagi berlandaskan gotong royong.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Koperasi merupakan salah satu penyelamat perekonomian yang tertekan akibat pandemi Covid-19. Model perekonomian yang berasaskan kekeluargaan dan gotong royong itu mendapat kesempatan untuk tampil dan menunjukkan kekuatannya.
Namun, ketahanan koperasi mesti diperkuat melalui peningkatan modal dan digitalisasi.
Berdasarkan data sangat sementara di laman Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), per akhir 2019 ada 123.048 unit koperasi aktif di Indonesia dengan jumlah anggota 22,463 juta orang. Adapun aset seluruh koperasi tersebut sebesar Rp 152,113 triliun dan volume usaha Rp 154,718 triliun.
”Saat-saat seperti ini menjadi momentum untuk menunjukkan ’wajah’ koperasi nasional yang dicita-citakan, yakni semangat gotong royong,” kata Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki pada diskusi dalam jaringan yang diadakan Ikatan Alumni Universitas Diponegoro dalam rangka Hari Koperasi Nasional ke-73, Minggu (12/7/2020).
Teten lantas menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke salah satu koperasi susu di Bogor, Jawa Barat, pekan lalu. Produksi susu di koperasi itu turun dari 12 ton per bulan menjadi 8 ton per bulan di masa pandemi Covid-19. Namun, penurunan produksi itu tidak berdampak signifikan terhadap anggota koperasi karena ditanggung bersama-sama.
Untuk memperkuat akses pendanaan bagi koperasi di masa pandemi, Teten menyebutkan, pemerintah telah menambah suntikan dana Rp 1 triliun kepada Lembaga Pengelolaan Dana Bergulir (LPDB). ”Gangguan likuiditas turut dialami koperasi, terutama koperasi simpan-pinjam yang anggota-anggotanya sedang kesulitan membayar cicilan,” ujarnya.
Tahun ini, LPDB telah direformasi sebagai lembaga dengan model pendekatan modal ventura, bukan perbankan. Prosedur pengajuan pembiayaan juga disederhanakan, dari 12 tahap menjadi tiga tahap.
Sementara, dalam webinar yang diadakan Sigmaphi dan ArunaProjekt, Minggu malam, Ketua Koperasi Kopi Wanita Gayo, Aceh, Rizkani Ahmad, memaparkan, semangat gotong royong dalam koperasi tak lekang meskipun sedang dalam kondisi tertekan akibat pandemi Covid-19.
Sebelum pandemi, koperasi itu memiliki kontrak untuk mengekspor 18-20 kontainer kopi ke Amerika Serikat setiap Juni-Desember. Nilai per kontainer rata-rata Rp 1,5 miliar. Tahun ini belum ada kontrak serupa. Namun, anggota koperasi tetap berbagi dan saling mendukung di masa pandemi.
Pandemi juga mengganggu permintaan produk Koperasi Agro Niaga Jabung di Malang, Jawa Timur, yang selama ini membidik pasar perguruan tinggi dan wisatawan. Sekitar 85 persen dari 2.111 anggota Koperasi Agro Niaga Jabung adalah peternak sapi perah.
”Kami sedang mengupayakan kebijakan daerah yang mewajibkan anak-anak minum susu yang diproduksi secara lokal,” kata Ketua III Koperasi Agro Niaga Jabung M Haryanto.
Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PW Muhammadiyah Jawa Timur Indra Nur Fauzi menilai, kehadiran koperasi dapat memotong rantai pasok dan distribusi. Berdasarkan pengalamannya, keterlibatan koperasi dapat memangkas satu mata rantai produksi di tingkat petani dan tiga mata rantai pasok terkait konsumen.
Dalam diskusi daring Ikatan Alumni Undip, Menteri Koperasi periode 1993-1998 Subiakto Tjakrawerdaya menuturkan, koperasi dicita-citakan sebagai sokoguru perekonomian nasional dengan pendekatan tanggung renteng. Artinya, koperasi membentuk jaringan dari hulu ke hilir hingga ke tingkat nasional, bahkan global, dengan modal ekonomi dan sosial yang dimiliki koperasi.
Koordinator Presidium Perhimpunan Ikatan Alumni Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Maryono menilai, koperasi merupakan salah satu aset perekonomian bangsa dengan prinsip berbagi. Oleh sebab itu, jaringan koperasi mesti diperkuat, terutama untuk mengalirkan pasokan dari desa ke kota.
Digitalisasi
Selain akses permodalan, digitalisasi juga berperan dalam memperkuat peran koperasi di tengah pandemi Covid-19.
Menurut anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Tirta Segara, digitalisasi dimulai dari elektronifikasi pencatatan laporan keuangan dan transaksi di koperasi. Elektronifikasi membuat kredibilitas dan akuntabilitas koperasi meningkat. Pada tahap selanjutnya, anggota koperasi mesti punya sarana atau platform yang dapat memantau aktivitas di koperasi tersebut.
Perihal digitalisasi, Teten menyatakan, langkah itu membuat koperasi memiliki kesempatan memperluas akses pasar. Selain itu, digitalisasi juga mendorong koperasi membangun proses bisnis yang akuntabel dan efisien.
Elektronifikasi membuat kredibilitas dan akuntabilitas koperasi meningkat.