Perajin mebel ikut melemah seiring pandemi Covid-19 yang berimbas pada berbagai sektor industri kecil. Merosotnya roda ekonomi dalam negeri diperparah juga dengan senyapnya ekspor produk mebel.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
Pedagang mebel di dekat Pasar Klender, Jalan Bekasi Timur Raya, Jakarta Timur, menyatakan, permintaan pasar belum pulih akibat Covid-19. Ada yang baru membuka bengkel pada minggu ini setelah tutup selama tiga bulan akibat Covid-19. Mereka berharap ekonomi segera pulih agar permintaan terhadap mebel kembali normal.
Hani (46), pemilik usaha mebel Mitra Karya baru membuka bengkel dalam minggu ini. Seorang karyawan sedang merakit lemari. ”Itu lemari sepatu. Pesanan pertama setelah kami buka lagi,” ujar Hani, Selasa (21/7/2020).
Kurang lebih tiga bulan lamanya Hani tidak beroperasi. Impian lonjakan pesanan mebel di masa Lebaran pun pupus. ”Biasanya, setiap Lebaran, pasti saja ada yang memperbaiki perabot rumah tangga atau memesan peralatan pelengkap kamar bagi mereka yang menikah. Kali ini tidak ada sama sekali,” ujarnya.
Karyawan Hani hanya bekerja ketika ada pesanan. Ia belum berani membuat produk baru karena khawatir tidak laku. Setiap karyawan Hani digaji berdasarkan produk. ”Jadi polanya bukan dengan gaji bulanan. Ketika ada pesanan, misalnya lemari sepatu ini. Ini dikerjakan oleh tiga karyawan,” tambahnya.
Masih di Klender, pemilik Mustika Jepara, Sri Nurhayati, menjelaskan, pandemi Covid-19 membuat pesanan mebel belum stabil. Eksportir yang biasanya sering memesan barang untuk dibawa ke luar negeri kini sudah jarang. Dia sering berhubungan dengan eksportir yang membeli mebel untuk dibawa ke India.
”Kemarin, ada orang India menghubungi saya untuk mengisi perabotan di apartemen dia. Tapi, sampai sekarang, belum ada kejelasan,” katanya.
Selain pesanan untuk dibawa ke luar negeri, warga yang ingin membeli perabot untuk rumah baru pun menciut. Dalam situasi normal, sedikitnya ada lima pesanan per bulan. Paketnya sekitar Rp 200 juta, terdiri dari tempat tidur, kursi tamu, meja makan, dan kitchen set.
”Itu gambaran harga saja. Tetapi, juga tergantung seberapa luas rumahnya. Untuk kitchen set dengan panjang 1,5 meter, saya jual Rp 8 juta. Kalau dapurnya panjang, bisa lebih dari Rp 200 ” jelasnya.
Kini, pesanan perabot untuk rumah baru sangat fluktuatif. Namun, tiap bulan selalu ada yang memesan meskipun jumlahnya tidak sebanyak pada hari normal. Ini karena Sri memanfaatkan jaringan pelanggan tetap. Ia menawarkan komisi kepada pelanggan tetap jika bisa membawa pembeli baru ke tokonya.
”Kalau ada saudara mereka menempati rumah baru, saya bilang ke dia supaya beli di tempat saya saja. Nanti dia dikasih komisi,” jelasnya.
Selain dari penjualan perabot, Sri juga menyewakan dagangan untuk keperluan shooting sinetron dan iklan. Saat ini, satu set meja makan miliknya sedang dibawa oleh sebuah perusahaan iklan. Dia menyewakan satu set meja makan seharga Rp 5 juta.
Dalam partai yang lebih kecil, pengusaha mebel Rohin (40) pun terdampak Covid-19. Pedagang kayu sekaligus perajin kursi dan meja ini menyatakan, biasanya setiap tahun ajaran baru, selalu ada orangtua yang memesan meja belajar. Kini, hal itu sangat jarang.
Meja belajar dengan panjang 70 sentimeter itu ia jual seharga Rp 100.000. Setiap hari, ia membuat dua hingga tiga meja belajar. ”Saya stok saja dulu, mudah-mudahan nanti ada yang membeli. Daripada nganggur,” katanya.
Mengutip survei dari Bank Dunia, Rektor Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya A Prasetyantoko memaparkan, pekerja di sektor manufaktur menempati urutan ketiga dari daftar industri yang mengalami penurunan penghasilan secara tajam akibat wabah Covid-19. Posisi pertama ditempat pekerja jasa tradisional, disusul pekerja sektor pertanian (Kompas, 21/7/2020).
Dikutip dari situs resmi, Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia Soenoto memaparkan bahwa industri mebel dan kerajinan sudah melakukan pemutusan kerja dan merumahkan sebanyak 280.000 pekerja per Mei lalu. Pekerja di sektor ini berjumlah dua juta orang.
Dia menyarankan agar badan usaha milik negara menggunakan mebel lokal. Menurut dia, mebel buatan dalam negeri tak kalah kualitasnya dengan barang impor.