Industri Penerbangan Kian Terpukul Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 memukul bisnis penerbangan. Jika kondisi ini berlangsung dalam waktu lama, maskapai akan kesulitan.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Industri penerbangan termasuk salah satu industri yang terkena dampak pandemi Covid-19 cukup dalam. Dampak itu dirasakan semua pelaku industri atau usaha yang terkait dengan industri penerbangan.
”Menurut kajian-kajian yang pernah saya baca, saat ini lalu lintas udara turun lebih kurang 80 persen sedunia,” kata Ketua Dewan Pembina The Habibie Center Ilham Akbar Habibie, Rabu (29/7/2020).
Ilham menyampaikan hal itu saat menjadi pembicara kunci pada Tech Talk bertajuk ”Ekosistem Industri Dirgantara Pascapandemi”. Acara berlangsung secara virtual dan disiarkan melalui kanal Youtube The Habibie Center.
Pada krisis-krisis sebelumnya, misalnya akibat sindrom infeksi saluran pernapasan akut atau SARS dan peristiwa serangan teroris di Amerika Serikat pada 11 September 2001, penurunan lalu lintas udara maksimal 20 persen.
Maskapai sangat sulit bertahan lama pada kondisi penurunan lalu lintas seperti saat ini.
Vice President Corporate Strategy and Business Development PT GMF AeroAsia Desrianto Adi Prayogi menuturkan, penurunan yang dialami industri penerbangan akibat pandemi Covid-19 juga terjadi di Grup Garuda Indonesia.
”Untuk Garuda-Citilink, penurunan bisa sampai 90 persen. Rata-rata dulu pemeliharaan yang kami lakukan sebanyak 400-600 penerbangan per hari. Titik terparah sempat pada April, hanya 40 penerbangan per hari. Sekarang mulai merambat naik, di bulan Juni itu kalau ditotal sekitar 150 penerbangan per hari,” kata Desrianto.
Ada pihak yang beranggapan, pada saat banyak pesawat diparkir seperti sekarang, semestinya maskapai penerbangan memanfaatkan kesempatan untuk merawat pesawat. Namun, faktanya tidak selalu seperti itu.
”Penurunan transaksi bisnis di MRO sampai akhir tahun mungkin akan sampai 50 persen,” katanya.
Korporasi di berbagai sektor, bukan hanya MRO, melakukan berbagai macam aksi, seperti efisiensi biaya dan peningkatan efektivitas.
Asisten Deputi Bidang Industri Pertahanan dan Manufaktur Kementerian BUMN Liliek Mayasari mengatakan, pihaknya sudah memetakan dampak pandemi yang dirasakan perusahaan BUMN.
”BUMN yang paling terdampak ada di industri penerbangan, seperti Garuda Indonesia, Angkasa Pura, dan BUMN terkait pariwisata,” kata Liliek.
Kementerian BUMN memperketat pengawasan dan pembinaan kepada BUMN. ”Jadi, kami sampai harus meminta BUMN menyajikan semacam tes ketahanan 1, 2, 3. Misalnya, masa pandemi sampai sekian bulan, berapa lama, kami akhirnya sampai mendetail seperti itu,” ujarnya.