Pengaruh pandemi penyakit Covid-19 diindikasikan semakin menekan perekonomian Bali. Ekonomi Bali selama triwulan II-2020 mencatatkan angka pertumbuhan negatif dibandingkan dengan periode triwulan II- 2019.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Pengaruh pandemi Covid-19 diindikasikan semakin menekan perekonomian Bali. Ekonomi Bali selama periode April-Juni (triwulan II) tahun 2020 mencatatkan angka pertumbuhan negatif, yakni -10,98 persen, dibandingkan dengan periode triwulan II-2019.
Perihal itu tecermin dalam Berita Resmi Statistik mengenai pertumbuhan ekonomi Bali triwulan II-2020 yang diumumkan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Rabu (5/8/2020). Menurut Kepala BPS Provinsi Bali Adi Nugroho, melalui tayangan daring, dibandingkan kondisi ekonomi Bali triwulan I-2020, ekonomi Bali pada triwulan II 2020 juga terkontraksi hingga -7,22 persen.
”Ini tingkat penurunan yang sangat nyata, melebihi 5 persen (perbandingan triwulan I dan triwulan II). Secara year on year, penurunannya lebih dalam, yakni -10,98 persen,” kata Adi sembari menambahkan penurunan dua digit tersebut baru kali ini dialami Bali.
Kondisi itu dipengaruhi pandemi Covid-19 yang terjadi global, termasuk di Bali. Adi menyatakan, kondisi ekonomi Bali triwulan II-2020 yang tumbuh negatif ini melanjutkan kondisi ekonomi Bali triwulan I-2020 yang juga mengalami pertumbuhan negatif.
Dari 17 lapangan usaha atau sektor pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB), hampir seluruhnya terkontraksi atau mengalami pertumbuhan negatif. Tekanan terdalam dialami sektor transportasi dan pergudangan, disusul sektor penyedia akomodasi, makan, dan minum.
Situasi ini sudah diperkirakan karena selama triwulan II hampir seluruh aktivitas, terutama pariwisata, berhenti akibat berbagai pembatasan dalam upaya pengendalian pandemi Covid-19. (Trisno Nugroho)
Tekanan juga dialami sektor ekspor dan impor. Sektor-sektor tersebut berkaitan dengan industri kepariwisataan. Sektor yang masih tumbuh positif, di antaranya sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; jasa pendidikan; serta sektor informasi dan komunikasi.
Kondisi itu sejalan dengan situasi pariwisata di Bali di masa pandemi Covid-19. Dalam Berita Resmi Statistik tentang perkembangan pariwisata Bali periode Juni 2020 yang diumumkan pada Senin (3/8/2020), disebutkan bahwa kedatangan wisatawan mancanegara ke Bali pada Juni 2020 tercatat hanya 32 kunjungan atau turun 99,99 persen dibandingkan dengan kedatangan pada Juni 2019 yang sebanyak 549.516 kunjungan.
Kunjungan wisman
Secara kumulatif, menurut BPS Bali, jumlah kedatangan wisman ke Bali periode Januari-Juni 2020 tercatat 1.050.092 kunjungan. Jumlah kunjungan itu menurun 62,23 persen dibandingkan dengan periode Januari-Juni 2019 yang sebanyak 2.855.782 kunjungan.
Secara terpisah, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho membenarkan situasi ekonomi Bali yang masih tertekan selama triwulan II-2020. Bahkan, tekanan yang dialami Bali lebih dalam dibandingkan dengan perekonomian Indonesia pada triwulan II-2020 yang dinyatakan mengalami kontraksi -5,32 persen secara year on year dibandingkan kondisi ekonomi Indonesia pada triwulan II-2019.
”Situasi ini sudah diperkirakan karena selama triwulan II hampir seluruh aktivitas, terutama pariwisata, berhenti akibat berbagai pembatasan dalam upaya pengendalian pandemi Covid-19,” kata Trisno kepada Kompas, Rabu.
Trisno menambahkan, pemerintah bersama seluruh pemangku kepentingan di Bali, termasuk Bank Indonesia, berupaya menjaga ekonomi Bali tetap berjalan meskipun masih menghadapi pandemi Covid-19. Bank Indonesia di Bali juga turut membina kelompok-kelompok usaha masyarakat, baik di sektor pertanian maupun sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), agar perekonomian lokal tetap bergerak.
Trisno menambahkan, kebijakan Pemerintah Provinsi Bali untuk membuka aktivitas masyarakat secara selektif dan bertahap mulai 9 Juli 2020 diharapkan berdampak positif terhadap keamanan dan kesehatan masyarakat maupun perekonomian daerah. ”Oleh karena itu, penerapan protokol kesehatan secara disiplin menjadi penting agar tidak berisiko terjadinya gelombang kedua pandemi,” kata Trisno.
Bank Indonesia juga menyarankan percepatan penyerapan alokasi belanja modal pemerintah, baik dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), di daerah melalui pengerjaan proyek-proyek infrastruktur di daerah.
Trisno menambahkan, sektor-sektor usaha, termasuk UMKM, memanfaatkan secara baik program bantuan stimulus dan insentif dari pemerintah dalam upaya pemulihan ekonomi nasional. ”Pemanfaatan produk-produk lokal melalui gerakan Bangga Produk Lokal juga dapat membantu menjaga perekonomian daerah,” kata Trisno.