Sempat lesu, pariwisata Lombok, Nusa Tenggara Barat, kembali bergairah. Tidak ada lagi pembatasan penerbangan membuat wisatawan domestik dari luar NTB mulai berdatangan.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Tidak berlakunya lagi pembatasan penerbangan bagi masyarakat mendorong peningkatan pengguna jasa transportasi udara di Bandara Internasional Lombok. Hal itu juga membuat wisatawan domestik mulai masuk kembali ke Lombok. Meski jumlahnya masih sedikit, hal itu cukup menggairahkan sektor pariwisata setempat setelah lesu akibat Covid-19.
Menurut data Bandara Internasional Lombok, selama Juli 2020, total penumpang mencapai 49.861 orang. Jumlah itu meningkat 188 persen dibandingkan pada bulan Juni, yaitu sebanyak 17.314 penumpang, baik yang tiba maupun berangkat dari Bandara Lombok. Selain itu, pergerakan pesawat tumbuh hingga 133 persen. Jika pada Juni lalu ada 333 kali, sepanjang Juli meningkat hingga 777 kali.
Mereka datang dari sejumlah daerah. Misalnya untuk kunjungan kerja, seperti anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tarakan Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, dan Bali. Selain itu, ada juga yang murni liburan.
Menurut General Manager Bandara Lombok Nugroho Jati, sebelumnya, jika dirata-ratakan per hari, pada Juni 2020 terdapat 577 penumpang. Sementara pada Juli 2020 terdapat 1.608 penumpang. Adapun untuk bulan Agustus, rata-rata penumpang yang tiba dan berangkat dari Bandara Lombok mencapai 2.315 orang per hari.
Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat Saepul Ahkam mengatakan, sejak tidak ada lagi pembatasan, wisatawan dari luar Nusa Tenggara Barat (NTB) mulai datang ke Lombok, termasuk ke Lombok Barat.
”Mereka datang dari sejumlah daerah. Misalnya, untuk kunjungan kerja, seperti anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tarakan Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, dan Bali. Selain itu, ada juga yang murni liburan,” kata Ahkam.
Menurut Ahkam, mulai masuknya kembali warga dari luar NTB ke Lombok, baik untuk keperluan dinas maupun murni liburan, mulai berdampak pada okupansi hotel. ”Rata-rata sudah di atas 20 persen. Apalagi untuk akhir pekan. Itu termasuk dari wisatawan lokal,” kata Ahkam.
Hal serupa juga disampaikan General Manager Santika Hotel Mataram Baharuddin Adam. Menurut dia, sejak penerbangan tidak lagi dibatasi, tamu dari luar sudah mulai masuk. Ia menyebutkan tamu dari sejumlah daerah, seperti Jakarta, Bandung, dan Bali.
”Paling banyak, sekitar 80 persen dari Bali. Ada yang kunjungan kerja, tetapi sebagian besar, terutama yang dari Bali, untuk keperluan bisnis di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, serta kegiatan investasi lain,” kata Baharuddin.
Menurut Baharuddin, jumlah tamu dari luar NTB memang belum banyak. Apalagi jika dibandingkan tamu lokal. Jika dipersentase, hanya sekitar 40 persen dari kamar yang terisi.
”Biasanya ramai di hari kerja karena tamu pebisnis ini datang saat itu. Kalau di akhir pekan, termasuk untuk tamu lokal, biasanya tinggal di obyek-obyek wisata di luar Kota Mataram,” kata Baharuddin.
Menurut Baharuddin, dengan tidak dibatasinya lagi penerbangan dan masuknya tamu dari luar, kamar yang terisi bisa sampai 40 persen dari total 123 kamar.
Strategi
Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Moh Faozal mengatakan, karena penerbangan internasional masih ditutup, maka target pasar pariwisata NTB saat ini fokus pada wisatawan lokal dan domestik.
Hal serupa juga disampaikan Ahkam. ”Justru dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini, wisatawan lokal dan domestik adalah sasaran utama kami,” kata Ahkam.
Oleh karena itu, menurut Ahkam, untuk materi utama promosi, mereka mengandalkan semua bentuk atraksi yang berbasis masyarakat dan pelaku pariwisata.
”Terkait hal itu, dalam dua bulan ini kami fokus pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang kepariwisataan dan ekonomi kreatif. Misalnya terkait penataan destinasi desa, ramah tamah, kuliner, dan kerajinan, termasuk pemasaran lewat digital. Akan ada lokakarya untuk itu,” kata Ahkam.
Faozal menambahkan, untuk memastikan tidak ada persoalan yang muncul seiring dengan mulai masuknya wisatawan domestik, terutama terkait Covid-19, protokol kesehatan diberlakukan secara ketat.
Pemerintah Provinsi NTB sudah mulai melakukan pemberian sertifikat clean, health, safety, and environmet (CHSE). Sertifikat itu hanya diberikan kepada destinasi wisata yang telah lolos uji kelayakan implementasi protokol kesehatan.
Sejauh ini, baik obyek wisata maupun pengelola akomodasi berusaha memastikan penerapan protokol kesehatan.
General Manager Kila Senggigi Beach and Pool Villa Club Lombok Bambang Suponco mengatakan, tidak hanya berupa imbauan, mereka juga menyediakan fasilitas di beberapa tempat, termasuk fasilitas cuci tangan, penyanitasi tangan, dan masker, baik untuk tamu maupun karyawan. ”Penerapan protokol kesehatan pada semua properti juga menjadi bagian dari promosi kami keluar,” katanya.