Dompet Digital yang Terintegrasi E-Dagang Lebih Unggul
Dompet digital yang terintegrasi platform penjualan daring e-dagang lebih unggul selama pandemi Covid-19. Penggunaan dompet digital diprediksi terus meningkat karena kebutuhan bertransaksi lewat digital dan nontunai.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dompet digital yang terintegrasi platform penjualan daring e-dagang lebih unggul selama pandemi Covid-19. Penggunaan dompet digital diprediksi akan terus meningkat karena kebutuhan bertransaksi lewat digital dan nontunai.
Temuan itu tergambar dari survei terbaru perusahaan konsultan pemasaran MarkPlus, Inc yang dirilis Rabu (2/9/2020). Survei dilakukan terhadap 502 responden di beberapa kota besar di Indonesia dengan penetrasi internet tertinggi.
Survei itu fokus pada kebiasaan menggunakan dompet digital dalam tiga bulan terakhir, Juni-Agustus 2020. Setidaknya ada lima dompet digital dengan pangsa pasar terbesar yang tertangkap dalam survei, yakni ShopeePay, GoPay, OVO, DANA, dan LinkAja.
Head of High Tech, Property and Consumer Goods Industry MarkPlus, Inc Rhesa Dwi Prabowo dalam konferensi pers virtual menyebut ShopeePay sebagai dompet digital dengan pangsa pasar dan frekuensi penggunaan tertinggi. Dompet digital tersebut terintegrasi dengan platform e-dagang Shopee.
”Selain karena perubahan kebiasaan belanja menjadi online, integrasi ShopeePay dengan Shopee sebagai salah satu platform e-dagang terbesar bisa menangkap peluang dengan berbagai penawaran menarik sehingga nilai transaksinya terus meningkat,” katanya.
ShopeePay unggul dengan pangsa pasar sebesar 26 persen dari total volume transaksi e-wallet di Indonesia, diikuti OVO (24 persen), GoPay (23 persen), DANA (19 persen), dan LinkAja (8 persen). Sebagian besar responden memiliki nominal transaksi bulanan di ShopeePay sebesar Rp 149.000, unggul dibandingkan dengan LinkAja, DANA, dan OVO sekitar Rp 134.000, serta GoPay sekitar Rp 109.000.
ShopeePay juga menjadi merek paling sering digunakan di masa pandemi, dengan frekuensi transaksi rata-rata mencapai 7 kali tiap bulan. Diikuti oleh DANA dengan rata-rata penggunaan 6,4 kali tiap bulan, OVO rata-rata 6,2 kali tiap bulan, GoPay rata-rata 6,1 kali tiap bulan, dan LinkAja rata-rata 5,7 kali tiap bulan.
Unggulnya ShopeePay dibandingkan dengan dompet digital lain, menurut Rhesa, bukan hanya karena tingginya aktivitas kampanye untuk memasarkan ShopeePay. Preferensi penggunaan dompet digital juga menjadi penentu.
”Setiap dompet digital punya posisi masing-masing. ShopeePay banyak digunakan untuk berbelanja, sementara GoPay lebih banyak digunakan untuk bayar ojek dan taksi online. Lalu OVO lebih banyak digunakan untuk membeli pulsa online,” papar Rhesa.
Ketua Bidang Ekonomi Digital Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) Bima Laga mengatakan, penggunaan dompet digital di platform e-dagang memang meningkat dari tahun ke tahun dan semakin cepat di masa pandemi.
Di masa pandemi, perusahaan konsultan bisnis asal India, RedSeer Indonesia, pada Mei 2020 melaporkan, penggunaan dompet digital untuk belanja daring di Indonesia meningkat drastis ke angka 22 persen dibandingkan dengan triwulan I-2019 saat porsi penggunaan dompet digital hanya 7 persen.
Ditambahkan Bima, kenaikan transaksi melalui dompet digital juga didukung semakin banyaknya pemain e-dagang yang bekerja sama dengan dompet digital, seperti Tokopedia dengan OVO atau Bukalapak dengan DANA.
”Dompet digital pasti diuntungkan karena database e-dagang yang besar. Apalagi mayoritas e-dagang punya keunggulan dan diuntungkan dengan situasi pandemi yang membuat banyak orang mengurangi kontak fisik dan menutup toko fisik,” ujarnya.
Pada kesempatan sama, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, berpendapat, perusahaan dompet digital bisa berintegrasi dengan platform e-dagang sebagai momentum untuk meningkatkan ekosistem digital.
Bhima melihat platform belanja daring memiliki prospek karena merebut semakin banyak pangsa pasar ritel nasional. Jika dua atau tiga tahun lalu pangsa pasar ritel daring hanya 2,5 persen, tahun ini naik ke angka 5 persen.
”Pandemi ini jadi momentum untuk transformasi ekonomi ke arah digital melalui dompet digital. Pembayaran dengan dompet digital juga disarankan untuk menghindari penularan Covid-19 yang kita tidak tahu sampai kapan berlangsung,” ujarnya.