Konsolidasi dompet digital dan platform ”e-commerce” dari tahun ke tahun juga menjadi kunci sukses bagi pelaku dompet digital dalam memperluas pasar pengguna.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dompet digital diperkirakan dapat menjadi pelumas untuk menggenjot daya beli masyarakat dalam rangka pemulihan ekonomi di Tanah Air. Akselerasi dompet digital bisa menstimulasi minat masyarakat dalam bertransaksi dan berkegiatan jual-beli.
Ketua Bidang Ekonomi Digital Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Bima Laga menyebutkan, perkembangan pesat dompet digital tecermin dari survei metode pembayaran perdagangan dalam elektronik oleh Bank Indonesia pada 2017. Saat itu, transaksi masih didominasi transfer bank dan perbankan internet. Uang elektronik yang digunakan untuk membayar transaksi hanya sekitar 0,6 persen.
”Namun, pada 2019, pembayaran melalui dompet digital di Indonesia semakin pesat. Indonesia ada di peringkat lima setelah China, Thailand, Hong Kong, dan Vietnam. Statista 2019 menyatakan, pembayaran e-dagang melalui dompet digital kian digemari,” ujarnya.
Menurut Bima, penetrasi dompet digital berpotensi mengakselerasi minat masyarakat dalam berkegiatan jual-beli dan transaksi. Kunci dari pemanfaatan potensi ini adalah peningkatan literasi digital.
”Dompet digital lebih memudahkan UMKM untuk mengintegrasikan dan mengakselerasi bisnis mereka,” ujarnya.
Kunci dari pemanfaatan potensi ini adalah peningkatan literasi digital.
Dia menjelaskan, konsolidasi dompet digital dan platform e-dagang dari tahun ke tahun juga menjadi kunci sukses bagi pelaku dompet digital dalam memperluas pasar. Dalam konteks pandemi Covid-19, integrasi ini semakin mempermudah pengalaman belanja daring masyarakat.
Selain pengalaman belanja yang efektif dan efisien, integrasi tersebut sering diidentikkan dengan penawaran promosi atraktif yang dapat menaikkan daya beli pembeli.
Bank Indonesia (BI) mencatat kenaikan transaksi digital atau uang elektronik sejak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang mencapai 64,48 persen. Adapun volume transaksi digital tumbuh 37,35 persen secara tahunan.
Ekonom Institut for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, menyampaikan, kondisi pandemi Covid-19 akan semakin mendorong masyarakat berbelanja secara daring. Penetrasi perdagangan elektronik selama pandemi terhadap total penjualan ritel nasional mencapai 5 persen sehingga berkorelasi pada penggunaan dompet digital.
”Peluang ini harus bisa dioptimalkan para pemangku kepentingan lain. Apalagi, kita lihat pandemi menembus 3.000 kasus positif dalam sehari sehingga akan banyak lagi orang berpindah dari pembelian secara konvensional karena ada kekhawatiran terhadap kasus Covid-19,” tutur Bhima.
Kondisi pandemi Covid-19 akan semakin mendorong masyarakat berbelanja secara daring.
Dia mengatakan, potensi dompet digital terhadap pemulihan ekonomi sangat besar. Hal ini terkait jumlah pengusaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang mencapai 67 juta pelaku usaha. Momentum ini dinilai sangat tepat untuk mengintegrasikan UMKM ke dalam ekosistem digital.
Potensi dompet digital terhadap pemulihan ekonomi amat besar mengingat jumlah pengusaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berjumlah 67 juta pelaku usaha.
Selaras dengan peningkatan transaksi digital di masa pandemi Covid-19, perusahaan di bidang konsultan marketing, MarkPlus Inc, menggelar survei penggunaan dompet digital dalam tiga bulan terakhir. MarkPlus menghubungi 502 responden yang mewakili kota-kota besar dengan penetrasi penggunaan ponsel pintar tertinggi di Indonesia.
Dari hasil survei tersebut, MarkPlus melihat kecenderungan peningkatan transaksi secara digital karena masyarakat memilih memenuhi kebutuhan mereka secara daring. Penggunaan dompet digital dalam tiga bulan terakhir di sejumlah kota besar menunjukkan lonjakan peningkatan transaksi.
Head of High Tech, Property & Consumer Goods Industry MarkPlus Rhesa Dwi Prabowo memaparkan, nilai rata-rata transaksi per akun setiap bulan di masa pandemi Covid-19 menunjukkan, ShopeePay menempati peringkat pertama sebesar Rp 149.000, disusul LinkAja, DANA, dan OVO (Rp 134.000), dan GoPay (Rp 109.000).
”Integrasi dan ekosistem yang dibentuk ShopeePay dengan Shopee berhasil menangkap peluang dengan berbagai gimmick menarik sehingga nilai transaksi terus meningkat,” ujarnya.