Pergerakan pariwisata mancanegara masih stagnan. Pemulihan pariwisata yang mengandalkan wisatawan mancanegara dinilai butuh waktu lebih panjang. Indonesia perlu mencari terobosan untuk menggerakkan industri pariwisata,
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tren pergerakan wisatawan mancanegara masih cenderung stagnan. Pemulihan kunjungan wisman akibat pandemi Covid-19 diprediksi akan memakan waktu lama. Pemerintah berencana menggulirkan stimulus berupa hibah pariwisata pada Oktober-Desember 2020.
Badan Pusat Statistik merilis, jumlah wisatawan mancanegara pada Agustus 2020 hanya 165.000 orang atau tumbuh 4,45 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, angka tersebut terkontraksi -89,22 persen secara tahunan. Dari 165.000 wisatawan mancanegara itu, 54 persen berasal dari Timor Leste, 35 persen dari Malaysia, dan 2,2 persen berasal dari China.
Secara kumulatif, jumlah wisatawan mancanegara selama Januari-Agustus 2020 hanya 3,4 juta orang atau merosot -68,17 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 10,7 juta orang.
Kepala BPS Suharyanto mengemukakan, hampir seluruh wisatawan mancanegara yang masuk untuk keperluan bisnis, bukan dalam rangka liburan. Pergerakan wisatawan mancanegara yang stagnan sejak April-Agustus 2020 mengindikasikan bahwa pemulihan wisatawan mancanegara masih butuh waktu sehingga diperlukan langkah-langkah terobosan.
”Kuncinya penanganan kesehatan di seluruh negara. Tanpa penanganan kesehatan yang baik, semakin banyak orang ragu untuk melakukan (perjalanan) wisata,” katanya dalam paparan BPS, Kamis (1/10/2020).
Wisatawan mancanegara yang masuk pada Agustus 2020 didominasi lewat jalur transportasi darat 65 persen, transportasi udara 4 persen, dan transportasi laut 31 persen. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, kunjungan wisatawan mancanegara melalui bandar udara merosot hingga -98 persen, jalur laut terkontraksi hingga -99 persen, dan jalur darat anjlok -98 persen secara tahunan.
”Dengan penurunan tajam jumlah wisatawan mancanegara, perlu antisipasi dampaknya terhadap sektor pendukung pariwisata, seperti transportasi, hotel, akomodasi, dan makanan-minuman,” kata Suhariyanto.
Sementara itu, tingkat hunian kamar mulai meningkat, antara lain bersumber dari kunjungan wisatawan domestik. Pada Agustus 2020, tingkat hunian kamar mencapai 32,93 persen atau meningkat dari bulan sebelumnya yang 28,07 persen, tetapi turun 21 persen secara tahunan. Tingkat hunian kamar yang sangat rendah antara lain di Bali (3,68 persen), Aceh (14,4 persen), dan Maluku Utara (16,4 persen). Sementara tingkat hunian kamar relatif tinggi antara lain di Lampung (48,7 persen) dan Sulawesi Selatan (46,8 persen).
Secara terpisah, Direktur Manajemen Industri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Henky Manurung mengemukakan, pihaknya siap menggulirkan hibah pariwisata senilai Rp 3,3 triliun sebagai bagian dari program Pemulihan Ekonomi Nasional. Hibah itu rencananya digulirkan pada Oktober-Desember 2020. Kerangka hibah kini disiapkan oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.
Henky menambahkan, penyaluran hibah itu ini direncanakan untuk industri perhotelan dan restoran di 85 kabupaten/kota. Penyalurannya akan diberikan melalui pemda. Dengan hibah tersebut, pengelola hotel dan restoran diharapkan lebih siap menerapkan protokol kebersihan, kesehatan, keamanan, dan ramah lingkungan (cleanliness, health, safety, environment/CHSE).
”(Hibah) Ini menjadi inisiatif untuk mereka agar berdaya tahan dan menjalankan protokol kesehatan dengan mapan sehingga memberikan keyakinan masyarakat bahwa industri hotel dan restoran siap melayani,” kata Henky.