Menanti Nyala Lampu Lyn Surabaya Kembali
Angkutan kota atau lyn pernah menjadi primadona warga Surabaya, Jawa Timur. Tersisa 1.200 unit dari 5.000 unit yang beroperasi, tetapi masih ada penumpang menandakan secercah harapan masa depan moda transportasi ini.
Sebelum tahun 2000, warga Kota Surabaya masih sangat minim yang menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi. Pelajar, karyawan bahkan semua yang ingin bepergian dalam kota biasa naik bemo atau lyn alias angkutan kota. Di dalam kota, di antara berbagai moda yang tersedia, mobil penumpang umum yang lebih dikenal dengan sebutan lyn atau bemo menjadi primadona.
Lyn, tetap menjadi andalan meski untuk sampai di tujuan, penumpang mesti ganti atau istilah arek suroboyo over dua bahkan tiga kali lyn. Seperti yang dialami Nofilawati Anisa (46) karyawan tinggal di Medayu Utara, setiap hari ganti lyn paling tidak dua kali. Di berangkat dari rumahnya untuk ke kantor di kawasan Jembatan Merah.
Pertama jalan dulu sekitar 100 meter dari rumah untuk bisa naik lyn U (Medokanayu-Wonokromo), atau JTK (Medokanayu-Joyoboyo) lantas ganti lyn D (Joyoboyo-Pasar Turi-Sidorame, atau cari lyn lain dengan rute ke Jembatan merah. “Naik lyn memang lama karena muter-muter, tapi aman. Tinggal duduk lalu tidur, tahu-tahu sudah sampai tujuan,” katanya yang sampai hari ini setia naik lyn.
Sebelum 2000, naik lyn di Surabaya idaman bagi penumpang. Lyn di masa itu bagi siswa dan karyawan menjadi moda utama transportasi. Maka ketika jam padat saat berangkat dan pulang sekolah atau kerja, lyn rata-rata dengan penumpang 12, karena kursi umumnya berhadapan menjadi tumpuan.
Naik lyn memang lama, tapi aman. Tinggal duduk lalu tidur, tahu-tahu sudah sampai di tujuan (Nofilawati Anisa)
Berdesakan, bahkan tak jarang harus duduk secara selang seling semisal, seorang agak maju dan yang lain mundur agar semua penumpang bisa terangkut. Bangku panjang diisi tujuh orang, yang pendek 3 orang ditambah bangku serep di dekat pintu untuk dua orang dan dua penumpang biasanya di depan sebelah pengemudi.
Selepas 2000, angkutan kota di Surabaya terumata lyn, ibarat hidup segan mati pun tak mau. Penumpang kian minim karena tergerus dengan kecenderungan menggunakan sepeda motor karena dianggap praktis. Penumpang lyn, semakin jarang lagi ketika muncul transportasi secara daring atau online.
Sekarang isi lyn sekali jalan paling ada dua sampai tiga penumpang. Ongkos lyn di Surabaya sekarang Rp 5.000 sekali jalan.
Baca Juga : Pemilik Angkutan Kota Didorong Berkoperasi
Meski ancaman pertumbuhan sepeda motor telah di depan mata, tetapi lyn masih menjadi pilihan terutama bagi masyarakat berpenghasilan pas-pasan yang belum mampu mencicil kendaraan pribadi roda dua tersebut. Pengeluaran transportasi dengan lyn, setidaknya sampai 2015, masih dirasa lebih terjangkau daripada membayar uang muka lalu mengangsur skuter.
Kurun 2004-2005 Surabaya memiliki buku berisi 58 trayek lyn ibarat memegang panduan transportasi. Selain peta, buku trayek lyn dari seorang pengurus Organda yang kini raib itu memudahkan menuju lokasi peliputan ketika naik angkutan umum.
Dengan keberadaan 5.000 lyn yang beroperasi ketika itu, begitu mudah bepergian dengan moda tersebut bahkan dari ujung gang atau jalan kecil perkampungan dan kompleks perumahan. Tarif perjalanan dekat Rp 2.000. Meski terkadang harus berganti lyn untuk mencapai suatu lokasi dan sebagian kondisinya kurang terawat tetapi layanan moda tersebut masih bisa diterima, jadi pilihan, dan diandalkan.
Seiring waktu berlalu, kemudahan membeli kendaraan pribadi khususnya sepeda motor, angkutan umum seolah tak dikelola dan tidak dirawat sehingga dibiarkan merana, dan terkini kedatangan angkutan berbasis aplikasi dalam jaringan (online) mengakibatkan sejumlah moda transportasi publik berguguran.
Menurut Ketua DPC Organisasi Angkutan Darat (Organda) Surabaya, Sonhaji Pemerintah Kota Surabaya mencoba mengatasi permasalahan tersebut, dengan akan merealisasikan mekanisme buy the service. Dengan sistem itu, angkot menjadi pengumpan (feeder) yakni mengantar dan menjemput penumpang di setiap jalur pemberhentian bus. Pengoperasian angkutan dihitung per kilometer.
Jadi pengumpan
Sebagai transportasi feeder, lyn akan berintegrasi dengan Bus Suroboyo yang saat ini berjumlah 20 unit, dan tahun ini bakal ditambah 8 unit.Awalnya trayek lyn 58 trayek atau rute. Dari jumlah itu 23 trayek telah mati. Lyn yang beroperasi saat ini kurang dari 1.800 unit tetapi yang memiliki kelengkapan administrasi antara lain surat uji kelaikan tak sampai 1.200 unit.
Tidak mengherankan jika di Terminal Intermoda Joyoboyo yang dahulu penuh sesak dengan berbagai jenis transportasi (lyn, bus, minibus, dan angguna) kini amat lengang. Saat masih jaya sampai 2015, dari dan ke Joyoboyo beroperasi 1.200 lyn. Saat ini, yang beroperasi 100 lyn. Minibus antarkota apalagi angguna tinggal kenangan dan tiada berbekas.
Di Joyoboyo, Rabu (7/10/2020) siang, tak sampai 20 lyn tua dan berkarat trayek P, U, V parkir membelakangi gedung intermoda. Satu lyn P yang kosong penumpang datang dari arah barat (Jalan Joyoboyo) lalu parkir. Sopir yang letih berpindah tempat duduk dari sisi kemudi ke kursi penumpang dan merebahkan diri.
“Dari pagi sepi Mas, ngetem sekalian istirahat,” kata Sugiarto, sopir lyn P (Joyoboyo – Petojo), saat didatangi dan diajak ngobrol.
Sambil merebahkan diri di kursi penumpang, Sugiarto menatap kap lyn majikannya yang sudah keropos seperti sorot mata yang melompong. Kursi penumpang yang cukup empuk seolah menjadi keras dan tak nyaman untuk menopang punggung yang letih. Belasan tahun kehidupan telah dilalui sebagai sopir bemo oleh lelaki kelahiran Surabaya 55 tahun lalu ini.
Sugiarto tersenyum kecut ketika ditanya tentang kondisi layanan lyn saat ini. Senyum yang getir seperti pihak yang kalah dalam persaingan jasa transportasi. Namun, dalam hati siapa yang tahu, masih ada harapan baginya di masa depan kejayaan lyn bisa berulang atau setidaknya moda ini tidak punah.
Baca Juga : Transportasi Umum Lumpuh Setengah Hari
Tak jauh dari lyn yang parkir, seorang ibu menenteng tas belanjaan berjalan dari arah Pasar Wonokromo menuju beberapa lyn V (Joyoboyo - Kapas Krampung – Tambakrejo) yang ngetem di tikungan terminal dan trotoar sisi selatan Kebun Binatang Surabaya itu. Dengan santai, sang ibu naik ke lyn V yang masih kosong. Setelah menunggu hampir 20 menit dengan tambahan satu penumpang, bemo itu bergerak.
“Saya terbiasa naik lyn biarpun lelet dan suka ngetem lama,” ujar Siti Aminah (50), penumpang lyn V tujuan Kapas Krampung dari Joyoboyo itu.
Siti Aminah mengatakan, tidak berani naik sepeda motor atau angkutan online roda dua tersebut. Di masa lalu, ada pengalaman jatuh dan terluka lumayan ketika naik skuter. Trauma diperparah dengan pengalaman melihat anak tetangga yang meninggal akibat kecelakaan sepeda motor.
“Naik taksi, yang online lebih mahal, lebih murah dan yang ada cuma lyn makanya masih jadi pilihan saya,” kata Siti Aminah, perempuan kelahiran Bangkalan itu.
Baca Juga : Surabaya Tambah Akses Pintu Masuk Terintegrasi Angkutan Umum
Saat ditanya tentang harapan terhadap layanan lyn, Siti Aminah, tanpa diduga menjawab dengan harapan ada pembenahan di masa wali kota baru. Oh, ini tantangan bagi pasangan Eri Cahyadi-Armuji atau Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno yang akan bertarung berebut kursi kepemimpinan Surabaya dalam pemungutan suara 9 Desember 2020.
“Semoga bisa seperti 90-an dan awal 2000-an itu lho Mas, lyn masih banyak jadi orang-orang seperti saya mudah bepergian dari rumah,” kata Siti Aminah.
Harapan
Masa jabatan dua periode kepemimpinan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini akan berakhir pada 17 Februari 2020. Masa bakti tersisa empat-lima bulan. Gebrakan yang dilakukan untuk penanganan layanan transportasi massal terus dilakukan termasuk lyn kini dalam proses pembentukan koperasi atau perkumpulan. Lyn akan menjadi feeder dalam sistem transportasi massal di Surabaya.
Dalam sistem transportasi massal di kota dengan penduduk 3,3 juta, tapi melonjak menjadi 6 juta di kala siang siang hari, keberadaan lyn tetap menjadi tumpuan. Jika angkutan kota nyaman dan terukur, warga pasti lebih memilih naik lyn ketimbang berkendara sendiri.
"Keberadaan lyn tidak mungkin dihapus, tapi justru dirangkul agar masuk ke sistem transportasi massal sesuai jamannya. Ke depan lyn justru pengumpan utama untuk semua sistema transportasi massal ke depan sehingga pemilik dan pengemudi lyn sejahtera. Tanpa lyn semua sistem tidak bisa jalan," ujar Presiden Asosiasi Pemerintah Daerah (UCLG) Asia Pasific ini.
Dalam wawancara terpisah, keberadaan lyn masih menjadi salah satu permasalahan yang turut dipikirkan oleh Eri Cahyadi dan Machfud Arifin. Dari perspektif kultural, Eri dan Machfud yang sama-sama kelahiran Surabaya tentu mengetahui dan memahami jejak perjalanan layanan transportasi di ibu kota Jatim ini. Eri, mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya, dan Machfud, mantan Kepala Polda Jatim, tentu dan ternyata punya program.
Baca Juga : Para Kandidat Bersaing Tawarkan Transportasi Massal
Yang terang, Eri dan Machfud berjanji jika terpilih tidak akan berdiam dengan ancaman kepunahan lyn. Layanan ini harus dipertahankan, diremajakan, dan dikembangkan tentu dengan penyesuaian rute, karakter, dan jumlah unit.
Lyn akan dilindungi dengan tidak membiarkannya bertarung melawan angkutan umum lain yakni taksi dan bus. Bumi Pahlawan sudah tersedia layanan Bus Suroboyo di tiga trayek utama dengan sistem pembayaran memakai sampah botol plastik.
Lyn akan difungsikan sebagai angkutan pengumpan dari kantong-kantong pemukiman ke halte-halte atau simpul transportasi massal yang akan dijalankan oleh bus, kereta, trem, atau moda raya terpadu (MRT).
Tawaran
Dosen perencanaan transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Hitapriya Suprajitno mengatakan, penempatan lyn atau di daerah lain disebut angkutan kota (Bogor), mikrolet (Jakarta), pete-pete (Makassar), dan sudako (Medan) sebagai pengumpan bagi moda yang lebih besar sudah tepat. Dengan demikian, perlu penataan trayek sehingga lyn tidak saling bunuh dengan moda lain berebut penumpang tetapi melayani perjalanan orang dari ujung gang pemukiman.
Karakter lyn sebagai kendaraan mikro tentu cocok untuk mengangkut penumpang dari kawasan kompleks perumahan dan perkampungan yang jaringan jalan tidak terlalu lebar. Yang perlu diperhatikan ialah arus kedatangan lyn yang terjadwal, perjalanan tepat waktu, dan tarif murah. Jika dimungkinkan, interior lyn patut menjadi perhatian untuk memberi kenyamanan penumpang.
Baca Juga : Sampah Bisa Ditukarkan dengan Karcis Bus Suroboyo
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia Pusat, Djoko Setijowarno mengatakan, angkutan umum harus memiliki karakter utama menjamin keamanan dan keselamatan perjalanan. Dibandingkan dengan sepeda motor, keamanan dan keselamatan lebih bisa dipenuhi oleh lyn.
“Untuk pembiayaan bisa dengan skema subsidi oleh pemerintah sehingga tarif angkutan umum lebih terjangkau dan diharapkan menarik minat masyarakat,” kata Djoko.
Yang jelas arek suroboyo masih memendam kerindungan, akan naik lyn bisa di ujung jalan. Meskti harus jalan seratus meter dari rumah sebelum bertemu lyn, angkutan kota ini tetap menjadi dambaan karena selama perjalanan, selain melepas penat, menambah pergaulan dan ambil besar kemungkinan menemukan cerita dinamika kehidupan yang nyata.
Meski rutenya berputar-putar, tak brarti penumpang menggerutu, tapi justru dinikmati. Alih-alih dianggap piknik tipis-tipis istilah arek suroboyo. Maka tgak berlebihan jika masih banyak warga Surabaya berharap bisa menunggu lyn di ujung jalan permukiman.