Surabaya Genjot Penjualan Telur Ayam Lewat Operasi Pasar
Dinas Perdagangan Kota Surabaya menggenjot penyerapan telur ayam dari sentra produksi dengan memasarkan lewat operasi pasar. Harga jual telur ayam melalui operasi pasar ditetapkan Rp 17.500 per kilogram.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS - Dinas Perdagangan Kota Surabaya menggenjot penyerapan telur ayam dari sentra produksi dengan memasarkan lewat operasi pasar. Harga jual telur ayam melalui operasi pasar ditetapkan Rp 17.500 per kilogram.
Pemerintah Kota Surabaya sejak Maret hingga kini setiap hari membeli sekitar 15.000 butir untuk dibagikan kepada pasien dan keluarga yang menjalani isolasi mandiri dan petugas yang terlibat dalam penanganan Covid-19.
Sampai hari ini menurut Kepala Dinas Perdagangan Kota Surabaya Wiwiek Widiyati di Surabaya, Rabu (8/10/2020), Pemkot Surabaya masih membeli telur ayam dalam jumlah besar langsung dari peternak di Blitar, untuk direbus lalu dibagikan kepada pasien dan kelaurga yang menjalani isolasi mandiri karena terpapar Covid-19.
Menurut Wiwiek, kebutuhan warga Surabaya akan telur sebanyak 1.895 ton per bulan. Harga rata-rata di pasaran Surabaya Rp 19.000 per kilogram, atau masih di bawah harga eceran tertinggi (HET) Rp 24.000 per kg.
Menurut Najib (35), pedagang kebutuhan pokok di Gunung Anyar, sudah hampir sepekan terakhir harga telur cenderung turun. Harga tebus dari agen berkisar Rp 175.000 per kotak (10 kg), maka dia menjual secara eceran Rp 19.000 per kg.
Penyumbang deflasi
Sementara Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Dadang Hardiwan mengatakan telur ayam ras pada Agustus 2020 memang menjadi salah satu komoditas penyumbang deflasi di Jatim. Telur pada periode tersebut mengalami perubahan harga turun 2,47 persen. Penurunan harga telur ras masih terjadi sepanjang September.
Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga pada angkutan udara, telur ayam ras, daging ayam ras, tarif kereta api, melon, cabai rawit, semangka, jeruk dan tomat. Maka selama September BPS Jatim mencatat, provinsi ini mengalami deflasi sebesar 0,15 persen lebih tinggi dari deflasi nasional sebesar 0,05 persen.
Menurut Dadang, inflasi terjadi di Kediri sebesar 0,15 persen. Sedangkan daerah yang mengalami deflasi yaitu Probolinggo 0,35 persen, Surabaya 0,18 persen, Banyuwangi 0,17 persen, Sumenep 0,12 persen, Malang 0,05 persen, Madiun 0,02 persen, dan Jember sebesar 0,01 persen.