UMKM Bertahan di Tengah Pandemi lewat Parade Belanja Daring
Selama pandemi Covid-19, UMKM termasuk jenis usaha yang paling terdampak. Promo parade belanja daring pada momen tertentu seperti 10.10 pada tanggal 10 Oktober 2020 menjadi salah satu cara UMKM bertahan di masa pandemi.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Banyak dari pelaku UMKM yang ditinggalkan pelanggan-pelanggannya selama masa pandemi Covid-19. Sebagian dari mereka kini mencoba menggaet para pelanggan baru lewat parade belanja daring 10.10.
Sudah tiga bulan ini, rumah makan Nasi Uduk KH Syahdan yang dikelola Yudi (40) selalu ikut dalam parade belanja daring. Pada promo 10.10 kali ini, misalnya, rumah makan Yudi menawarkan potongan harga hingga 50 persen dengan minimal transaksi Rp 69.000.
Potongan tersebut bisa diakses pelanggan melalui layanan pesan-antar Grabfood. Bagi Yudi, promo tidak sekadar meningkatkan omzet, tapi penting untuk menjaring para pelanggan baru.
”Dengan adanya promo ini, otomatis yang beli lewat daring lebih banyak. Seenggaknya nama kami ada di riwayat pembelian. Harapannya konsumen mau pesan lagi,” ujarnya saat ditemui di Jakarta, Sabtu (10/10/2020).
Selama masa pandemi ini, Yudi banyak kehilangan pelanggannya yang mayoritas adalah mahasiswa. Bagaimana tidak, rumah makan miliknya memang berlokasi di tengah-tengah kawasan indekos mahasiswa Bina Nusantara (Binus) Jakarta Barat. Seperti diketahui, sebagian besar mahasiswa kini menjalani kuliah dari rumah.
Semenjak itu, Yudi lebih mengandalkan transaksi secara daring melalui layanan pesan antar. ”Selain karena 80 persen pelanggan di sini adalah mahasiswa, selama PSBB kami enggak bisa melayani makan di tempat,” kata Yudi.
Sementara itu, parade belanja daring selama ini mampu meningkatkan omzet Yudi hingga tiga kali lipat. Khusus untuk transaksi daring, biasanya Yudi bisa mendapatkan Rp 1 juta per hari. Dengan adanya promo, omzetnya bisa mencapai Rp 3 juta per hari.
”Ini berdasarkan pengalaman pada promo 9.9 pada bulan September sama promo 8.8 pada Agustus ya,” katanya.
Hal yang sama juga diungkapkan Steven Febrian, pemilik Rumah Makan Kim Lai Pontianak yang berlokasi di Jalan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Dengan memberlakukan promo, jumlah transaksi hariannya mampu meningkat hingga 50 persen.
Khusus untuk transaksi daring, Steven biasanya melayani rata-rata 125 transaksi dalam sehari. Sementara saat memberlakukan promo, transaksi yang ia layani bisa mencapai lebih dari 200 kali. ”Penjualannya otomatis lebih banyak. Tapi yang lebih penting nambah pelanggan baru,” katanya.
Ini bukan pertama kalinya bagi Steven terlibat dalam parade belanja daring. Ia mulai tertarik bergabung dengan program ini semenjak lima bulan lalu. Tepatnya saat parade belanja daring 5.5 pada Mei 2020.
Kebetulan, saat itu penjualan Kim Lai Pontianak tengah menurun drastis akibat Covid-19. Dalam sehari, ia hanya bisa melayani 50 kali transaksi, baik langsung maupun daring. Semenjak itu, 90 persen transaksi yang ia terima adalah melalui daring.
”Baru sekitar Agustus, transaksi berangsur normal sampai sekarang,” katanya.
Menggiurkan
Menurut Amadea (23), karyawan swasta asal Jakarta Pusat, parade belanja daring yang digelar setiap bulan ini memang sangat menggiurkan. Pada 10.10 ini misalnya, ada promo kuliner mencapai 50 persen. Meski begitu, Dea mengaku masih bisa menahan diri dengan promo kuliner tersebut.
”Kalau kuliner sih saya enggak begitu antusias ya, karena selama ini promo-promo seperti itu udah sering ada," katanya.
Terlebih pada masa pandemi ini, Dea mengaku membatasi anggaran belanjanya. Sebelumnya, Dea menyisihkan 10 persen dari gajinya untuk berbelanja di platform e-dagang. Namun pada parade promo 10.10 ini, ia hanya menyisihkan 5 persen dari gajinya.
”Iya nih, sekarang agak direm dulu. Belinya barang-barang kosmetik karena memang jadi kebutuhan. Bari beli satu barang sih sekarang,” ujarnya.
Menurut Direktur Eksekutif Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, hampir semua pelaku UMKM mengalami penurunan penjualan pada masa pandemi Covid-19 ini. Bahkan, sebagian ada yang gulung tikar.
UMKM yang masih bertahan adalah yang mampu melakukan digitalisasi. ”Ini yang coba dilakukan UMKM saat ini, yakni mencari peluang untuk meningkatkan pasar yang tengah lesu melalui promo,” katanya.
Meski demikian, Tauhid mengingatkan bahwa tidak semua UMKM dapat menikmati manfaat parade belanja daring ini. Dilihat dari trennya, ia memperkirakan, produk-produk yang penjualannya akan meningkat adalah kosmetik dan kesehatan.