Bank Swasta dan Asing Picu Perlambatan Pertumbuhan Kredit
Tren perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit industri perbankan berlanjut. Per September 2020, penyaluran kredit perbankan tumbuh 0,12 persen secara tahunan, anjlok dari Agustus 2020 yang sebesar 1,04 persen.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank umum swasta nasional dan bank asing merupakan dua kelompok bank yang berkontribusi terhadap pelemahan kredit industri perbankan nasional. Pasalnya, nasabah kedua kelompok bank ini masih berhati-hati dalam merencanakan ekspansi.
Hal tersebut disampaikan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso dalam konferensi pers ”Perkembangan Kebijakan dan Kondisi Terkini Sektor Jasa Keuangan” secara virtual, Senin (2/11/2020).
Wimboh mengatakan, pertumbuhan kredit perbankan secara tahunan pada September 2020 yang mencapai 0,12 persen jauh di bawah pertumbuhan tahunan pada Agustus 2020 yang sebesar 1,04 persen.
”Pelemahan ini didominasi perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit bank umum swasta nasional,” ujarnya.
Pelemahan (pertumbuhan penyaluran kredit industri perbankan) didominasi oleh melambatnya penyaluran kredit bank umum swasta nasional.
Berdasarkan data OJK, penyaluran kredit bank umum swasta nasional per September 2020 terkontraksi 2,61 persen dalam setahun, menjadi Rp 2.399,7 triliun. Apabila dihitung sejak awal Januari hingga September 2020, penyaluran kredit tumbuh negatif 3,69 persen.
Adapun penyaluran kredit bank asing tumbuh negatif 5,24 persen secara tahunan per September 2020, menjadi Rp 230,9 triliun. Namun, jika dihitung sejak Januari 2020, penyaluran kredit bank asing di Indonesia tumbuh tipis, yakni 0,27 persen.
Wimboh mengatakan, kontraksi kredit terjadi karena penurunan baki debet kredit modal kerja dari segmen kredit korporasi. Padahal, segmen ini merupakan andalan kelompok bank asing dan bank swasta nasional. Penurunan aktivitas ekonomi juga membuat nasabah korporasi enggan berekspansi.
”Penurunan ini disebabkan penurunan aktivitas usaha di masa pandemi. Sektor swasta masih berhati-hati dalam menanggapi outlook ke depan,” ujar Wimboh.
Di tengah kontraksi penyaluran kredit yang dialami bank swasta dan bank asing, kelompok bank BUMN mencatatkan pertumbuhan kredit secara tahunan sebesar 2,54 persen per September 2020. Namun, jika dihitung sejak Januari 2020, penyaluran kredit bank BUMN terkontraksi 0,32 persen.
Adapun kelompok bank pembangunan daerah (BPD) membukukan pertumbuhan kredit paling signifikan per September 2020, yakni 5,2 persen secara tahunan. Adapun sejak awal tahun hingga September 2020, penyaluran kredit BPD juga tumbuh 2,73 persen.
”Bank Himbara (Himpunan Bank-bank Milik Negara) menerima penempatan dana (pemerintah) sebesar Rp 47,5 triliun yang telah mendorong penyaluran kredit sebesar Rp 166,39 triliun. Sementara bank pembangunan daerah telah menerima penempatan dana sebesar Rp 14 triliun yang mendorong penyaluran kredit sebesar Rp 17,39 triliun,” tutur Wimboh.
Meskipun kontraksi penyaluran kredit diperkirakan masih akan terjadi hingga akhir tahun ini, OJK optimistis rasio kredit bermasalah (NPL) perbankan pada tahun ini tidak menembus 5 persen.
”Perekonomian saat ini sudah memasuki masa pemulihan dengan persentase NPL mulai menurun, yakni per September 2020 menjadi 3,15 persen,” kata Wimboh.
Secara terpisah, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja menjelaskan, kendati kinerja triwulan III-2020 melemah, permintaan kredit sudah mulai memasuki proses pemulihan. Ia optimistis penyaluran kredit akan semakin baik pada akhir tahun ini dan sepanjang tahun depan.
BCA siap berekspansi kredit, tetapi keputusan penyaluran tetap dilakukan secara hati-hati. Pertubuhan dana pihak ketiga (DPK) memberi ruang likuiditas, terlebih lagi beban dana kini semakin rendah seiring penurunan suku bunga DPK.
Sementara itu, melalui keterangan resminya, Presiden Direktur PT Bank Maybank Indonesia Tbk Taswin Zakaria mengatakan, pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19 memengaruhi kinerja intermediasi industri perbankan, termasuk Maybank.
”Kami akan terus mengambil langkah proaktif untuk mengantisipasi dampak lebih lanjut terhadap portofolio kami akibat gangguan pandemi. Salah satunya melalui layanan perbankan digital yang mulai menunjukkan hasil positif,” ujarnya.