Pemerintah menerbitkan sukuk tabungan ST007. Penerbitan surat berharga negara ritel ini merupakan yang terakhir kalinya pada tahun ini. Masyarakat bisa memesan sampai dengan 25 November 2020.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah menawarkan surat berharga negara ritel terakhir untuk tahun ini. Instrumen investasi sukuk tabungan seri ST007 ditawarkan dengan tingkat bunga 5,5 persen.
Masa penawaran sukuk tabungan (ST) seri ST007 dibuka mulai Rabu (4/11/2020) pukul 09.00. Selama masa penawaran sampai dengan 25 November 2020, masyarakat dapat memesan dengan nilai minimal Rp 1 juta dan maksimal 3 miliar.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman memaparkan, ST007 adalah instrumen investasi surat berharga negara (SBN) ritel terakhir yang terbit tahun ini. Sepanjang tahun ini, pemerintah telah menerbitkan lima seri SBN ritel berupa savings bond ritel (SBR), obligasi ritel (ORI), dan sukuk ritel (SR).
SBN ritel seri SBR009 dan ORI017 ditawarkan pada paruh pertama 2020, sedangkan seri ORI017, SR013, dan ORI018 pada paruh kedua 2020.
”Kami terbitkan SBN ritel terakhir dalam bentuk sukuk tabungan pada November ini, seri terakhir untuk tahun 2020,” kata Luky dalam peluncuran ST007, Rabu.
Risiko gagal bayar yang rendah atau bahkan nyaris nol menjadi salah satu keunggulan ST007 dibandingkan dengan instrumen investasi lain. Investasi ST007 dijamin negara melalui Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara. Selain itu, ST007 juga dapat dijual atau dicairkan sebelum jatuh tempo.
Kami terbitkan SBN ritel terakhir dalam bentuk sukuk tabungan pada November ini, seri terakhir untuk tahun 2020.
ST007 memiliki tingkat kupon minimal 5,5 persen. Jenis kuponnya mengambang atau floating with floor mengikuti suku bunga acuan Bank Indonesia ditambah 150 basis poin atau 1,5 persen. Namun, besaran kupon minimalnya 5,5 persen.
Imbal hasil akan dibayarkan pada tanggal 10 setiap bulan. Adapun tanggal jatuh tempo pada 10 November 2022.
Tingkat kupon ST007 lebih rendah daripada seri sebelumnya, yakni ST006 yang sebesar 6,75 persen. ST006 ditawarkan pada 1-21 November 2019.
Luky mengatakan, tingkat kupon ST007 lebih rendah dibandingkan dengan seri sebelumnya. Namun, imbal hasil yang ditawarkan tetap menarik karena masih di atas suku bunga rata-rata deposito yang kini di bawah 5 persen dan jauh lebih tinggi dari proyeksi inflasi sebesar 2 persen tahun ini.
”Selain tingkat kupon, daya tarik ST007 berbasis prinsip syariah yang sudah ditetapkan Dewan Syariah Nasional,” kata Luky.
ST007 dapat dipesan secara dalam jaringan melalui aplikasi 31 mitra distribusi yang terdiri dari bank umum, perusahaan efek dan perusahaan efek khusus , serta perusahaan teknologi finansial.
Pada 2020, pemerintah menerbitkan SBN ritel sebanyak lima kali terdiri dari SBR, ST, SR, dan ORI. Target dana yang dihimpun dari enam kali penerbitan SBN ritel tersebut berkisar Rp 40 triliun-Rp 80 triliun.
Ekonomi hijau
Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Dwi Irianti Hadiningdyah menambahkan, ST007 memiliki underlying asset sesuai prinsip keuangan syariah. Underlying asset berupa barang milik negara dan proyek APBN tahun 2020, termasuk green asset.
Dana hasil penerbitan sukuk tabungan akan digunakan untuk membiayai berbagai pembangunan nasional, terutama proyek-proyek hijau dalam APBN. Pembiayaan melalui ST007 diarahkan untuk membantu negara mengatasi dampak perubahan iklim. Oleh karena itu, ST007 tergolong green sukuk.
”Melalui ST007, pemerintah memberikan kesempatan kepada seluruh warga negara Indonesia untuk berinvestasi dan berpartisipasi dalam mengatasi dampak perubahan iklim,” ujar Dwi.
Dana hasil penerbitan sukuk tabungan akan digunakan untuk membiayai berbagai pembangunan nasional terutama proyek-proyek hijau dalam APBN.
Ekonom lingkungan Bank Dunia Indonesia dan founder Think Policy Society, Andhyta Utami, berpendapat, peningkatan literasi finansial di kalangan milenial dibarengi ketertarikan terhadap isu-isu lingkungan. Mereka akan menyambut baik kesempatan untuk berinvestasi dan berinvestasi dalam ekonomi hijau.
Namun, salah satu tantangan untuk ”membumikan” investasi hijau melalui ST007 adalah implementasi dari pemangku kebijakan. Pemerintah harus menyusun kerangka kegiatan yang jelas agar setiap rupiah yang diinvestasikan oleh milenial dapat berdampak optimal terhadap penurunan emisi.
”Dana dari hasil penerbitan ST007 tidak hanya digunakan untuk membiayai proyek-proyek strategis, tetapi juga untuk melindungi keanekaragaman hayati dan manajemen pengelolaan lahan,” ujar Andhyta.