Tur jalan kaki menyusuri jejak sejarah mati suri karena pandemi. Kini sebagian pegiat komunitas itu kembali menghidupkan acara jalan-jalan ke sejumlah tempat bersejarah.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tur jalan kaki menyusuri sejarah kota kembali dari mati suri. Selama pandemi, tur berjalan dalam grup yang lebih kecil untuk menghindari paparan virus korona. Meski begitu, masih ada pegiat wisata seperti ini yang tak menyerah pada keadaan.
Delapan bulan berlalu, akhirnya Jakarta Good Guide kembali mengadakan tur jalan kaki ke tempat bersejarah di Jakarta. Salah satu tur anyar berlangsung Minggu (16/11/2020), mengunjungi kawasan Blok M, Jakarta Selatan, dan Museum Mohammad Husni Thamrin, Jakarta Pusat.
Tur diikuti seorang pemandu wisata dan empat wisatawan. Selama satu jam, mereka menyusuri spot-spot bersejarah. Misalnya Mbloc Space, tempat kongko yang berdiri di atas lahan bekas pabrik dan rumah dinas Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia.
Spot lainnya Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, lembaga penelitian milik pemerintah di bidang biologi molekuler dan bioteknologi kedokteran. Cikal bakalnya dari Christiaan Eijkman, peraih Nobel Kedokteran yang meneliti penyakit beri-beri dasawarsa 1900-an dan peletak dasar penemuan vitamin.
Dihubungi di Jakarta, Kamis (19/11/2020), Candha Adwitiyo, Co-Founder Jakarta Good Guide, menyebutkan, tur jalan kaki di Jakarta berlangsung lagi sejak awal November setelah hanya secara virtual. Tur menyesuaikan dengan situasi pandemi, hanya terdiri atas kelompok kecil, tidak lebih dari sepuluh orang, supaya protokol kesehatan efektif.
”Jangan sampai lebih dari 10 orang. Sesuaikan bisa jadi 3, 5, atau 7 orang sekali tur. Kan, tingkat kepedulian seseorang pada protokol kesehatan tidak sama. Semakin sedikit supaya bisa jaga jarak, tidak dekat-dekatan,” ucap Candha.
Dua pekan berjalan, peminat wisata jalan kaki mulai kembali. Ada saja wisatawan yang mendaftar lewat https://jakartagoodguide.wordpress.com/ maupun narahubung di akun media sosial @Jktgoodguide meskipun tidak semua hadir saat hari H karena ragu-ragu dan khawatir risiko penularan virus korona jenis baru.
Candha menuturkan, timnya lewat surel konfirmasi mengingatkan wisatawan tentang risiko penularan, antisipasi, dan protokol kesehatan. Ada pengecekan suhu tubuh sebelum tur, tersedia antiseptik, dan larangan jajan di sekitar lokasi tur karena potensi penularan saat makan.
Tur yang biasanya berjalan dua jam menjadi satu jam saja. Ada pemangkasan rute dari 2 kilometer menjadi 1 kilometer supaya wisatawan tidak terlalu lama berinteraksi.
”Animo sudah ada meskipun ada kecemasan kalau ketemu orang lain yang tidak kenal dalam tur. Kami tetap maksimalkan protokol kesehatan supaya aman,” katanya. Wisatawan yang ragu-ragu dan khawatir dapat menikmati jalan-jalan dalam tur virtual. Info selengkapnya di akun media sosial @Jktgoodguide.
Pastikan keamanan
Tur jalan kaki juga kembali bergairah di Bandung dan Yogyakarta. Good Guide setempat sejak September telah mempersiapkan tur sesuai protokol kesehatan.
Salah satu tur di Yogyakarta berlangsung di Kotagede, Senin (5/10/2020) dan Kamis (12/11/2020). Kawasan itu terkenal akan kerajinan perak, kuliner, ziarah rohani, dan makam raja-raja Mataram serta kehidupan warga sekitar.
Rizki Suryananda, pemandu wisata Yogyakarta Good Guide, mengatakan, tidak ada tur virtual sehingga tur jalan kaki kembali berjalan awal Oktober setelah berbagai persiapan sesuai protokol kesehatan. Tur berlangsung di waktu yang berbeda sesuai tingkat keramaian tempat wisata.
Tur di Kotagede dan Kauman berlangsung Senin hingga Kamis dan Sabtu. Sementara di Malioboro berlangsung Senin untuk antisipasi keramaian. Informasi selengkapnya di media sosial @Joggoodguide. ”Kami survei lokasi dan keadaan sekitar terlebih dulu. Diskusi dengan warga sekitar apakah menerima kedatangan orang luar atau tidak,” ujar Rizki.
Jakarta Good Guide dan afiliasinya merupakan komunitas yang terdiri atas sekumpulan pemandu wisata. Mereka menggerakkan tur jalan kaki ke berbagai tempat bersejarah. Untuk program reguler harian, komunitas ini tak mematok tarif alias bayar seikhlasnya atau pay as you wish.
Awal tahun lalu, Kompas.id mengulas tentang hal serupa melalui program Piknikin Jakarta. Program ini dirancang komunitas Picnichild yang mengadakan acara piknik berjalan kaki ke beberapa tempat di Jakarta. Rute yang dikunjungi peserta acara di antaranya Gedung Perpustakaan Nasional, Taman Monas, Gambir, Cikini, Pasar Baru, dan kawasan pecinan.
Sebelum memulai perjalanan, peserta saling berkenalan. Sebagian sudah kenal karena pernah bertemu di sesi jalan-jalan sebelumnya. Ada yang datang sekelompok empat orang, ada yang berdua, tak sedikit pula yang sendirian. Perkenalan itu diharapkan bisa mencairkan kekakuan. Ternyata mencari kesenangan itu mudah jika mau.