Pasar properti hunian hingga kini ditopang segmen pasar menengah ke bawah. Investasi properti yang menggeliat diharapkan dapat mendorong pasar properti bangkit lebih cepat.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Investasi hunian mulai menggeliat. Hal ini dinilai sebagai sinyal positif pasar properti. Sebab, selama pandemi Covid-19, muncul kecenderungan investor properti menahan diri.
Direktur PT Ciputra Development Tbk Harun Hajadi menilai, pasar investor properti sudah mulai menggeliat sehingga ada tambahan permintaan yang cukup signifikan. Properti mulai diperhitungkan kembali sebagai alat investasi yang tepat ketika imbal hasil produk investasi keuangan lain dinilai semakin rendah.
“Sebelumnya, ketika pandemi Covid-19 mulai (berlangsung), kami melihat investor menghilang dari pasar. Kebanyakan pengguna akhir yang membeli (produk hunian). Sekarang, kami melihat investor sudah masuk. Kami melihat tahun depan (investasi) akan jauh lebih baik lagi, karena pasar investor akan lebih banyak,” kata Harun, dalam paparan publik PT Ciputra Development Tbk, secara virtual, Kamis (3/12/2020).
Selama Januari-September 2020, PT Ciputra Development membukukan pendapatan Rp 4,24 triliun atau turun 9 persen secara tahunan. Sementara, laba bersih Rp 232 miliar atau turun 44 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp 417 miliar.
Kami melihat tahun depan (investasi) akan jauh lebih baik lagi, karena pasar investor akan lebih banyak
Adapun nilai prapenjualan sampai dengan triwulan III-2020 sebesar Rp 3,8 triliun atau 83 persen dari target prapenjualan Rp 4,5 triliun. Target ini direvisi, dari semula yang sebesar Rp 6,7 triliun.
Direktur Utama Ciputra Development Candra Ciputra, mengatakan, pencapaian hingga September 2020 yang turun 9 persen antara lain akibat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah penularan Covid-19. Meski demikian, kini muncul tren peningkatan prapenjualan cukup signifikan.
Direktur PT Ciputra Development Tbk Tulus Santoso, yang juga Sekretaris Perusahaan, mengemukakan, penjualan selama 9 bulan terakhir didominasi rumah dan kavling, yakni 92 persen. Adapun selebihnya ruko 4 persen dan apartemen 3 persen.
Sementara itu, permintaan hunian dengan harga di bawah Rp 2 miliar per unit pada 2019 sekitar 73 persen dari total penjualan. Pada Januari-September 2020, kontribusi penjualan rumah dengan harga di bawah Rp 2 miliar per unit sekitar 62 persen dari total penjualan.
Perseroan berencana tetap fokus menggarap produk-produk unggulan pada segmen harga di bawah Rp 2 miliar per unit yang menyasar pengguna akhir. Meskipun, penjualan produk hunian dengan harga di atas Rp 2 miliar per unit di beberapa daerah dinilai cukup berhasil.
Pada Januari-September 2020, perseroan merilis 7 kluster baru di proyek yang sedang berjalan, di antaranya Citra Raya Tangerang, Citra Maja Raya, Citra Garden Puri Jakarta, dan Citra Land City Losari dengan nilai penjualan Rp 778 miliar atau 21 persen dari total penjualan.
Strategi lain adalah menambah bank tanah. Sampai dengan September 2020, belanja modal untuk pengadaan lahan sekitar 55 persen dari alokasi belanja modal yang sebesar Rp 700 miliar. Total belanja modal hingga akhir tahun ini diprediksi kurang dari Rp 1 triliun.
Dijaga
Secara terpisah, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Real Estat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida mengemukakan, konsistensi pasar hunian yang sudah mulai menggeliat pada triwulan III-2020 perlu terus dijaga. Pada 2021, pasar properti diprediksi masih akan ditopang kelas menengah ke bawah.
Hingga kini, sebanyak 86 persen dari omzet perumahan merupakan rumah dengan rentang harga di bawah Rp 1,5 miliar per unit, sedangkan 14 persen untuk harga rumah di atas Rp 1,5 miliar.
Pada 2021, pasar properti diprediksi masih akan ditopang kelas menengah ke bawah.
“Di luar perkiraan, pasar perumahan terus bangkit di tengah pandemi Covid-19, dengan didominasi segmen kelas menengah. Kita perlu menjaga pasar segmen menengah tetap bergairah tahun depan sehingga bisa turut mengungkit kenaikan pasar (perumahan) kelas atas,” katanya.
Ia menambahkan, pertumbuhan pasar kelas menengah turut menggerakkan segmen perumahan. Upaya menjaga konsistensi pasar antara lain dengan regulasi yang kondusif maupun penanganan pandemi Covid-19 secara serius.(LKT)