Pertumbuhan Kredit Rendah, OJK Sumbar Dorong Perbankan Digital
Pertumbuhan penyaluran kredit perbankan di Sumatera Barat hingga Oktober 2020 rendah akibat terdampak pandemi Covid-19. Otoritas Jasa Keuangan Sumbar mendorong bank untuk menerapkan perbankan digital.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Pertumbuhan penyaluran kredit perbankan di Sumatera Barat hingga Oktober 2020 rendah akibat terdampak pandemi Covid-19. Otoritas Jasa Keuangan Sumbar mendorong bank menerapkan perbankan digital untuk menjangkau masyarakat. Sejumlah insentif lainnya juga diberikan pemerintah untuk memacu pertumbuhan kredit pada 2021.
Kepala OJK Sumbar Misran Pasaribu di Padang, Senin (7/12/2020), mengatakan, terbatasnya pertemuan tatap muka selama pandemi Covid-19 menjadi salah satu kendala bagi masyarakat dalam mengakses kredit. Penerapan perbankan digital bisa menjadi salah satu upaya untuk menjangkau masyarakat dalam penyaluran kredit.
”Perbankan perlu menerapkan strategi menjangkau masyarakat dengan teknologi atau perbankan digital. Kalau ini tidak diterapkan, akan sulit. Bagaimana menjangkau masyarakat kalau tidak tatap muka?” kata Misran dalam jumpa pers Kondisi Sektor Jasa Keuangan di Provinsi Sumbar Tahun 2020 dan Outlook Perekonomian Provinsi Sumbar Tahun 2021.
Menurut Misran, meskipun sudah ada perusahaan teknologi finansial, penyaluran kreditnya masih terbatas. Oleh sebab itu, penyaluran kredit dari perbankan sangat dibutuhkan. Adapun untuk mengakselerasi perbankan digital, perbankan bisa pula berkolaborasi dengan perusahaan teknologi finansial.
Misran menjelaskan, selama pandemi Covid-19, industri perbankan di Sumbar tetap mengalami pertumbuhan positif tetapi sangat kecil. Dari segi aset, total aset seluruh perbankan di Sumbar hingga Oktober 2020 secara year on year (YoY) mengalami pertumbuhan 0,23 persen. Namun, dari segi year to date (YtD) pertumbuhan aset minus 1,58 persen.
Sementara itu, pertumbuhan kredit penyaluran perbankan di Sumbar secara YoY, kata Misran, hanya 1,22 persen. Secara YtD, pertumbuhan penyaluran kredit, bahkan di bawah 1 persen, yakni hanya 0,93 persen. Di sisi lain, dana pihak ketiga secara YoY mengalami pertumbuhan sebesar 3,7 persen dan secara YtD mengalami pertumbuhan 7,39 persen.
”Di sisi penghimpunan dana pihak ketiga, tampak masyarakat lebih berhati-hati, banyak yang menyimpan dana di perbankan sambil melihat perkembangan pandemi Covid-19. Ini tecermin dari pertumbuhan kredit yang secara YoY tumbuh 1,22 persen tetapi secara Y to D pertumbuhan kredit hanya 0,93 persen,” ujar Misran.
Melihat rendahnya pertumbuhan penyaluran kredit, Misran meminta perbankan terus meningkatkan penyaluran kredit, terutama bank pembangunan daerah. Penyaluran kredit ditingkatkan, terutama kepada sektor produktif, karena memiliki efek pengganda (multiplier effect) bagi perekonomian masyarakat.
Pemerintah, OJK, ataupun Bank Indonesia, kata Misran, sudah memberikan sejumlah stimulus untuk meningkatkan penyaluran kredit. Pemerintah melakukan penempatan dana pemerintah di perbankan melalui dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Perbankan akan melipatgandakan penempatan dana itu, misalnya dari Rp 1 triliun, menjadi 2-3 kali lipat. Kebijakan ini diadakan agar perbankan bergerak untuk menyalurkan kredit.
Penyaluran kredit ditingkatkan, terutama kepada sektor produktif, karena memiliki efek pengganda (multiplier effect) bagi perekonomian masyarakat.
OJK juga memberikan relaksasi kepada perbankan berupa izin bank untuk tidak membentuk cadangan bagi kredit yang masih lancar. Pada masa normal, setiap kredit harus ada cadangannya. Sementara itu, BI sudah menurunkan suku bunga acuan dari 4 persen menjadi 3,75 persen untuk mendorong perbankan lebih ekspansif dalam menyalurkan kredit.
”Kredit sangat penting bagi pemulihan ekonomi Indonesia ke depan. Meningkatkan pertumbuhan penyaluran kredit menjadi konsentrasi OJK. Tahun 2021, OJK menargetkan pertumbuhan kredit 5-6 persen sedangkan BI lebih optimistis lagi, yaitu 7-9 persen pada 2021,” ujar Misran.
Direktur Utama Bank Nagari Muhammad Irsyad mengatakan, Bank Nagari menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit 5-6 persen pada tahun 2021. Untuk mendorong pertumbuhan penyaluran kredit, Bank Nagari pada 2021 menyalurkan kredit supermikro. Bank Nagari menganggarkan Rp 50 miliar-Rp 75 miliar untuk kredit supermikro ini.
”Bunga kredit supermikro sebesar 16 persen (per tahun). Sebanyak 14 persen disubsidi pemerintah. Sementara itu, masyarakat hanya membayar bunga 2 persen,” kata Irsyad.
Adapun untuk dana PEN, Bank Nagari mendapatkan sebesar Rp 250 miliar. Kata Irsyad, dana itu akan dilipatgandakan menjadi empat kali lipat atau Rp 1 triliun lebih. Untuk mencapainya, Bank Nagari memprioritaskan penyaluran kredit di sektor produktif, seperti pertanian dan perdagangan.
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Andas Efa Yonnedi mengatakan, ia optimistis pertumbuhan ekonomi Sumbar kembali ke tren positif pada 2021. Hal itu dipicu oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga, membaiknya kinerja ekspor karena peningkatan volume perdagangan dunia dan naiknya harga komoditas dunia, serta bangkitnya sektor pariwisata dengan adanya kebijakan normal baru.
”Perbaikan ekonomi global yang ditandai dengan kembali meningkatnya volume perdagangan dunia dan kenaikan harga komoditas mendorong naiknya aktivitas ekonomi nasional yang berdampak pada aktivitas ekonomi Sumbar,” kata Efa.
Berdasarkan perhitungan tim riset FE Unand, kata Efa, pertumbuhan ekonomi Sumbar pada triwulan IV-2020 diproyeksikan 0,5 persen. Kemudian, pada triwulan I, II, III, dan IV-2021 secara berurutan pertumbuhan ekonomi Sumbar sebesar 1,2 persen, 2 persen, 2,6 persen, dan 3,2 persen. Data itu dihitung dengan metode trigonometrix, box-cox, ARMA, trend seasonal (TBATS) ,dan menggunakan data pertumbuhan ekonomi triwulan Sumbar mulai triwulan I 2011 hingga triwulan III-2020.
Sementara itu, berdasarkan proyeksi Trading Economics, pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan IV-2020 diproyeksikan 0,5 persen. Kemudian, pada triwulan I, II, III, dan IV-2021, pertumbuhan ekonomi nasional secara berurutan 2,5 persen, 1,5 persen, 1,5 persen, dan 2,5 persen.