Industri pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran (MICE) terpukul pandemi Covid-19. Babak belur tak hanya dialami penyedia tempat pertemuan, tetapi juga katering, usaha mikro dan kecil, bahkan petugas promosi.
Oleh
AGNES THEODORA/BM LUKITA GRAHADYARINI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Industri pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran (MICE) berperan besar dalam dunia pariwisata dan perekonomian Indonesia. Pandemi Covid-19 yang memukul industri MICE berdampak luas terhadap sektor penunjangnya, antara lain hotel serta pelaku usaha mikro dan kecil.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, mengutip Indonesia Event Industry Council (Ivendo) per Juni 2020, menyebutkan, potensi kerugian industri MICE akibat pandemi Covid-19 berkisar Rp 2,69 triliun-Rp 6,94 triliun. Pada awal pandemi, 96,43 persen acara di 17 provinsi di Indonesia harus ditunda dan 84,2 persen dibatalkan. Dampaknya, lebih dari 90.000 pekerja industri kreatif kehilangan mata pencarian.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip pada Rabu (9/12/2020), kinerja lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan-minum anjlok. Sektor ini terkontraksi 22,02 persen secara tahunan pada triwulan II-2020, yang sedikit membaik menjadi minus 11,86 persen pada triwulan III-2020. Penyebabnya antara lain kegiatan rapat dan pelatihan yang semula banyak diselenggarakan di hotel berubah menjadi virtual selama pandemi.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal, Selasa (8/12/2020), mengatakan, dampak berganda industri MICE luar biasa besar. Sektor ini menggerakkan roda perekonomian nasional lewat perputaran uang dan belanja yang dinamis serta penyerapan tenaga kerja yang tinggi.
Mengutip data Ivendo pada 2017, industri MICE di Indonesia menghasilkan produk domestik bruto (PDB) 7,8 miliar dollar AS dan menciptakan 278.000 lapangan kerja. Rata-rata lama tinggal dan nilai belanja wisatawan MICE lebih tinggi dibandingkan dengan wisatawan biasa. Sektor MICE tidak hanya menggerakkan hotel dan pusat konvensi, tetapi juga usaha katering, jasa sewa dan dekorasi panggung, serta petugas promosi. Oleh karena itu, dampak Covid-19 terhadap sektor MICE terasa lebih keras karena memukul berbagai bisnis dan unit penunjang.
”Sektor ini juga sangat terkait erat dengan pariwisata. Sebab, di beberapa tempat, seperti di Bali, antara perjalanan bisnis dan rekreasi sudah menyatu. Dampak Covid-19 terhadap sektor MICE ini meluas ke berbagai sektor,” kata Faisal.
Dampak Covid-19 terhadap sektor MICE ini meluas ke berbagai sektor.
Babak belur
President Director Dyandra Promosindo Hendra Noor Saleh mengungkapkan, kondisi MICE tahun ini babak belur dibandingkan dengan tahun-tahun sebelum pandemi. Industri MICE yang bersifat mengumpulkan orang, seperti pameran, ekshibisi, dan pertemuan, sangat berpotensi menopang industri pariwisata. Akan tetapi, pandemi Covid-19 tidak memungkinkan kerumunan orang.
”Tahun ini adalah masa bertahan hidup bagi industri MICE,” katanya.
Kondisi MICE tahun ini babak belur dibandingkan dengan tahun-tahun sebelum pandemi.
Director PT Indonesia International Expo ICE BSD City Alim Gunadi mengatakan, ada 172 kegiatan MICE di ICE BSD pada tahun ini. Jumlah ini jauh di bawah MICE yang terselenggara pada 2019, yakni 396 kegiatan.
Pekan lalu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan, pandemi merupakan momentum untuk mereka ulang strategi industri pariwisata Indonesia.
Deputi Bidang Penyelenggaraan Event Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Rizki Handayani mengatakan, kendati pandemi memukul keras MICE, pemulihannya diharapkan tidak lama. Kuncinya, berinovasi dan beradaptasi.