logo Kompas.id
EkonomiMemahami Kemarahan Petani
Iklan

Memahami Kemarahan Petani

Berkaca dari pengalaman di masa lalu, juga di negara lain, kemarahan petani bukanlah perkara sepele. Selain krisis pangan, kemarahan petani bisa merembet ke krisis politik dan sosial. Rezim bisa tumbang karenanya.

Oleh
Mukhamad Kurniawan
· 3 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/kAtGaidrEjy5dSO-KTLs3C99I7E=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F12%2F9e44bde1-6f29-4371-962c-8a34b127d01f_jpg.jpg
AP / CHANNI ANAND

Para pengunjuk rasa memegang spanduk bertuliskan ”tanpa petani, tidak ada makanan” saat mengikuti mogok nasional di Jammu, India. Pemogokan terjadi setelah lima kali pembicaraan antara petani dan Pemerintah India gagal menghasilkan terobosan apa pun.

Tidak ada petani, tidak ada makanan. Demikian bunyi spanduk yang dibentangkan pengunjuk rasa sambil mengendarai sepeda motor di Jammu, India, Selasa (8/12/2020). Aksi itu bagian dari pemogokan nasional yang diserukan ribuan petani India untuk memprotes undang-undang pertanian yang baru.

Di Ghazipur, di pinggiran New Delhi, menurut laporan Associated Press (AP), ratusan petani memblokir semua rute masuk dan keluar. Mereka meneriakkan slogan-slogan seperti ”hidup persatuan petani” dan membawa spanduk bertuliskan pesan serupa, ”tanpa petani, tidak ada makanan”.

Editor:
Hendriyo Widi
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000