Teknologi finansial di bidang jasa keuangan turut membantu usaha mikro, kecil, dan menengah memperoleh pembiayaan.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Teknologi finansial dalam jasa keuangan berperan dalam perekonomian. Namun, mereka juga menghadapi tantangan berupa risiko pinjaman macet di masa pandemi Covid-19.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan per 7 Desember 2020, ada 152 platform penyelenggara layanan pinjam-meminjam uang antarpihak berbasis teknologi informasi. Dari jumlah itu, 10 platform di antaranya menerapkan sistem syariah.
Data OJK juga menunjukkan, per 1 Oktober 2020 ada 38,96 juta rekening peminjam atau naik 143,7 persen secara tahunan. Sementara itu, ada 698.401 rekening pemberi pinjaman atau naik 20,8 persen secara tahunan.
Akumulasi penyaluran pinjaman Rp 137,66 triliun atau naik 102,44 secara tahunan. Adapun outstanding di akhir Oktober 2020 sebesar Rp 13,24 triliun atau naik 18,39 persen secara tahunan.
Deputi Direktur Pengaturan, Penelitian, dan Pengembangan Fintech OJK Munawar Kasan menyebutkan, tingkat keberhasilan bayar 90 hari (TKB90) 92,42 persen atau turun 4,88 persen secara tahunan. ”Artinya, pinjaman macetnya 7,58 persen,” kata Munawar dalam diskusi ”Menatap Masa Depan Fintech dan UMKM 2021”, Selasa (15/12/2020).
Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan, kinerja kredit bermasalah untuk pinjaman 90 hari tersebut merupakan salah satu risiko atau tantangan utama tekfin saat ini. ”Kalau dibandingkan, rasio kredit bermasalah perbankan di September 2020 itu hanya 3,15 persen. (Kredit macet) di tekfin ternyata jauh lebih tinggi,” kata Tauhid.
Munawar menambahkan, OJK mendorong penyelenggara layanan pinjam-meminjam uang antarpihak berbasis teknologi informasi untuk transparan. Transparansi penting untuk menumbuhkan kepercayaan, khususnya dari pemberi pinjaman.
Salah satu hal yang penting disampaikan secara transparan oleh penyelenggara platform pinjam-meminjam adalah profil pengurus dan laporan keuangan. Selain itu, jumlah peminjam, jumlah pemberi pinjaman, dan besaran pinjaman yang macet atau tingkat keberhasilan bayar juga penting disampaikan.
”Berapa yang macet di suatu platform itu sangat penting dan dibutuhkan, khususnya bagi pemberi pinjaman. Kalau di tekfin macetnya banyak, pengelolaan penyalurannya kurang bagus,” ujar Munawar.
Kalau di tekfin macetnya banyak, pengelolaan penyalurannya kurang bagus.
Bantu UMKM
Tauhid menambahkan, tekfin turut berperan membantu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di masa pandemi Covid-19. ”Kue dari kredit perbankan untuk UMKM hanya 18-19 persen,” katanya.
Hal senada disampaikan Deputi Pembiayaan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop dan UKM) Hanung Harimba Rachman. Menurut dia, tekfin sangat dibutuhkan pelaku UMKM.
”Tekfin memudahkan pelaku UMKM, khususnya yang tidak memiliki persyaratan cukup untuk mengakses pembiayaan modal kerja dari perbankan,” kata Harimba.
Tekfin turut berperan membantu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di masa pandemi Covid-19.
Pendiri dan CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra menuturkan, Amartha sudah menyalurkan pinjaman lebih dari Rp 2,9 triliun. ”Kami juga mendampingi pengembangan usaha untuk 550.000 lebih pelaku usaha mikro di seluruh Indonesia,” ujarnya.