Kontraksi ekonomi di triwulan IV-2020 masih terjadi karena permintaan domestik belum pulih layaknya periode sebelum pandemi Covid-19. Meski begitu, tren perbaikan ekonomi berlanjut secara konsisten.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perekonomian nasional diperkirakan masih terkontraksi di ujung tahun 2020 karena konsumsi domestik belum pulih. Namun, ada harapan ekonomi bakal pulih pada tahun 2021, syaratnya pandemi Covid-19 terkendali.
Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro mengatakan, pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2020 diperkirakan terkontraksi antara negatif 2,73 persen hingga negatif 1 persen. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi tahun 2020 akan berada di kisaran negatif 2,2 persen sampai negatif 1,5 persen.
Menurut Andry, ekonomi masih terkontraksi di triwulan IV-2020 karena permintaan domestik belum pulih layaknya periode sebelum pandemi Covid-19. Meski begitu, tren perbaikan ekonomi tetap terjadi secara konsisten mulai dari triwulan II-2020 hingga triwulan IV-2020.
”Pendorong perbaikan pertumbuhan ekonomi di tiga bulan terakhir tahun 2020 berasal dari stimulus fiskal yang mendorong indikator belanja pemerintah dan konsumsi masyarakat,” ujarnya dalam pemaparan proyeksi ekonomi oleh Office of Chief Economist Bank Mandiri secara virtual, Selasa (22/12/2020).
Faktor lain yang mendorong perbaikan di triwulan IV-2020 jika dibandingkan dengan dua triwulan sebelumnya, lanjut Andry, adalah kinerja ekspor yang semakin baik seiring dengan perbaikan harga komoditas.
Komoditas dengan harga yang mulai membaik di antaranya batubara, minyak sawit (crude palm oil/CPO), serta minyak dan gas bumi (migas). Harga minyak mentah belakangan mulai bergerak di kisaran 40 dollar AS-50 dollar AS per barel setelah harga minyak mentah dalam kontrak berjangka sempat berada di kisaran harga negatif.
Perekonomian nasional, lanjut Andry, akan mulai memasuki masa pemulihan di tahun 2021, dengan asumsi kurva penularan Covid-19 menunjukkan perlambatan. ”Dengan mengasumsikan bahwa distribusi vaksin akan mulai masif pada triwulan III-IV tahun 2021 serta tidak ada pembatasan ekonomi yang ketat, kami memperkirakan ekonomi dapat tumbuh 4,4 persen pada tahun 2021,” ujarnya.
Kinerja sektoral
Andry mengatakan, pemulihan ekonomi nasional secara sektoral sudah menunjukkan peningkatan pada triwulan III-2000, ditandai dengan sektor jasa yang menunjukkan pemulihan yang relatif lebih cepat dibandingkan sektor-sektor lain secara triwulanan.
”Sektor usaha jasa transportasi, pergudangan, perdagangan besar dan eceran, manufaktur, hingga konstruksi telah menunjukkan kinerja positif sejak triwulan III-2020,” ujarnya.
Meski demikian, apabila ditilik lebih lanjut, kecepatan pemulihan sejumlah sektor usaha pada triwulan IV-2020 sedikit melambat jika dibandingkan dengan kecepatan pemulihan pada triwulan III-2020. Sejumlah indikator industri, seperti pertumbuhan penjualan semen, penjualan mobil, dan tingkat okupansi hotel, melambat dalam dua bulan terakhir.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Treasury and International Banking Bank Mandiri Panji Irawan memproyeksi geliat ekonomi akan terjadi secara serentak pada triwulan II-2021 jika pemerintah berhasil mengendalikan pandemi pada triwulan I-2021.
”Saat ini Indonesia berada di antara fase survival dan pemulihan. Penemuan vaksin, jika terbukti ampuh serta distribusinya meluas, akan menjadi game changer bagi peningkatan kepercayaan diri masyarakat serta dunia usaha untuk berekspansi,” ujarnya.
Sektor keuangan
Panji mengatakan, meski berada di tengah krisis akibat pandemi Covid-19, perbankan Indonesia masih relatif kuat. Hal itu karena berbagai stimulus yang diluncurkan oleh pemerintah maupun otoritas moneter mampu menjaga kondisi likuiditas dan kualitas aset perbankan.
Meski demikian, sektor perbankan tetap mengalami perlambatan pertumbuhan kredit karena permintaannya jauh berkurang di masa pandemi. Ekonom Bank Mandiri memproyeksikan pertumbuhan kredit tahun 2020 hanya akan ada di kisaran negatif 1 persen hingga 0 persen. Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) dapat tumbuh di kisaran 10 persen-12 persen.
”Dengan pertumbuhan DPK yang tinggi tersebut, kondisi likuiditas akan relatif tinggi pada tahun ini. Di sisi lain, NPL (non performing loan/kredit bermasalah) tahun 2020 memang akan mengalami peningkatan 3,5-4 persen, tetapi peningkatan ini dapat diredam karena stimulus restrukturisasi,” ujarnya.
Dalam ”Outlook Perekonomian: Meraih Peluang Pemulihan Ekonomi di 2021” yang digelar Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, OJK juga tengah menggali kemungkinan adanya stimulus baru untuk diterapkan di sektor keuangan pada tahun depan. ”Kami masih akan mencari lagi kebijakan apa lagi yang harus dilakukan untuk mempercepat proses pemulihan ini,” kata Wimboh.
Menurut dia, dukungan fiskal seperti subsidi bunga dan penjaminan kredit telah berhasil diterapkan dengan baik di sektor keuangan sepanjang 2020. Hal itu menjadi salah satu faktor yang membuat sektor keuangan mampu bertahan dengan kinerja baik di tengah pandemi.