Pasar Modal Akan Menopang Pemulihan Ekonomi Tahun Ini
Pasar modal bisa turut menopang pemulihan ekonomi pada tahun ini. Namun, kehati-hatian investasi tetap perlu dikedepankan mengingat kondisi pasar masih mudah bergejolak.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha/karina isna irawan
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sepanjang 2021, pasar modal akan berperan penting dalam pemulihan ekonomi, terutama sebagai sumber penggalangan dana bagi korporasi ataupun usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Selain itu, perkembangan vaksin Covid-19 di berbagai belahan dunia memberikan sentimen positif bagi pasar saham awal tahun ini.
Namun, keberlanjutan sentimen positif vaksin Covid-19 sangat ditentukan efektivitas dan perkembangannya pada masa depan. Oleh karena itu, pasar saham pada 2021 diperkirakan baru bergerak ke tahapan skeptisme atau berada antara skeptisme-pesimisme.
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI), I Gede Nyoman Yetna, Senin (4/1/2021), mengaku optimistis penerbitan efek melalui pasar modal baik melalui skema penawaran saham perdana (IPO), right issue (hak memesan efek terlebih dahulu), maupun penerbitan obligasi, akan semakin marak di 2021.
Hal ini sejalan dengan sejumlah indikator pertumbuhan ekonomi yang telah memberikan sinyal penguatan baik di sektor riil maupun sektor keuangan pada akhir 2020. ”Pada tahun pemulihan ekonomi ini, animo pelaku usaha untuk menjadikan perusahaannya menjadi perusahaan publik semakin tinggi,” ujarnya.
Pada tahun pemulihan ekonomi ini, animo pelaku usaha untuk menjadikan perusahaannya menjadi perusahaan publik semakin tinggi.
Per 4 Januari 2021, terdapat 28 perusahaan dalam antrean (pipeline) pencatatan saham perdana BEI. Dari total yang ada di pipeline, satu di antaranya, yaitu PT DCI Indonesia Tbk, telah mendapatkan Surat Efektif Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan akan mencatatkan sahamnya secara perdana pada 6 Januari 2021.
Bertepatan dengan pembukaan perdagangan saham 2021, Senin, perusahaan perkebunan kelapa sawit, PT FAP Agri Tbk, menjadi emiten pertama yang melantai di bursa saham pada 2021 melalui skema IPO. Harga pelaksanaan saham perusahaan perkebunan sawit itu mencapai Rp 1.840 per saham. Dengan melepas 544,41 juta lembar saham, emiten dengan kode saham FAPA meraih dana segar hingga Rp 1 triliun.
Adapun pada hari pertama perdagangan saham awal tahun ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di posisi 6.104,9 atau menguat 2,1 persen. Selama beberapa pekan pada akhir 2020, IHSG cukup lama bertengger di kisaran 6.000 dengan capaian tertinggi pernah di level 6.165,6 pada 21 Desember 2020. Sejak awal Januari hingga akhir Desember 2020, IHSG terkontraksi hingga 5,09 persen.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, kebangkitan pasar modal Indonesia sepanjang tahun lalu tecermin dari peningkatan transaksi investor riil sebesar 73 persen dari 2019. Sementara itu, transaksi investor ritel meningkat empat kali lipat dan merupakan tertinggi di kawasan Asia Tenggara.
”Ini adalah momentum bangkitnya penggalangan dana di pasar modal. Tahun lalu, minat korporasi untuk menggalang dana melalui penawaran umum tetap terjaga di masa pandemi, pada tahun ini penggalangan dana bisa semakin besar,” ujarnya.
OJK juga telah meluncurkan layanan urun dana berbasis teknologi (SCF). Menurut Wimboh, hal ini memudahkan anak-anak muda dan pelaku UMKM untuk menggalang dana melalui pasar modal.
”Potensi layanan urun dana masih cukup besar. Ini terlihat dari besarnya penerbit yang menghimpun dana di pasar modal pada tahun lalu,” katanya.
Melalui urun dana ekuitas (ECF), lanjut Wimboh, peluang sektor UMKM menggalang dana dari pasar modal dengan dana yang lebih kecil semakin besar. Potensi nilai penggalangan dana di pasar modal untuk sektor UMKM atau melalui ECF nilainya mencapai Rp 74 triliun dengan melibatkan sekitar 160.000 UMKM.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas, pencarian dana yang dilakukan emiten pada tahun ini sudah cukup tepat. Indikasi pemulihan perekonomian sudah terlihat seiring dengan perkembangan rencana vaksinasi.
”Untuk tujuan ekspansi bisnis, momentum tahun ini akan tepat karena penyerapan surat utang maupun saham baru yang diterbitkan emiten menjadi lebih optimal,” ujarnya.
Saat membuka perdagangan saham tahun ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan, jumlah perusahaan yang mencari dana di pasar modal berpotensi meningkat di sepanjang periode pemulihan ekonomi nasional tahun ini. Tahun ini, BEI menargetkan 30 perusahaan melakukan IPO.
”Saya berharap peningkatan jumlah dananya bisa cukup signifikan. Upaya pemulihan bisnis dan ekonomi bisa mendorong minat banyak perusahaan mencari dana di pasar modal,” ujarnya.
Airlangga menambahkan, pemerintah juga melanjutkan program Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) tahun ini. Stimulus kebijakan dan dana yang digulirkan diharapkan dapat mendorong daya beli masyarakat dan akselerasi ekonomi sehingga berdampak positif terhadap investor. Pemerintah juga menyiapkan strategi untuk meraih peluang pemulihan ekonomi pada 2021, salah satunya melalui vaksinasi Covid-19.
Secara terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan, pemulihan ekonomi sangat bergantung sejauh mana pemerintah dapat menjaga momentum pemulihan dan menahan penyebaran Covid-19. Program vaksinasi bukan satu-satunya jalan keluar kendati memberikan sentimen positif.
”Betul pemulihan ekonomi ditentukan vaksin Covid-19. Namun, selain itu ditentukan juga kebijakan perlindungan sosial,” ujarnya.
Pada 2021, pemerintah mengalokasikan anggaran program (PC-PEN) senilai Rp 403,9 triliun. Rinciannya, anggaran kesehatan Rp 25,4 triliun, perlindungan sosial Rp 110,2 triliun, sektoral dan pemerintah daerah Rp 184,2 triliun, dukungan UMKM dan pembiayaan korporasi Rp 63,84 triliun, serta insentif dunia usaha Rp 20,26 triliun.
Betul pemulihan ekonomi ditentukan vaksin Covid-19. Namun, selain itu ditentukan juga kebijakan perlindungan sosial.
DBS Chief Investment Officer, Hou Wey Fook, menuturkan, titik cerah mulai terlihat dalam lorong gelap yang panjang. Perkembangan vaksin menjadi harapan agar perekonomian kembali pulih dan penyebaran Covid-19 dapat dikendalikan. Meski demikian, kondisi ke depan masih menantang dan penuh ketidakpastian.
”Dengan berakhirnya ketidakpastian Pemilu AS dan perkembangan vaksin Covid-19, pasar ekuitas global akan lebih kuat pada 2021,” dalam telekonferensi pers Senin.
Pasar saham di seluruh dunia, termasuk Indonesia, mengalami tekanan hebat pada Maret-April 2020 ketika Covid-19 mulai merebak. Secara teoretis, tren penguatan pasar atau bull market akan terjadi setelah tahapan pesimisme yang perlahan berubah ke tahapan skeptisme, optimisme, kemudian menjadi euforia.
Namun, menurut Wey Fook, keberlanjutan sentimen positif dari vaksin Covid-19 sangat ditentukan efektivitas dan perkembangannya pada masa depan. Karena itu, pasar saham pada 2021 diperkirakan baru bergerak ke tahapan skeptisme atau berada antara skeptisme dan pesimisme.