Teknologi Dorong Pemulihan Ekonomi Setelah Pandemi Covid-19
Teknologi diyakini sebagai roh digitalisasi. Lebih lanjut, digitalisasi di berbagai sektor bisa memicu pemulihan ekonomi setelah pandemi Covid-19.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Teknologi dinilai akan mendorong pemulihan ekonomi di Indonesia setelah pandemi Covid-19. Ekosistem digital ditambah infrastruktur yang memadai akan mendorong berbagai sektor melakukan digitalisasi, termasuk UMKM.
Hal ini mengemuka dalam diskusi daring berjudul Post-pandemic Tech Optimism, Kamis (14/1/2021). Director of Information and Communication Technologies (ICT) Huawei Indonesia Mohamad Rosidi mengatakan, teknologi mengakselerasi pemulihan ekonomi beragam sektor dalam negeri setelah pandemi. Itu sebabnya digitalisasi menjadi penting.
”Transformasi digital di semua sektor jadi penting. Maka dari itu, teknologi big data, cloud (komputasi awan), kecerdasan buatan, mesin pembelajar, internet of things, dan jaringan 5G akan jadi tren,” ucap Rosidi.
Menurut dia, ada tiga hal untuk memuluskan digitalisasi. Ketiganya adalah infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK), ekosistem digital, serta transformasi digital.
Transformasi digital mulai tampak pada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Pada akhir 2020, pemerintah menyatakan ada 10,2 juta pelaku UMKM yang telah masuk ekosistem digital. Angka ini setara 16 persen dari total pelaku UMKM di Indonesia.
Adaptasi UMKM ke ekosistem digital karena mereka terdampak pandemi. Survei Asosiasi Business Development Services Indonesia menyatakan ada 92,5 persen UMKM yang omzetnya turun 92,6 persen. Sebanyak 26,6 persen UMKM tidak dapat membayar pinjaman.
”Kami akan prioritaskan penguatan lembaga koperasi dan UMKM lewat digitalisasi dan inovasi. Digitalisasi menjadi pilihan lantaran tren ekonomi digital tumbuh pesat selama pandemi 38 persen,” kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki (Kompas, 29/12/2020).
Peluang digitalisasi UMKM pun besar. Hal ini karena Indonesia adalah pasar digital terbesar di Asia Tenggara. Selain itu, ada dua juta UMKM baru yang bergabung dengan ekosistem digital selama pandemi.
Peran UMKM penting sebagai tulang punggung ekonomi nasional. Kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional 51,5 persen pada 2014. Angkanya kemudian meningkat menjadi 61,07 persen pada 2019.
Mohamad Rosidi mengatakan, penguatan infrastruktur TIK menjadi penting. Ini akan membantu transformasi digital berbagai sektor, baik UMKM, kesehatan, maupun pelayanan publik.
Kualitas internet juga perlu ditingkatkan. Hingga kini, kecepatan internet di Indonesia rata-rata hanya 20 megabit per detik (Mbps), sedangkan kecepatan rata-rata internet dunia 73 Mbps. Ini sesuai dengan data Hootsuite pada 2020.
Executive Director of Indonesia ICT Institute Heru Sutadi sepakat bahwa infrastruktur TIK perlu diperkuat. Ini sesuai pula dengan kondisi masyarakat yang kian bergantung dengan teknologi. Pengguna internet di Indonesia mencapai 171 juta orang dan pengguna ponsel pintar 270 juta orang. Seseorang rata-rata menggunakan internet 7 jam 59 menit per hari pada 2020.
”Tren digital akan meningkat. Selama ini ada prediksi tentang manfaat digitalisasi bagi kita. Sekarang adalah momentum yang tepat untuk membuat prediksi itu menjadi nyata. Maka, infrastruktur perlu diperkuat,” ujar Heru.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate menyebut peluang baru akan tumbuh hingga 2026. Saat itu akan tercipta 181.000 kegiatan usaha baru dan 232.000 tambahan lapangan kerja baru. Pemerintah pun berencana membangun 9.113 base transceiver station (BTS) di desa dan kelurahan di wilayah terpencil, terdepan, dan terluar (Kompas, 30/12/2020).
Ada pula 3.435 BTS di wilayah non-terpencil, terdepan, dan terluar oleh operator telekomunikasi di seluruh Indonesia. Selain itu, layanan internet juga akan disediakan di 4.400 pusat pelayanan publik yang belum terkoneksi internet.