Awal Tahun, Permintaan Kredit Korporasi Diproyeksi Meningkat
Kebutuhan pembiayaan korporasi hingga tiga bulan mendatang atau hingga Maret 2021 diproyeksi meningkat.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Permintaan kredit korporasi diperkirakan meningkat pada awal 2021 seiring pemulihan aktivitas ekonomi. Pelaku industri perbankan berkomitmen mendukung nasabah korporasi untuk menyokong pemulihan ekonomi nasional tahun ini.
Hasil Survei Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Perbankan oleh Bank Indonesia (BI) pada Desember 2020 menunjukkan kebutuhan pembiayaan korporasi dari perbankan meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal tersebut terefleksi dari Saldo Bersih Tertimbang pada Desember 2020 yang sebesar 13,9 persen, yang lebih tinggi dibandingkan dengan November 2020, yakni 12,1 persen.
Angka Saldo Bersih Tertimbang pada survei Desember 2020 merupakan yang tertinggi dalam lima bulan terakhir.
Saldo bersih tertimbang adalah perkalian antara saldo bersih dan bobot masing-masing sektor ekonomi. Saldo bersih dihitung dengan cara mengurangkan persentase responden yang menjawab naik dengan persentase responden yang menjawab turun. Hasil positif menunjukkan ekspansi, sementara hasil negatif menunjukkan kontraksi.
Kebutuhan pembiayaan korporasi hingga tiga bulan mendatang atau hingga Maret 2021 diproyeksi meningkat, yang terindikasi dari Saldo Bersih Tertimbang 17,1 persen. Sektor dengan peningkatan permintaan pembiayaan terbesar di antaranya manufaktur, konstruksi, dan perdagangan.
Kebutuhan pembiayaan korporasi hingga tiga bulan mendatang atau hingga Maret 2021 diproyeksi meningkat.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, berdasarkan hasil survei, sebagian kebutuhan pembiayaan korporasi direncanakan menggunakan kredit bank. Adapun sebagian lainnya akan dipenuhi dari dana korporasi atau laba ditahan.
”Kebutuhan pembiayaan yang meningkat sebagian besar dipenuhi dari dana sendiri 51,3 persen, pinjaman ke perusahaan induk 14,8 persen, serta pinjaman ke perbankan dalam negeri 8,7 persen,” jelasnya, Senin (18/1/2021).
Sementara itu, dari sisi penawaran perbankan, penyaluran kredit baru diperkirakan mulai meningkat pada awal 2021. Hal tersebut terindikasi dari Saldo Bersih Tertimbang perkiraan penyaluran kredit baru Januari 2021 sebesar 53,1 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan Desember 2020, yakni 42,8 persen.
”Berdasarkan kelompok bank, peningkatan diperkirakan pada bank umum syariah dan bank umum. Sementara berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan tertinggi pada kredit modal kerja dan kredit pemilikan rumah,” ujarnya.
Dukung bisnis
Dalam keterangan tertulis, Corporate Banking Director PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie menyatakan, Bank DBS Indonesia berkomitmen mendukung nasabah korporasi agar bertahan dan mengembangkan bisnis pada tahun ini. Dukungan pembiayaan DBS Indonesia terdiri dari, antara lain, pinjaman pembiayaan bersama bank lainnya atau kredit sindikasi, obligasi rupiah, dan surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN).
”Kami melihat masih ada sektor korporasi lain yang memiliki peluang pertumbuhan di tengah pandemi sehingga permintaan kredit baru terus bertumbuh. Dukungan kepada korporasi tidak hanya membantu pengembangan bisnis, tetapi juga mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia,” ujar Kunardy.
Salah satu nasabah korporasi yang menerima dukungan dari Bank DBS Indonesia adalah perusahaan makanan dan minuman PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk, berupa kredit sindikasi Rp 2,6 triliun berjangka waktu lima tahun.
Dukungan kepada korporasi tidak hanya membantu pengembangan bisnis, tetapi juga mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia.
Sementara Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Aestika Oryza Gunarto menyampaikan, selama 2020 telah terealisasi 12 proyek sindikasi dengan partisipasi BRI Rp 16,4 triliun.
Berdasarkan presentasi dalam pertemuan analis dengan BRI, baki kredit untuk segmen korporasi BUMN dan non-BUMN pada triwulan III-2020 masing-masing Rp 86,5 triliun dan Rp 95,8 triliun. Adapun rasio kredit bermasalah (NPL) masing-masing segmen adalah 1,32 persen dan 10,85 persen.
”Kredit korporasi bukan menjadi prioritas kami. Namun, perseroan memiliki cukup banyak debitor korporasi yang masih membutuhkan dukungan dan perseroan masih memiliki banyak ruang untuk ekspansi tahun ini,” ujarnya.
Menurut dia, BRI fokus pada penyaluran kredit sindikasi ke sektor usaha atau perusahaan yang memiliki rantai pasok untuk mendukung pertumbuhan segmen usaha mikro, kecil, dan menengah serta pemberian kredit nontunai.
Secara terpisah, Kepala Ekonom PT Bank CIMB Niaga Tbk Adrian Panggabean menyebutkan, keseimbangan permintaan dan penawaran agregat masih di titik rendah hingga akhir 2020. Hal ini direfleksikan melalui inflasi 2020 yang sebesar 1,68 persen. Bahkan, inflasi inti 1,6 persen.
”Hal ini menunjukkan kontraksi ekonomi masih berlanjut sampai dengan akhir tahun 2020,” ujar Adrian.
Keseimbangan permintaan dan penawaran agregat masih di titik rendah hingga akhir 2020.
Adrian memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2020 minus 2,9 persen secara tahunan. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan dengan sebelumnya, yakni minus 2,3 persen. (DIM/IDR)