Sejumlah perusahaan tambang batubara mulai melirik energi terbarukan. Ambisi Pemerintah Indonesia menaikkan peran energi terbarukan dalam bauran energi nasional dianggap sebagai peluang bisnis.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Bukit Asam Tbk, perusahaan tambang batubara, ikut mengembangkan energi terbarukan dengan membangun pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS berkapasitas 200 megawatt. Pembangkit tersebut bakal dibangun di atas lahan bekas tambang di Sumatera Selatan. PLTS diandalkan pemerintah untuk mempercepat bauran energi terbarukan.
Dalam keterangan pers, Sabtu (13/3/2021), pembangunan PLTS berkekuatan 200 MW tersebut ditargetkan rampung pada tahun 2022. Saat ini, pihak Bukit Asam tengah membahas proyek tersebut bersama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) selaku off taker (pembeli) tenaga listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik energi terbarukan. Tak disebutkan berapa nilai investasi PLTS tersebut.
”Dua lahan bekas tambang tersebut ada di Ombilin, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, dan di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Kami masih memilih teknologi yang tepat pada PLTS yang akan kami bangun tersebut sehingga belum bisa disebutkan berapa nilai investasinya,” kata Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin.
Sebelumnya, Bukit Asam bekerja sama dengan PT Angkasa Pura II (Persero) membangun PLTS di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, dengan kapasitas 240 kilowatt peak (kWp). PLTS tersebut dibangun dan dikelola Bukit Asam bersama PT Len Industri (Persero) dan telah beroperasi secara komersial pada Oktober 2020.
Pembangunan PLTS berkekuatan 200 MW tersebut ditargetkan rampung pada 2022.
”Kesuksesan Bukit Asam dalam kerja sama membangun PLTS di Bandara Soekarno-Hatta tersebut mendorong perusahaan untuk menjajaki pembangunan PLTS di bandara-bandara lain yang dikelola Angkasa Pura II,” kata Arviyan.
Dalam webinar pengembangan panas bumi, Kamis (11/3/2021), Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan, sampai tahun 2020, kapasitas terpasang PLTS di Indonesia mencapai 154 MW. Pemerintah menargetkan kapasitas tersebut naik menjadi 5.403 MW pada 2025.
”PLTS diandalkan sebagai pendongkrak bauran energi terbarukan untuk mencapai target 23 persen dalam bauran energi nasional pada 2025,” ujar Dadan.
Selain pengembangan PLTS secara masif, lanjut Dadan, strategi lainnya adalah mengganti sejumlah pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) dengan pembangkit yang memanfaatkan sumber energi terbarukan. Direncanakan ada 200 MW dari PLTD yang bakal diganti dengan pembangkit listrik energi terbarukan tahun ini. Pemerintah juga menerapkan metode co-firing, yaitu pencampuran biomassa dengan batubara pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Tak hanya Bukit Asam, pekan lalu PT Indika Energy Tbk, perusahaan yang bisnis utamanya produksi batubara, mengumumkan kerja sama dengan Fourth Patner Energy, sebuah perusahaan pengembang tenaga surya dari India. Kedua pihak sepakat mendirikan perusahaan patungan bernama PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS). EMITS menargetkan pembangunan PLTS berkapasitas 550 MW di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Tak hanya Bukit Asam, pekan lalu PT Indika Energy Tbk, perusahaan yang bisnis utamanya produksi batubara, mengumumkan kerja sama dengan Fourth Patner Energy, perusahaan pengembang tenaga surya dari India.
Menurut Direktur Utama Indika Energy Arsjad Rasjid, kemitraan dengan Fourth Patner Energy tersebut sebagai bagian dari pengembangan portofolio perusahaan di masa mendatang. Kemitraan ini sekaligus untuk mendukung target bauran energi terbarukan Indonesia sebesar 23 persen pada 2025 dan 31 persen pada 2050. Kerja sama dengan pihak lain dibutuhkan lantaran investasi proyek energi terbarukan membutuhkan dana besar.
”Kami berkomitmen untuk menjadi bagian dari perjalanan Indonesia dengan memaksimalkan seluruh potensi yang ada untuk menghadirkan solusi tenaga surya dengan biaya yang kompetitif di Indonesia,” ujar Arsjad dalam keterangan resmi, Jumat (5/3/2021).
Arsjad menambahkan, pendirian EMITS merupakan komitmen Indika untuk menaikkan pendapatan perusahaan dari sektor nonbatubara hingga sebesar 50 persen pada tahun 2025. Dasar Indika adalah besarnya potensi energi terbarukan yang ada di Indonesia serta meningkatnya permintaan energi bersih dan ramah lingkungan di kancah global. Pihaknya menyatakan bakal menjaga komitmen untuk menjalankan bisnis secara berkelanjutan.