Demi Keselamatan, 150 Pelampung Dibagikan kepada Nelayan Juwana
Keselamatan dalam pelayaran, terutama bagi nelayan tangkap dengan kapal-kapal tradisional, tidak dapat diabaikan. Sebanyak 150 ”life buoys” atau pelampung penolong berbentuk cincin dibagikan kepada nelayan.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keselamatan dalam pelayaran, terutama bagi nelayan tangkap dengan kapal-kapal tradisional, tidak dapat diabaikan. Terkait dengan itu, sebanyak 150 life buoys atau pelampung penolong berbentuk cincin dibagikan secara gratis kepada para nelayan.
Pembagian pelampung ini menjadi salah satu bentuk sosialisasi keselamatan pelayaran yang digelar Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melalui Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Sabtu (5/6/2021). Sosialisasi kali ini mengusung tema ”Siap Siaga untuk Keselamatan Pelayaran”.
Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Ahmad yang terjun ke lapangan menyebutkan, sosialisasi keselamatan pelayaran ini digelar demi optimalisasi fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran, oleh Kementerian Perhubungan melalui Direktorat KPLP.
”Kami mempunyai tugas dan tanggung jawab melakukan pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan kepulauan dan maritim. Kami senantiasa melaksanakan kampanye keselamatan di beberapa daerah,” kata Ahmad.
Sosialisasi ini turut dihadiri anggota Komisi V DPR RI Sudewo, perwakilan pemerintah daerah setempat, asosiasi nelayan, Kepala Desa Bajomulyo, Paguyuban Nelayan Cantrang dan Nelayan Cumi Bajomulyo, serta seluruh unsur maritim Pelabuhan Juwana. Bantuan berupa 150 pelampung penolong berbentuk cincin (life buoys) itu salah satu alat penting penunjang keselamatan kapal.
”Sebagai salah satu regulator keselamatan dan keamanan pelayaran dalam rangka memenuhi aspek keselamatan, kami memberikan alat keselamatan untuk mengantisipasi terjadinya musibah di laut,” ujar Ahmad.
Lebih jauh Ahmad menjelaskan, bantuan kepada asosiasi pengusaha kecil dan para nelayan adalah untuk menurunkan angka kecelakaan kapal yang terutama disebabkan faktor manusia ataupun kelalaian. Diharapkan, kegiatan ini akan dilaksanakan secara berkelanjutan pada tahun-tahun mendatang untuk mendukung peningkatan keselamatan dan keamanan pelayaran.
Menurut Ahmad, tingkat keselamatan pelayaran akan meningkat, jika kesadaran atau pentingnya penggunaan jaket mulai meningkat seiring dengan mulai tumbuhnya budaya keselamatan pelayaran. Selaku regulator di lapangan, Kemenhub akan terus mengawasi terkait keselamatan pelayaran. ”Tugas keselamatan bukan hanya milik regulator, tetapi milik kita bersama semua,” ujar dia.
Kepala Unit Penyelenggara Pelabuhan Juwana Juwita Sandy Sary mengungkapkan, sejauh ini terus diupayakan pengembangan peningkatan keselamatan pelayaran. Selain itu, pihaknya juga telah selesai menggelar pengukuran kapal yang ada di wilayah Pelabuhan Juwana. Dengan demikian, kapal-kapal nelayan yang berada di Pelabuhan Juwana telah memenuhi standar keselamatan dan laik melaut.
Menurut Sudewo, Pelabuhan Juwana merupakan salah satu penghasil ikan terbesar skala nasional. Oleh karena itu, keselamatan menjadi sangat penting bagi para nelayan. Pembangunan dan pengembangan Pelabuhan Juwana diharapkan segera terwujud agar nelayan setempat dapat lebih sejahtera secara ekonomi dan tingkat keselamatan turut meningkat.
”Keselamatan menjadi sesuatu yang penting dan sudah disiapkan fasilitas keselamatan. Semoga dapat dimanfaatkan,” kata Sudewo.
Padat karya
Dalam kesempatan yang sama, Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Kelas III Juwana juga menyelenggarakan kegiatan padat karya selama delapan hari berturut-turut dengan melibatkan 40 warga sekitar.
Kegiatan padat karya ini dibuka oleh anggota Komisi V DPR RI Sudewo, perwakilan pemda setempat, perwakilan asosiasi nelayan, Kepala Desa Bajomulyo, Paguyuban Nelayan Cantrang dan Nelayan Cumi Bajomulyo, serta seluruh unsur maritim Pelabuhan Juwana.
Juwita menjelaskan, peserta padat karya merupakan masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan dan kesulitan ekonomi karena terdampak pandemi Covid-19. Mereka terdiri dari pelaku usaha kecil, nelayan, pekerja buruh harian. Tujuan kegiatan padat karya ini adalah meningkatkan perekonomian bagi keluarga yang membutuhkan, menyerap pengangguran dan memberikan pelayanan kepada pengguna jasa, khususnya di Pelabuhan Juwana.
Mereka diajak memelihara dan mengecat gedung sarana dan prasarana pelabuhan serta kegiatan kebersihan lain. Upah kerja para peserta diberikan tunai secara langsung. Peserta memperoleh upah Rp 150.000 per orang per hari.
Seperti diketahui, kegiatan padat karya di Lingkungan Kementerian Perhubungan ini merujuk pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 73 Tahun 2018 tentang Tata Cara Penyelenggaraan program Padat Karya di Lingkungan Kementerian Perhubungan. Tujuannya, meningkatkan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di tengah kebijakan tanggap darurat pandemi Covid-19.
Kegiatan padat karya di lingkungan Ditjen Perhubungan Laut saat ini juga digelar di wilayah kerja KSOP Kelas IV Panarukan dengan melibatkan puluhan masyarakat setempat.