Indonesia Punya Peluang Besar di Rantai Pasok Industri Halal Dunia
Indonesia bisa mengambil peluang meningkatkan peran dan pengaruh di rantai pasok industri halal global. Saat ini, negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OIC) sangat membutuhkan pasokan barang-barang halal dunia.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Memiliki jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia punya peluang meningkatkan peran dan pengaruhnya di rantai pasok industri halal dunia. Apalagi, saat pandemi seperti ini, negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam sangat bergantung pada jaringan perdagangan sesama negara Islam. Ekonomi dan keuangan syariah serta industri halal diharapkan menjadi alternatif pendorong pertumbuhan ekonomi umat dan negara.
Hal tersebut mengemuka dalam webinar 7th International Islamic Monetary Economics and Finance Conference dan 13th International Conference On Islamic Economics and Finance bertajuk ”Strengthening Islamic Economic and Financial System in The Post Pandemic Era Digitalization and Sustainability”, Senin (25/10/2021).
Hadir memberi kata sambutan, Secretary General of International Islamic Fiqh Academy Koutoub M Sano dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. Adapun pemateri yang hadir adalah Professor of Islamic Economics and Finance at Istanbul Sabahatti Zaim University Turkey Tariqullah Khan, peneliti ekonomi dan keuangan syariah dari HELP University Malaysia Marco Tieman, peneliti Halal Industry Research Center International Islamic University Malaysia (IIUM) Irwandi Jaswir, dan Chief Marketing Officer PT Paragon Technology and Innovation (Wardah) Amalia Sarah Santi.
Marco Tieman menjelaskan, dalam kondisi pandemi, negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OIC) sangat bergantung pada pasokan produk halal dari negara lain. Selain pandemi mengganggu aktivitas ekonomi, produksi industri halal negara-negara OIC masih kurang. Hal ini menjadi peluang bagi negara-negara produsen industri halal dunia untuk mengisi kebutuhan itu, termasuk Indonesia.
Selain pandemi mengganggu aktivitas ekonomi, produksi industri halal negara-negara OIC masih kurang.
”Indonesia dengan jumlah penduduk Muslim terbesar dunia punya potensi besar untuk meningkatkan peran dan pengaruhnya di rantai pasok industri halal dunia,” kata Marco.
Amalia Sarah menambahkan, melihat potensi industri komestik halal dunia yang besar, pihaknya ikut serta menjadi rantai pasok komestik halal sedunia. Berdasarkan data Global Islamic Economy Report 2020/2021 by Dinar Standard & Salaam Gateway, seperti dikutip Amalia, pada 2019 nilai total pasar industri komestik halal dunia mencapai 66 miliar dollar AS (Rp 937,20 triliun).
Apabila tidak ada pandemi, proyeksi nilai pasar industri kosmetik halal dunia pada 2024 mencapai 95 miliar dollar AS (Rp 1.349 triliun). Namun, pandemi menyebabkan proyeksinya menurun menjadi 76 miliar dollar AS (Rp 1.079,2 triliun).
Negara dengan pasar industri komestik halal terbesar dunia pada 2019 adalah India dengan nilai 6 miliar dollar AS (Rp 85,2 triliun), diikuti Indonesia, Rusia, Malaysia, dan Turki yang masing-masing senilai 4 miliar dollar AS (Rp 56,8 triliun).
Untuk bisa mengekspor produk komestik halal ke pasar global, imbuh Amalia, pihaknya bekerja sama dengan lebih dari 300 ahli dari 25 negara. Dalam produksinya, pihaknya juga menggunakan proses manufaktur yang telah tersertifikasi halal. ”Ini merupakan sistem penjaminan halal yang sudah terintegrasi,” ujarnya.
Apabila tidak ada pandemi, proyeksi nilai pasar industri kosmetik halal dunia pada 2024 mencapai 95 miliar dollar AS (Rp 1.349 triliun).
Perry menjelaskan, industri halal beserta ekonomi dan keuangan syariah bisa menjadi alternatif untuk mendorong perekonomian negara yang tengah lesu karena pandemi Covid-19. ”Dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia punya kekuatan untuk menggerakkan perekonomian dengan konsep dan asas berkelanjutan ekonomi dan keuangan syariah,” ucapnya.
Ia menambahkan, sektor busana Muslim dan makanan halal dijalankan oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di berbagai penjuru Tanah Air. Apabila ini digerakkan, hal itu bisa mendorong roda perekonomian di Indonesia.
Sementara itu, menurut Koutoub, salah satu konsep ekonomi dan keuangan syariah, yaitu ekonomi berbagi dalam bentuk zakat, bisa menjadi salah satu instrumen untuk pengentasan warga dari kemiskinan dan mengurangi ketimpangan. ”Infaq dan zakat merupakan instrumen ekonomi keuangan syariah yang bisa diberdayakan untuk memberantas kemiskinan,” ujarnya.