Bandara Halim Perdanakusuma direncanakan direvitalisasi oleh pemerintah. Hingga kini, operasional bandara berjalan seperti biasa, Kementerian Perhubungan akan segera memberikan informasi terkait penutupan bandara ini.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna/Edna Patisina
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berencana merevitalisasi Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, dengan mempertimbangkan faktor keselamatan. Saat ini, bandara tersebut mengalami penurunan kualitas, termasuk landasan pacu bandara. Padahal, peran bandara ini terbilang vital.
Juru Bicara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Adita Irawati, Selasa (9/11/2021) malam, menyatakan, Kemenhub beserta lembaga terkait sedang melakukan diskusi intensif terkait sejumlah hal revitalisasi ini.
”Kami berdiskusi dengan Kementerian Pertahanan, TNI Angkatan Udara, Kementerian Sekretariat Negara, Kementerian Keuangan, Kementerian PUPR, dan tentunya pengelola bandara PT Angkasa Pura II. Nantinya, semua rencana revitalisasi ini akan dituangkan dalam instrumen hukum untuk memperkuat semua jajaran dalam pelaksanaan revitalisasi ini dengan baik dan memiliki dasar hukum yang kuat,” papar Adita.
Saat ini, Kemenhub telah mempersiapkan desain revitalisasi tersebut. Adapun dampak dari revitalisasi, termasuk operasional penerbangan komersial dan penerbangan militer, dalam hal ini TNI AU, sedang didiskusikan secara mendalam.
”Semua pemangku kepentingan dan masyarakat diminta menunggu keputusannya. Tentu, kami akan menyampaikan sesegera mungkin, jika sudah ada keputusan rencana revitalisasi, termasuk dampak dan penanganan terhadap dampak tersebut,” tutur Adita.
Adapun dampak dari revitalisasi, termasuk operasional penerbangan komersial dan penerbangan militer, dalam hal ini TNI AU, sedang didiskusikan secara mendalam.
Hingga saat ini, lanjut Adita, Bandara Halim Perdanakusuma masih beroperasi seperti biasa. Penerbangan komersial dan aktivitas kemiliteran masih berjalan. Kemenhub berjanji menyampaikan segala perubahan, terutama operasional penerbangan, dan pastinya akan memberikan waktu bagi maskapai, operator, dan pemangku kepentingan terkait saat dimulainya revitalisasi.
Mendukung
TNI Angkatan Udara mendukung rencana revitalisasi sejumlah fasilitas penerbangan di Bandara Halim Perdanakusuma, terutama terkait fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan di bandara tersebut. Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Indan Gilang Buldansyah mengatakan, revitalisasi yang direncanakan Kemenhub tentunya sudah melalui pembahasan intensif dan koordinasi bersama antarinstansi atau lembaga terkait.
Pembahasan revitalisasi berbagai fasilitas bandara yang saat ini, di antaranya, runway, shelther, apron, terminal bandara, dan sejumlah fasilitas penerbangan lainnya, baik dalam mendukung penerbangan sipil maupun penerbangan militer.
Dalam laman Angkasa Pura II, Bandara Halim Perdanakusuma merupakan bandara yang juga digunakan sebagai markas Komando Operasi Angkatan Udara I (Koops AU I) TNI AU. Sebelumnya, bandara ini bernama Lapangan Terbang Cililitan. Bandara Halim Perdanakusuma beroperasi sementara menjadi bandara komersial mulai 10 Januari 2014 untuk mengalihkan penerbangan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang dinilai telah sesak.
Pada abad ke-17, daerah Cililitan merupakan sebuah tanah partikelir yang dimiliki oleh Pieter van der Velde. Tanah tersebut dinamakan Tandjoeng Ost. Kemudian sekitar tahun 1924, sebagian tanah tersebut dijadikan lapangan terbang pertama di kota Batavia. Lapangan terbang tesebut dinamakan Vliegveld Tjililitan (Lapangan Terbang Tjililitan).
Bandara Halim Perdanakusuma beroperasi sementara menjadi bandara komersial mulai 10 Januari 2014 untuk mengalihkan penerbangan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang dinilai telah sesak.
Pada tahun yang sama, lapangan terbang ini menerima kedatangan pesawat Fokker dari Amsterdam yang kemudian menjadi penerbangan internasional pertama di Hindia Belanda. Sebelum mendarat di Cililitan, pesawat Fokker ini memerlukan waktu cukup lama di perjalanan. Pasalnya, pesawat ini pernah jatuh dan mengalami kerusakan di Serbia hingga harus didatangkan suku cadang dari pabriknya di Amsterdam.
Lapangan terbang ini turut andil dalam peresmian Bandara Internasional Kemayoran, dengan cara menerbangkan pesawat berjenis Douglas DC-3 menuju Kemayoran yang baru saja diresmikan. Pada 20 Juni 1950, Belanda sepenuhnya menyerahkan lapangan terbang ini kepada Pemerintah Indonesia.
Ketika itu, lapangan terbang ini langsung dipegang oleh Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dan dijadikan pangkalan udara militer. Bertepatan 17 Agustus 1952, lapangan terbang ini berganti nama menjadi Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma untuk mengenang almarhum Abdul Halim Perdanakusuma yang gugur dalam menjalankan tugasnya. Di samping sebagai pangkalan militer, Halim juga digunakan sebagai bandar udara sipil utama di kota Jakarta bersamaan dengan Kemayoran.
Pada 1974, bandara ini harus berbagi penerbangan internasional dengan Kemayoran karena padatnya jadwal penerbangan di sana. Halim juga sempat ditunjuk menggantikan peranan Kemayoran yang semakin padat. Namun, hasilnya justru tertuju kepada pembangunan sebuah bandara baru di daerah Cengkareng, yang kini dinamakan Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Setelah Kemayoran ditutup, Bandara Halim Perdanakusuma mulai mengurangi jadwal penerbangan sipil untuk berfokus guna kepentingan militer. Namun, pada 2013, Halim memberikan 60 slotper jam untuk penerbangan berjadwal, baik domestik maupun internasional.