Perkembangan ekonomi mulai membaik. UMKM menjadi salah satu sektor yang perlu diperkuat untuk berkontribusi dalam mendorong kinerja ekspor Indonesia. Sumber kekayaan Indonesia menjadi modal bagi UMKM.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meskipun pandemi Covid-19 masih berlangsung, perkembangan ekonomi nasional mulai membaik. Usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM menjadi salah satu sektor yang perlu diperkuat untuk berkontribusi mendorong kinerja ekspor Indonesia. Di tengah pandemi, beberapa kebijakan pemerintah telah mendukung dan memfasilitasi pelaku UMKM.
Deputi Bidang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada Kementerian Koperasi dan UKM Hanung Harimba Rachman, di sela-sela program Bangga Buatan Indonesia di Bali, Jumat (26/11/2021), mengatakan, kebijakan afirmasi pemerintah telah diberikan, antara lain Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Hanung mengatakan, pemerintah telah memberikan insentif fiskal bagi Pusat Logistik Berikat (PLB) industri kecil dan menengah berupa penangguhan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan bea masuk, serta kemudahan impor untuk tujuan ekspor. Insentif ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK 010/2019.
Selain itu, kebijakan untuk mendukung ekspor adalah kemudahan akses pembiayaan, baik untuk koperasi maupun UKM yang berorientasi ekspor. Mereka dapat mengajukan kredit usaha rakyat (KUR) berorientasi ekspor yang disalurkan oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia atau Exim Bank dengan pagu pinjaman hingga Rp 50 miliar dengan suku bunga sangat ringan.
Mengutip data Badan Pusat Statistik, Hanung mengungkapkan, ekonomi masih tumbuh sebesar 3,5 persen. Hal yang menggembirakan, nilai ekspor meningkat 29,2 persen pada triwulan III-2021 secara tahunan. Sementara itu, impor tumbuh 30,1 persen. ”Artinya, selaras dengan pertumbuhan ekonomi yang dicapai, dukungan ekspor cukup tinggi. Ini menandakan sudah banyak pelaku ekonomi bisa bersaing di pasar global dengan memanfaatkan pasar saat ini,” ujarnya.
Di sisi lain, lanjut Hanung, impor tinggi menunjukkan kegiatan ekonomi domestik mulai pulih. Impor terbanyak adalah bahan baku dan barang modal. Kalau pertumbuhan ekonomi meningkat, ternyata impornya juga meningkat. Negara tujuan ekspor utama Indonesia adalah China, Amerika Serikat, dan Jepang. Salah satu penyumbang kenaikan ekspor adalah produk nonmigas, yaitu sekitar 6,75 persen dengan produk utama, seperti minyak kelapa sawit (CPO), minyak nabati, besi dan baja, alas kaki, industri makanan, serta berbagai produk kimia.
Bambang Brodjonegoro, Kepala Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan pada Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, dalam webinar berjudul ”Economic Outlook 2022: Sinergi Korporasi dan Pemerintah Dalam Pemulihan Ekonomi Nasional” beberapa hari lalu mengatakan, ”Saat ini, UMKM menjadi ujung tombak perekonomian karena berkontribusi dalam membuka lapangan pekerjaan.”
Bambang menambahkan, perkembangan teknologi yang pesat dimanfaatkan sebagai ajang naik kelas bagi pelaku UMKM yang tahun lalu menyumbang hingga 60 persen dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Hanung menjelaskan, selain kebijakan afirmasi pemerintah, Kementerian Koperasi dan UKM memiliki beberapa program khusus bagi UMKM. Tahun ini, pelayanan standardisasi nasional kepada 185 UMKM yang terdiri dari sertifikasi ISO, Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis and Critical Control Points/HACCP), Standar Nasional Industri, FSSC/BRC Organik, serta Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK).
”Tentunya, apa yang kita berikan ini mendorong UKM untuk melakukan ekspor ke berbagai negara,” ucap Hanung.
Fasilitas ekspor
Kementerian Koperasi dan UKM juga memfasilitasi sejumlah UMKM untuk berpartisipasi di ajang pameran kelas internasional. Beberapa ajang yang diikuti UMKM Indonesia adalah Speciality Coffee Expo di New Orleans, Amerika Serikat; Dubai Expo 2020 di Dubai, Uni Emirat Arab; dan Ultimate Woman Expo di Atlanta, Amerika Serikat.
Perluasan pemasaran pun dilakukan, antara lain, melalui program e-katalog produk UMKM. Katalog elektronik ini sudah berhasil mengumpulkan sebanyak 54.000 UMKM. Kementerian Koperasi dan UKM juga telah meluncurkan portal UKM Nasional SMEsta.id (Small and Medium Enterprises Station). Platform digital ini memberikan pelayanan terhadap pasar di dalam dan luar negeri.
Selain itu, kata Hanung, Kementerian Koperasi dan UKM juga melakukan insiasi pembentukan gugus tugas percepatan ekspor bagi UMKM yang berupa kolaborasi kementerian/lembaga untuk memberikan solusi terhadap berbagai masalah ekspor, pengembangan kebijakan, dan percepatan ekspor produk UKM ke pasar global.
”Pemerintah, BUMN, asosiasi dan seluruh pemangku kepentingan saat ini sedang bekerja sama untuk membentuk ekosistem yang kondusif. Dengan demikian, koperasi dan UMKM lebih mudah lagi dalam mengembangkan daya saing ke pasar global,” ujar Hanung.